Blogger Widgets TAMAMI JAYA: September 2013
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Sunday 15 September 2013

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKOSONO KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014


A.PENDAHULUAN

1.Latar Belakang Masalah

Sumber daya alam yang banyak dan melimpah pada suatu negara belum merupakan jaminan bahwa negara tersebut akan makmur, bila pendidikan sumber daya manusianya ditelantarkan. Suatu negara yang mempunyai sumber daya alam yang banyak, bila tidak ditangani oleh sumber daya manusia yang berkualitas, pada suatu saat pasti akan mengalami kekecewaan. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas besar dan berjangka waktu yang panjang karena masalahnya menyangkut pendidikan bangsa. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah serta terprogram, sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu pendukung utama tercapainya tujuan pendidikan adalah suasana kelas yang baik dalam arti seluas-luasnya. Di kelaslah segala aspek pengajaran bertemu dan berproses, sehingga diharapkan di kelas akan terwujud suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Berbagai cara digunakan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya dari Kurikulum sampai ke hal yang menyangkut tata tertib sekolahnya, dari kelas yang dilaksanakan di lingkup ruangan yang dibatasi tembok sampai kelas yang dilakukan di alam terbuka, semua demi meningkatkan mutu pendidikan maupun menarik perhatian calon peserta didik. Begitu juga dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, tidak hanya identik dengan mata pelajaran lari-lari atau mengeluarkan tenaga saja tetapi sudah saatnya Pendidikan jasmani harus sejajar dengan mata pelajaran yang lain.  Dalam hal ini seorang guru pendidikan jasmani dituntut untuk lebih kreatif dalam mengemas paket mata pelajaran pendidikan jasmani, termasuk berusaha untuk memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani, diantaranya dengan pendekatan modifikasi. Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak. Proses pendidikan dapat berjalan dan berhasil dengan baik seperti yang diharapkan juga ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal yang harus didukung oleh semua pihak baik sekolah, pemerintah, maupun masyarakat, terutama dalam penyampaian materi yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didiknya dengan baik. Sesuai dengan hal tersebut bahwa seorang pendidik (guru) setidaknya harus menggunakan suatu metode pembelajaran pendidikan jasmani yang tepat agar peserta didik usia sekolah dasar yang masih rawan dan memerlukan pembinaan serta bimbingan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat karakteristiknya.
Kenyataan di lapangan, saat pembelajaran pendidikan jasmani masih saja ditemui kegiatan belajar mengajar yang hasil pembelajarannya kurang maksimal. Paling tidak ada dua macam faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat minat dan kemampuan dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh siswa SD Negeri 2 Sukosono Kec.Kedung Kab.Jepara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh lingkungan, yakni lingkungan pedesaan yang sebagian besar orangtuanya dari golongan menengah kebawah dan berprofesi buruh yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan primer sehingga kurang memperhatikan kemajuan belajar siswa. Akibatnya, siswa tidak terbiasa untuk melakukan aktifitas jasmani dan lebih tertarik untuk membantu orangtuanya.
Dari faktor internal, faktor-faktor yang berpengaruh di antaranya pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran. Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin kemampuan  aktifitas jasmani dikalangan siswa akan terus berada pada tataran yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan kemampuan dan minatnya. Begitu juga dengan KBM di SD Negeri 2 Sukosono, siswa kurang aktif dalam bergerak khususnya saat mengikuti mata pelajaran olahraga pokok bahasan Atletik lompat jauh. Dengan berbagai alasan kalau melompat kakinya sakit, takut kena terpeleset, bisa melukai lutut, sehingga dalam proses pembelajaran lompat jauh guru penjas mengalami kesulitan jika tidak mengemas materi lompat jauh dengan cara yang efektif dan menyenangkan. Dan untuk itu perlu solusi yang tepat, salah satunya dengan cara pendekatan bermain, sehingga upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pencapaian hasil belajar lompat jauh tersebut mudah-mudahan dapat teratasi. Maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam baik secara teoritik maupun praktik melalui Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai subyek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sukosono Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014.
Dari uraian di atas terutama yang menyangkut pentingnya penyampaian materi serta dengan pertimbangan supaya pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan, maka peneliti merasa perlu untuk mengkaji tentang pembelajaran lompat jauh dengan judul “Peningkatan pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan bermain pada siswa kelas V SDN 2 Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014”

2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan alasan memilih judul tersebut, maka permasalahan yang dimunculkan adalah sebagai berikut: Apakah dengan  pendekatan bermain dapat meningkatkan minat dan kemampuan lompat jauh pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukosono Kedung Jepara tahun pelajaran 2013/2014.

3.Pemecahan Masalah

Dari analisa masalah di atas, peneliti bermaksud meningkatkan pembelajaran lompat jauh dengan  menggunakan metode pendekatan bermain.
Bermain bagi anak mampu meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya eksplorasi, memberi tempat berteduh yang aman bagi  perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berkomunikasi dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak mempraktekkan peran yang mereka laksanakan dalam hidup masa depannya.
Bermain juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Bermain digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya bermain digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Bermain sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.

4.Tujuan Penelitian

Berawal dari permasalahan tersebut di atas, penulis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan bermain dapat meningkat. Dengan pendekatan bermain diharapkan dapat meningkatkan minat dan kemampuan gerak siswa, serta dengan pendekatan bermain dapat menarik dan menumbuhkan motivasi serta menjadikan rasa senang  pada semua siswa untuk mengikuti pembelajaran lompat jauh. Sehingga terjadi peningkatan kemampuan aktivitas lompat jauh pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukosono Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014.

5.Manfaat Penelitian 

1. Secara teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran lompat jauh.

2. Secara praktis
a.       Bagi sekolah :
Dapat meningkatkan pemberdayaan metode ini agar kemampuan  siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
b.      Bagi guru :
1)      Dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran
2)      Dapat menjadi bahan masukan dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
3)      Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru penjas dalam menyusun program pembelajaran penjas selanjutnya.
c.       Bagi siswa :
1)      Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat jauh
2)      Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam penilaian atas diri sendiri   

B.KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

1.Kajian Pustaka

1.1.Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani menurut UNESCO lewat ICSPE adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani, dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak.

1.2.Hakikat Pembelajaran
a.Pengertian Belajar
Banyak definisi tentang belajar diantaranya sebagai berikut :
Skinner ( dalam Barlow,1985) belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
M. Shobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu (2004) belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Pupuh Fathurroman dan M. Shobry Sutikno (2010:6)
Dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru berarti pula penyediaan pengalaman belajar bagi siswa. Terkait hal tersebut, guru perlu memahami pola pengalaman belajar siswa dan kemungkinan hasil belajar yang dicapainya, dalam ” Kerucut Pengalaman Belajar” berikut ini



Berdasarkan diagram tersebut dapat dipahami bahwa :
1.      Apabila kita melakukan kegiatan membaca maka kita ingat 10% dari yang kita baca.
2.      Apabila kita melakukan kegiatan mendengar maka kita ingat 20% dari yang kita dengar.
3.      Apabila kita melakukan kegiatan melihat maka kita ingat 30% dari yang kita lihat.
4.      Apabila kita melakukan kegiatan melihat dan mendengar maka kita ingat 50% dari yang kita lihat dan dengar.
5.      Apabila kita melakukan kegiatan mengatakan maka kita ingat 70% dari yang kita katakan.
6.      Apabila kita melakukan kegiatan mengatakan dan melakukan maka kita ingat 90% dari yang kita katakana dan lakukan.

 Dari uraian diagram di atas, ketika akan menentukan strategi pembelajaran, guru harus berpikir dari bawah ke atas, bukan dari atas ke bawah. (Mansur Muslich,2007:75-76)

1.Pengertian Belajar Gerak
Dikemukakan oleh Rusli Lutan dalam Muhammad Arif Wibowo(2010:14) bahwa belajar gerak meliputi tiga tahap antara lain tahap orientasi yaitu penguasaan informasi, tahap pemantapan gerak melalui latihan bersumber dari informasi yang telah diperoleh, tahap otomatisasi yaitu dapat melakukan gerak secara otomatis.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar gerak merupakan suatu proses yang di dalamnya terjadi penyampaian informasi, pemberian latihan dan perubahan yang terjadi akibat latihan dan akan dikuasai suatu gerak yang matang kemudian dari gerakan yang matang akan menguasai gerak yang relatif permanen dan gerak akan dikuasai secara otomatis.
Kategori gerak meliputi tiga macam yakni lokomotor, manipulatif, dan stabilitas.
1.1.Gerak lokomotor adalah setiap gerak yang dilakukan, dalam keadaan tubuh dipindahkan posisinya ke arah mendatar (horizontal),atau ke arah gerak(vertical), dari satu titik ke titik lainnya dalam sebuah ruang. Contohnya ; berjalan, berlari, berjingkat, melompat, meluncur,dan memanjat.

1.2.Gerak manipulatif yang melibatkan otot-otot besar adalah aktifitas jasmani yang melibatkan upaya pengerahan daya yang diarahkan pada suatu obyek, dan upaya menerima daya dari obyek. Contohnya: melempar, menangkap, menendang, memukul, memantul, memvoli, dan menggelundung.

1.3.Gerak stabilitas yakni gerak dikatakan stabil, karena badan seseorang menetap pada satu posisi. Namun, ia bergerak pada sumbu horizontal atau vertical. Contohnya : membungkuk, memutar, mengayun, memelintir (kategori gerak satu poros ), keseimbangan tegak, berguling, berhenti (kategori posisi tubuh statis dan dinamis).Rusli Lautan (2003 :40-43)

1.3.Metode Pembelajaran
Metode atau Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Sedangkan menurut kamus Purwadarminta ( 1976 ), secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
 Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.

Menurut Hamzah B.Uno (2008:17) Metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1.     Strategi pengorganisasian (organizational strategy)
2.     Strategi penyampaian (delivery strategy)
3.     Strategi pengelolaan (management strategy)
Metode-metode mengajar pun belum menjamin hasil baik, kalau kita menggunakannya secara stereotip, artinya menggunakan suatu metode tertentu dalam setiap situasi. Situasi belajar senantiasa berlainan. Anak-anak tahun ini lain daripada tahun yang lalu. Guru harus selalu mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi baru yang dihadapinya. Itu sebabnya mengajar bersifat kreatif yang memerlukan inventivitas guru.

1.4.Pengertian Bermain
Bermain sangat di sukai oleh anak-anak, karena sifat dari bermain sendiri adalah menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan ”bermain adalah kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin (2004: 17) mengartikan ”bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat/produktif untuk menyenangkan diri”. Selanjutnya menurut M. Furqon (2008: 4) menyatakan bahwa Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu hal yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain juga bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dengan memasuki suatu dunia imajiner.  Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadangkadang menemukan dirinya dari bermain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas jasmani siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan mempunyai dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak.  Sehingga melalui bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa.
Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 9-10) kegiatan atletik bernuansa permainan mengandung beberapa ciri sebagai berikut:
1.      siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama tertentu.
2.      mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing secara sehat. 
3.      menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat berlatih.
4.      tugas gerak yang mengandung resiko yang sepadan dengan kemampuan siswa dan menjadi tantangan.
5.      menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang baru.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 698) bahwa ”bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud bermain adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Fungsi Bermain Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintaka (1992: 7) ”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”.  Selanjutnya menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) dengan bemain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa, kegiatan bermain dapat meningkatkan siswa dengan sasaran aspek yang dapat di kembangkan menurut lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. manfaat bermain untuk perkembangan fisik.
2. manfaat bermain untuk perkembangan motorik.
3. manfaat bermain untuk perkembangan sosial.
4. manfaat bermain untuk perkembangan emosional.
5. manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga.

1.5.Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000: 35) berpendapat,”strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembamgan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik)”.  Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan, diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.  Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:
1.      Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya.
2.      Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.
3.      Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain.

Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang guru.  Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

1.6.Lompat Jauh

Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat dengan mengangkat kedua kaki ke depan atas dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin melayang di udara yang dilakukan dengan cepat melalui tolakan satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Lompat jauh dilakukan dengan tujuan untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya dengan menggunakan tumpuan pada salah satu kaki. Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya, kamu harus memiliki kekuatan, kecepatan, dan penguasaan teknik lompatan yang baik.
Gaya lompat jauh yang sering dipergunakan dalam perlombaan ada tiga, yaitu gaya jongkok, gaya menggantung, dan gaya berjalan di udara.
a. Teknik lompat jauh
Untuk memperoleh suatu hasil yang optimal dalam lompat jauh, selain pelompat tersebut harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, ketepatan, kelentukan, dan koordinasi gerakan, juga harus memahami dan menguasai teknik gerakan lompat jauh. Adapun teknik lompat jauh yang harus dikuasai ada beberapa tahapan, yaitu awalan, tolakan, sikap badan di udara, dan sikap mendarat.
1. Tahap awalan
Awalan atau ancang-ancang adalah gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada saat akan melakukan tolakan atau lompatan. Awalan untuk mendapatkan kecepatan yang setinggi-tingginya sebelum mencapai balok tolakan. Panjang lintasan awalan untuk melakukan lari tidak kurang dari 45 meter. Untuk mendapatkan hasil lompatan yang maksimal, setiap melakukan lompatan harus selalu bertumpu pada balok tolakan dan menggunakan kaki yang terkuat.Cara melakukan awalan adalah sebagai berikut.
  1. Lari awalan tergantung dari masing-masing kemampuan pelari.
  2. Kecepatan berlari ditambah sedikit demi sedikit sebelum sampai pada balok tolakan.
  3. Kecepatan lari dipertahankan tetap maksimal sampai balok tolakan.
  4. Pinggang turun sedikit pada satu langkah akhir lari.

2. Tahap tolakan atau tumpuan
Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horizontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan gerakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Cara melakukan tolakan atau tumpuan tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Ayunkan paha kaki yang tidak digunakan untuk menumpu secara cepat ke posisi horizontal dan dipertahankan.
  2. Luruskan sedikit mata kaki, lutut, dan pinggang pada waktu melakukan tolakan.
  3. Tolakan dilakukan dengan arah ke depan atas (sudut tolakan 45 derajat). dari besarnya kekuatan kaki tolak, dan pelompat dalam meluruskan kaki tumpu selurus-lurusnya dan secepat-cepatnya.
3. Tahap melayang di udara
Sikap badan melayang di udara, adalah sikap setelah kaki tolak menolakan kaki pada balok tumpuan, yaitu saat badan melayang di udara bersamaan dengan ayunan kedua lengan ke depan atas. Tinggi dan jauhnya hasil lompatan tergantung dari besarnya kekuatan kaki tolak, dan pelompat dalam meluruskan kaki tumpu selurus-lurusnya dan secepat-cepatnya.
Pada tahap melayang di udara, ada tiga teknik yang berbeda yang dapat digunakan, tergantung penguasaan teknik pelompat. Ketiga gaya tersebut, yaitu menggantung, mengambang, dan berjalan di udara.



4. Tahap mendarat
Sikap mendarat pada lompat jauh baik gaya jongkok, menggantung, maupun gaya berjalan di udara sama. Pada waktu akan mendarat kedua kaki lurus ke depan dengan mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, dan kedua tangan ke depan. Mendarat dilakukan pada tumit terlebih dahulu dan mengeper, kedua lutut dibengkokkan (ditekuk) dan berat badan ke depan supaya tidak jatuh ke belakang. Kepala ditundukkan dan kedua tangan ke depan. Cara melakukan pendaratan adalah sebagai berikut.
a. Lengan dan badan ditarik ke depan bawah, begitu juga kaki ditarik mendekati badan.
b. Luruskan kaki dan tekuk lagi sedikit sesaat sebelum menyentuh tanah.
c. Pada waktu kedua kaki telah mendarat di bak pasir, duduklah di atas kedua kaki.


b. Peraturan lompat jauh
Ada beberapa peraturan yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan lompat jauh, yaitu:
  1. Lintasan awalan lompat jauh lebar minimal 1,22 m dan panjang minimal 45 m.
  2. Panjang papan tolakan 1,22 m, lebar 20 cm, dan tebal 10 cm.
  3. Pada sisi dekat dengan tempat menolak harus diletakkan papan plastisin untuk mengetahui apabila kaki penolak melakukan kesalahan. Papan tolakan harus berwarna putih dan datar dengan tanah, minimal harus ditanam sejauh 1 meter dari tepi depan bak pasir pendaratan.
  4. Lebar tempat pendaratan minimal 2,75 m dan panjangnya minimal 10 m.
  5. Permukaan pasir di dalam tempat pendaratan harus datar dengan sisi atas papan tolakan.
  6. Apabila peserta lomba lebih dari 8 orang, setiap peserta hanya diperbolehkan melompat 3 kali lompatan. 8 pelompat dengan lompatan terbaik dapat melompat tiga kali lagi untuk menentukan pemenangnya. Apabila peserta hanya 8 orang atau kurang, semua peserta harus melompat 6 kali. Cara menentukan pemenangnya, yaitu dengan mengambil pelompat yang lompatannya paling jauh.

  7. 2.Kerangka Berpikir
    Dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting menciptakan suatu kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa supaya bersemangat melakukan aktifitas belajar. Dengan proses pembelajaran yang bervariasi dan menumbuhkan daya tarik pada siswa maka diharapkan pada akhirnya juga akan berkorelasi positif terhadap hasil belajar siswa.
    Supaya proses pembelajaran bermutu dan menarik maka untuk mengatasinya diperlukan kemasan baru dalam bentuk kegiatan yang menarik dan menyenangkan. Sehingga guru harus berusaha seoptimal mungkin merancang pembelajaran gerak yang menggembirakan dan menyenangkan siswa. Dengan menggunakan pendekatan bermain diharapkan pembelajaran atletik khususnya lompat jauh akan berjalan dengan baik. Partisipasi dan minat dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani khususnya lompat jauh akan lebih besar dan bersemangat, sehingga akan tercapai semua tujuan pendidikan yang telah direncanakan.
    Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu tercapainya sumber daya manusia seutuhnya. Dalam garis – garis besar program pengajaran  bahwa pendidikan jasmani membantu siswa memperbaiki derajat kesehatan dan kesegaran jasmani melalui ketrampilan gerak dasar dan berbagai aktifitas jasmani. Salah satunya melalui pembelajaran lompat jauh.         
     Sehingga kerangka berfikir peneliti adalah menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bermain agar proses pembelajaran bermutu. Kemauan dan partisipasi siswa pada saat pembelajaran meningkat sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.  
    3.Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berfikir di atas, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah  pembelajaran atletik nomor lompat jauh menggunakan pendekatan bermain dapat meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran dan pada akhirnya juga peningkatan hasil
    belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Sukosono Kecamatan Kedung  Kabupaten Jepara.

    C.METODE PENELITIAN

    1.Subyek Penelitian
    Subyek penelitian adalah siswa kelas V sebanyak 45 siswa yang terdiri dari 28 siswa putra dan 17 siswa putri. Sebagian besar latar belakang ekonomi siswa adalah golongan menengah ke bawah karena mata pencaharian orangtua siswa adalah kaum buruh meubel. Juga aktifitas siswa di sore hari adalah menimba ilmu di sekolah agama (mirip Pondok Pesantren)
    2.Tempat Penelitian
    Tempat penelitian tindakan kelas ini adalah di SD Negeri 2 Sukosono yang beralamat Rt 19/05 Desa Sukosono kode pos 59463, kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data,peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
     

    3.Waktu/ Setting Penelitian
    Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Oktober  s.d Desember 2013. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester I Tahun pelajaran 2013/ 2014.
    Langkah-langkah penelitian :
    1.Perencanaan (planning)
    a.      Perencanaan awal berupa telaah terhadap mata pelajaran Penjasorkes, materi lompat jauh
    b.      Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
    c.      Menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai indikator yang telah ditetapkan dan sekenario pembelajarannya.
    d.     Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran.
    e.      Menyiapkan alat evaluasi berupa tehnik non tes dan lembar kerja.
    f.       Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa.

    2.Tindakan Pelaksanaan (action)
    Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasikan dari perencanaan yang telah disiapkan yaitu pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan bermain. Dalam pelaksanaaan PTK ini direncanakan dalam 2 siklus. Siklus I yaitu kompetensi dasar 4.2 Mempraktikkan kombinasi pola gerak jalan, lari dan lompat. Siklus II yaitu kompetensi dasar 4.2                Mempraktikkan kombinasi pola gerak jalan, lari dan lompat

    3.Pengamatan (observation)
    Pengamatan merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan  dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan/ observasi. (Bahan belajar Mandiri BERMUTU pedoman pengembangan Intrumen Penilaian Hasil Belajar 2010:33)
    Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengetahui bagaimana reaksi siswa pada kegiatan pembelajaran penjasorkes  dengan menggunakan metode bagian. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk acuan kegiatan selanjutnya. Pengamatan menggunakan lembar observasi lembar aktivitas siswa.

    4.Refleksi (reflection)
    Refleksi yaitu tindakan mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan refleksi tersebut, peneliti bersama kolaborator dapat melakukan variasi, perbaikan untuk rencana berikutnya.
    Langkah ini dilakukan untuk menganalisa aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisa dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran.

    4.Perencanaan Penelitian
    Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, prosedur atau langkah–langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan dua siklus, setiap siklusnya terdapat satu pertemuan.

    1.Siklus Pertama

    1.Perencanaan (planning)
    a.  Pembuatan Skenario Pembelajaran
    Dalam hal ini, peneliti membuat RPP sebagai dasar skenario pembelajaran dengan indikator pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan bermain
    b. Persiapan sarana dan sumber pembelajaran.
    Mempersiapkan media pembelajaran berupa peluit, stopwatch, cangkul, bak lompat, dan buku panduan lompat jauh.
    c.  Persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran. 
    Mempersiapkan instrument yang sudah dibuat oleh peneliti berupa lembar pengamatan, lembar observasi aktivitas siswa, angket tingkat kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Instrument yang berupa lembar observasi dan angket tersebut diberikan kepada kolaborator sebelum pembelajaran dimulai untuk dipelajari terlebih dahulu oleh guru kolaborator yang kemudian akan diisi pada saat tindakan berlangsung.
         Setelah penelitian selesai, peneliti dan guru kolaborator mendiskusikan hasil dari penelitian tersebut dan merencanakan tindakan selanjutnya, apakah akan mengulang pada siklus pertama atau melanjutkan ke siklus kedua.

    2.Tindakan (Action) 
    a.      Guru mempersiapkan siswanya di halaman Sekolah dan siswa dibariskan, kemudian mempresensi siswa.
    b.      Guru memimpin doa sebelum memulai pembelajaran, kemudian menyampaikan materi yang akan diberikan.
    c.      Guru memberikan pemanasan berupa permainan “Cepat dapat” beberapa menit kemudian dilanjutkan dengan streaching.
    d.     Di bagian pertama, guru memberikan contoh gerakan materi inti kepada siswa.
    1.    Siswa dibariskan menjadi empat bersaf,
    2.    Baris pertama jadi pelaku dan baris kedua jadi pengamat, begitu selanjutnya.
    3.    Pelaku melakukan tahapan dari sikap jalan, lari dan lompat
    4.    Pengamat melakukan pengamatan yang obyektif.

    3.Pengamatan (Observasi)  
    Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran lompat jauh yang dilakukan oleh pengamat.

    4.Refleksi (Reflection)
    a.    Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus pertama
    b.    Mengkaji pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus pertama
    c.    Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya
    d.   Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus kedua.


    2.Siklus Kedua

         Dalam siklus kedua ini, perubahan model pembelajaran yang diberikan oleh guru penjasorkes. Perubahan yang terjadi yaitu pada siklus pertama, siswa berkompetisi secara individu, sedangkan siklus kedua siswa berkompetisi secara berkelompok yang dibagi menjadi duabelas  kelompok, yang setiap kelompoknya terdapat empat anak.

    1.Perencanaan (planning)
    a.      Pembuatan skenario pembelajaran
    Dalam hal ini, peneliti membuat RPP yang sudah di rubah sebagai dasar skenario pembelajaran dengan indikator jalan, lari dan lompat
    b.      Persiapan sarana dan sumber pembelajaran
    Mempersiapkan media pembelajaran berupa peluit, bendera, stopwatch, cangkul, bak lompat, dan buku panduan lompat jauh.
    c.      Persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran
    Mempersiapkan instrument yang sudah di buat oleh peneliti berupa lembar observasi aktivitas siswa dan angket tingkat kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Instrument yang berupa lembar observasi dan angket tersebut diberikan kepada guru kolaborator sebelum pembelajaran dimulai untuk dipelajari terlebih dahulu oleh guru kolaborator yang nantinya akan diisi oleh guru kolaborator pada saat tindakan berlangsung.
         Setelah penelitian selesai, peneliti dan guru kolaborator mendiskusikan hasil dari penelitian tersebut dan merencanakan tindakan selanjutnya, apakah akan mengulang pada siklus kedua atau tidak. 

    2.Tindakan (action)
    a.      Guru mempersiapkan siswanya di halaman sekolah dan membariskannya.
    b.      Guru memimpin doa sebelum pembelajaran, kemudian memberikan penjelasan tentang materi yang akan diberikan.
    c.      Guru menggunakan pemanasan dengan pola bermain mengarah ke pembelajaran lompat jauh
    d.     Di bagian pertama guru memberikan contoh gerakan yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran inti.

    3.Pengamatan (observasi)
    Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran gerak menimang bola yang dilakukan oleh guru kolaborator atau pengamat.

    4.Refleksi (reflection)
    a.      Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus kedua
    b.      Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan siklus kedua.
    c.      Evaluasi tindakan II


    5.Indikator Belajar

    PTK ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana aktifitas siswa dalam proses KBM lompat jauh dan untuk mengukur tingkat kepuasan siswa dalam proses KBM dengan pendekatan bermain pada siswa kelas V SDN 2 Sukosono. Untuk melihat hasil belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat dilihat dari pencapaian hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan dengan hasil dari pembelajaran melalui pendekatan bermain yaitu 80% dapat dikatakan tuntas.   
    6.Jadwal Penelitian

    Jadwal penelitian dapat dipaparkan dengan bentuk Gantt Chart


    7.Daftar Pustaka

    BNSP. 2007. Standar Isi Untuk Stuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.
    Mansur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.  Jakarta: Bumi Aksara.

    Nana Syaodih Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

    Nasution. S. 2004. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

    Nyoman Sumaryadi. 2008. Efektivitas Implementasi Bebijakan Otonomi Daerah. Jakarta: Citra Utama

    Poerwadaminta. W. J. S. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.

    Pupuh Fathurrohman. dan M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi belajar Mengajar, Bandung, PT. Refika Aditama.

    Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

                Surawan Martinus. 2008. Kamus Kata Serapan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
    Tim Penyusun Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES. 2011. Buku Panduan Penulisan Skripsi FIK UNNES. Semarang: Percetakan UNNES.

    Dadan Heryana. 2010. Olahraga dan Kesehatan SD/MI. Jakarta: Acarya Media Utama
              
                Uno. H. B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
    Yudha M. Saputra (2010).”Pendidikan Jasmani dan Olahraga”Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.

    Anda memberi ini +1 secara pUrungkan