Dari sekitar 746 bahasa daerah di wilayah
Sabang di ujung barat sampai Merauke di ujung timur, sebanyak 50 bahasa daerah
di Indonesia terancam punah. Kepunahan terjadi karena jumlah penutur bahasa
daerah semakin sedikit,
Mereka yang punah ini karena jumlah penuturnya di bawah 500 orang. Apalagi penuturnya sendiri sudah tua dan belum ada yang menggantikan.
Sembilan bahasa daerah di Papua sudah punah karena penuturnya sedikit dan karakteristik daerahnya yang terpencil, juga di Maluku Utara
Mereka yang punah ini karena jumlah penuturnya di bawah 500 orang. Apalagi penuturnya sendiri sudah tua dan belum ada yang menggantikan.
Sembilan bahasa daerah di Papua sudah punah karena penuturnya sedikit dan karakteristik daerahnya yang terpencil, juga di Maluku Utara
Yang paling kecil jumlah penuturnya
adalah wilayah bagian timur dan tengah, padahal jumlah bahasa daerahnya sangat
banyak. Di Papua sendiri ada sekitar 250 bahasa daerah
Berdasarkan data, bahasa di Papua yang punah ialah bahasa Mapia, Tandia, Bonerif dan Saponi. Sementara bahasa yang terancam punah ialah bahasa Lom di Sumatera, bahasa Budong-budong, Dampal, Bahonsai dan Baras di Sulawesi.
Selanjutnya bahasa Lengilu, Punan Merah dan Kareho Uheng di Kalimantan. Begitu pula di Maluku bahasa Hukumina, Kayeli, Nakaela, Hoti, Hulung, Kamarian dan bahasa Salas terancam punah.
Berdasarkan data, bahasa di Papua yang punah ialah bahasa Mapia, Tandia, Bonerif dan Saponi. Sementara bahasa yang terancam punah ialah bahasa Lom di Sumatera, bahasa Budong-budong, Dampal, Bahonsai dan Baras di Sulawesi.
Selanjutnya bahasa Lengilu, Punan Merah dan Kareho Uheng di Kalimantan. Begitu pula di Maluku bahasa Hukumina, Kayeli, Nakaela, Hoti, Hulung, Kamarian dan bahasa Salas terancam punah.
Ancaman
kepunahan 50 bahasa daerah masih bisa dicegah. Adanya kurikulum baru menjadi
suatu pencerahan karena diperbesarnya porsi bahasa daerah sebagai bahan ajar,
terutama di jenjang SD.
Memang
sudah banyak perhatian pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian bahasa. Di
antaranya di Pemkot Bandung
yang menyelenggarakan acara Rebo Nyunda, dan di Tegal ada agenda Kamis
Ngapak-ngapak yang mengajak generasi muda untuk bertutur dengan bahasa daerah.
Tetapi justru pelaku bahasa di wilayah kita sendiri terkadang malah semakin membuat bahasa daerah semakin kecil jumlah penuturnya.
·
Pendidikan keluarga, yang sangat dominan
dalam pelestarian bahasa daerah. Ayah ibu lebih banyak menggunakan bahasa
Indonesia atau bahkan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari di lingkungan
keluarga.
·
Anak-anak SD masih bisa menggunakan
bahasa daerah, tetapi kenyataannya pelajaran bahasa daerah juga semakin kecil
porsinya.
·
PAUD/TK sudah menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar
Diharapkan
masih banyak daerah yang mengapresiasi bahasa ibu, namun tidak cukup itu saja. pemerintah
juga perlu turun tangan untuk mencegah kepunahan bahasa daerah dengan
memperbesar anggaran penelitian.
No comments:
Post a Comment