Dalarn proses penilaian hasil
belajar siswa dibutuhkan data yang obyektif, yang diperoleh dari hasil
pengukuran. Tes merupakan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh
data yang obyektif tentang hasil belajar siswa.
Proses
belajar mengajar tanpa evaluasi adalah identik dengan sayur asam tanpa rasa
asam. Rasa asarn dalam sayur asam diperoleh antara lain dari buah asam. Buah
asam merupakan alat pembuat rasa asam. Evaluasi dalam proses pembelajaran
adalah tes berikut pengukurannya, yang tidak dapat dipisahkan dalam evaluasi.
Arti,
peranan dan pandangan tes dan pengukuran dalarn bidang keolahragaan merupakan
pokok bahasan dalam bagian ini.
1.
Peranan
Tes Pengukuran dan Evaluasi
Untuk apa
kita mengadakan pengukuran? Pertanyaan ini perlu mendapat jawaban yang lengkap.
Bayangkan saja andaikata di dunia ini tiada ada alat-alat pengukur, maka
kemungkinan kemajuan dari segala bidang akan terhambat dan tidak akan
mendapatkan gambaran yang tepat terhadap saran yang telah ditentukan.
Tes
merupakan alat ukur. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1995:51), mengemukakan
tentang pengertian tes, yaitu tes adalah merupakan suatu alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Dari hasil tes, biasanya diperoleh
tentang atribut atau sifat-sifat yang terdapat pada individu atau obyek yang
bersangkutan. Data dapat dihimpun melalui tes, angket, observasi dan wawancara
dan bentuk lain yang sesuai. Data yang dihimpun dalarn pendidikan mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk menghimpun data/informasi yang
bersifat kognitif bisa melalui tes tulis, tes lisan. Dalam tes tulis bisa
berbentuk tes esay, tes obyektif (tes benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan dan isian pendek). Tes lisan,
dilakukan secara berhadapan antara yang rnengetes (testor) dengan yang di tes
(testee). Jawaban dikemukakan langsung secara lisan kepada penanya (testor).
Data bersifiat afektif dapat
dihimpun melalui tes dalam bentuk skala sikap atau angket atau observasi secara
langsung terhadap obyek yang akan diukur.
Sedangkan data/informasi yang
bersifat motorik dapat dihimpun antara lain melalui tes kemampuan dan gerak
dasar, tes kemampuan fungsional, tes cardio vascular dan tes keterampilan. Tes
sering dilakukan oleh para pengajar untuk menentukan nilai hasil belajar atau
mengadakan diagnosa terhadap penguasaan materi yang telah diberikan atau diajarkan.
Melalui tes akan dihimpun data yang bersifat obyektif. Meskipun tes itu telah
dilaksanakan dan diusahakan mengikuti aturan, cara dan prosedur yang telah
ditentukan namun tes itu sendiri mengandung kelemahan. Kelemahan dari tes, itu
menurut pendapat dari Arikunto (1995:54,56) yang diikuti dari pendapat Gilbert
Sax meliputi antara lain yaitu:
a.
Adakalanya
tes "menyinggung perasaan pribadi" seseorang (walaupun tidak sengaja demikian
misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan dan atau pengumuman hasil.
b.
Tes
menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni.
c.
Tes
mengkatagorikan siswa secara tetap. Seorang siswa yang telah tergolong kepada
kategori pandai, sedang atau kurang, sedang atau sukar bagi tester untuk
mengubah predikat katagori tersebut, jika memang hasil dari tes berikutnya
tidak menonjol.
d.
Tes
tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa Sikap terlalu berhati-hati
bagi siswa yang pandai dalam mempertimbangkan susunan kalimat ia akan terjebak
pada sesuatu butir tes dan ia akan kehabisan waktu.
e.
Prilaku
yang mencerminkan sifat-sifat manusia, adakalanya lebih cocok diketahui melalui
pengamatan secara cermat daripada diukur melalui tes.
Pengukuran
adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam
proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini bisa berupa
a) Tes dalarn bentuk pertanyaan-pertanyaan
b) Tes dalam bentuk psikomotor
c) Berupa skala sikap dan berupa alat
ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat
Fahrenheit (oF), derajat Celcius ( oC).
Dengan alat
ukur ini kita akan mernperoleh data dari suatu obyek tertentu, sehingga kita
dapat rnengungkapkan tentang keadaan obyek tersebut secara obyektif. Suatu ciri khas
dari pengukuran meliputi hasil-hasil atau
bentuk angka atau skor dan
hasilnya dapat diolah secara statistic. Yang ingin kita peroleh biasanya tentang atribut atau
sifat-sffat yang terdapat pada individu atau obyek yang bersangkutan. Biasanya
kita menganggap bahwa pengukuran merupakan penentuan skor secara obyektif
berdasarkan performance. Memang melalui pengukuran kita akan mernperoleh data
informasi yang obyehif, sehingga kita dapat menentukan kemampuan atau prestasi
seseorang pada saat ini. Hasil pengukuran bisa berupa antara lain skor, frekuensi,
waktu, jarak dan jumlah. Hasil pengkuran berupa skor misalnya hasil tes pengetahuan,
Si A memperoleh skor 45, hasil pengukuran berupa waktu, misalnya lari jarak
pendek diukur dalam waktu (detik), sedangkan hasil pengukuran berupa jarak
misalnya hasil lompat jauh yang diukur dengan satuan ukuran meter dan
centimeter. Hasil pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk frekuensi misalnya
pengukuran hasil sit-ups, yang dianggap menggambarkan atau mencermninkan kemampuan
daya tahan otot perut (misalnya Si A, sit-up nya 30x, Si B = 40x dan Si C =
25x). Dengan demikian bahwa pengukuran tidak sama dengan tes atau penilaian.
Pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data secara obyektif dari
suatu obyek, sebagaimana adanya.
Apakah
evaluasi itu ? Untuk memberikan jawaban tentang evaluasi, baiklah kita tinjau
beberapa pendapat para ahli mengenai konsep evaluasi ini. Evaluasi berasal dari
kata evaluation. Pengertian evaluation herdasarkan kamus Inggris-lndonesia,
yang disusun oleh Echalos dan Sadily (1981), bahwa "evaluation berarti
evaluasi, penilaian, penaksiran". Sedangkan evaluasi menurut pendapat Scot
dan French (1959) dapat dikemukakan yaitu evaluasi adalah suatu proses untuk
memberikan gambaran terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sejauh
mana tujuan-tujuan itu dapat dicapai? Johnson dan Nelson (1969), mengemukakan
bahwa evaluasi memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada pengukuran.
Penilaian dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari proses pengukuran.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dikemukakan bahwa evaluasi adalah suatu
proses pemberian penghargaan atau keputusan terhadap data/informasi yang
diperoleh melalui proses pengukuran dan berdasarkan suatu criteria.
Setiap kita
melakukan kegiatan penilaian harus ada kriteria. Kriteria dalam penilaian dapat
diperoleh dari dalam kelompok itu sendiri atau berasal dari luar yang berbentuk
standar yang telah baku.
Kriteria merupakan bahan banding terhadap data yang diperoleh dari hasil
pengukuran. Dengan menggunakan kriteria sebagai bahan banding, kita dapat
memberi makna terhadap data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Apakah data
itu berada di atas rata-rata atau dibawah rata-rata atau dapat pula dikatakan
sebagian besar memperoleh nilai baik. Selain daripada itu kita dapat mengetahui
dimana kedudukan atau status seorang siswa di dalam kelas atau kelompolnya dan
berbagai tafsiran yang dapat diungkapkan dari hasil evaluasi. Pengertian
evaluasi dapat diungkapkan dalam ungkapan lainnya yakni sebagai proses
penilaian secara kualitatif dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran.
Sebagai contoh misalnya Si Amat memperoleh skor 60, pada tes Kesegaran Jasmani
yang penting dalam hal ini adalah apa arti skor 60 itu ?. Dengan membandingkan
terhadap norma atau standar, maka skor 60 itu berada pada katagori Sedang.
Proses pemberian makna terhadap skor 60 dinamakan evaluasi. Dalam kaitannya
dengan pendidikan kontemporer, evaluasi merupakan suatu proses yang dinamis,
dalam membuat keputusan, yang memberikan perubahan-perubaban tingkah laku
murid, seperti dalam proses belajar.
Proses
evaluasi ini meliputi:
a. Pengumpulan data (hasil pengukuran)
b. Mempertimbangkan arti data ini
dengan berpatokan kepada suatu standar, dan
c.
Membuat
keputusan dan alternative tindakan berdasarkan data.
Sasaran evaluasi adalah menghasilkan suatu keputusan
rational di dalam usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar : evaluasi
proses belajar itu bergantung langsung pada kemampuan guru, untuk melaksanakan
ketiga langkah tersebut.
Lebih
lanjut Wittrook, mengemukakan bahwa evaluasi dapat mencakup 3 wilayah, yaitu:
a.
Lingkungan
belajar
b.
Pelajar
(siswa)
c.
Proses
belajar
Evaluasi
terhadap lingkungan belajar dapat meliputi faktor-faktor : kuantitas dan kualitas tempat mengajar, penyediaan alat-alat, staf pengajar,
besar kelas. Kondisi lingkungan
belajar yang memuaskan memang dibutuhkan, tetapi belum pasti menjamin berubahnya
tingkah laku anak seperti yang
diharapkan. Pengadaan
fasilitas atletik belum sepenuhnya menjamin anak-anak akan belajar nomor-nomor
atletik.
Evaluasi
terhadap anak itu sendiri berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan tentang
"kelebihan" dan ":kelemakan" dalam suatu segi tertentu.
Tujuan evaluasi tidak hanya sampai pada penentuan “baik” atau
"buruk", tetapi data itu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
belajar.
Evaluasi
terbadap proses belajar adalah evaluasi perubaban relatif pada tingkah laku anak
sebagai hasil pengalaman belajar. Perbedaan pengukuran dan evaluasi, kedua
istilah ini mempunyai perbedaan ditinjau Jari proses, ruang lingkup dan hasil
atau produk. Perbedaan kedua istilah tersebut dalam pengajaran secara rinci
dapat diungkapkan sebagai berikut:
Aspek
|
Pengukuran
|
Evaluasi
|
1.
Proses
2.
Ruang
Lingkup
3.
Hasil/Produk
|
Proses Pengumpulan Data
Merupakan Bagian dari
Proses Evaluasi
|
Proses Pemberian Nilai/harga terdapat data dari hasil
pengukuran
Evaluasi mempunyai ruang lingkup lebih luas dari
pengukuran
Produknya nilai/makna makaberdasarkan kriteria
|
Dari uraian
tersebut di atas, jelas bahwa antara pengukuran dan evaluasi, mempunyai
perbedaan tetapi dalam operasionalnya kedua istilah tarsebut satu sama lain
saling berkaitan.
2.
Pandangan
Tes dan Pengukuran
Tes dan pengukuran
merupakan bagian yang integral dalam proses penilaian hasil belajar siswa. Melalui
tes dan pengukuran kita akan memperoleh data yang obyektif dari suatu obyek
yang diukur. Untuk memperoleh data yang obyektif diperlukan alat ukur yang sahih,
diperlukan para testor yang berpengalaman dan menguasai cara pengukuran yang
akan ditetapkan.
Pelaksanaan
tes dan pengukuran akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh para
pelaksana tes yang telah memiliki pengetahuan tentang tes dan pengukuran. Disamping
fakor tersebut, fakor ketelitian dan kecermatan dalam melaksanakam tes dan pengukuran
akan sangat mernbantu terbadap terpenuhinya kriteria suatu data yang obyektif.
Data yang obyektif diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur yang valid
dan reliable akan memberikan gambaran yang sesunguhnya dari obyek yang di ukur.
Sehingga obyektivitas data akan memberikan dukungan terhadap hasil penilaian
obyektif. Penilaian yang obyektif akan memberikan motivasi dan rasa kepuasan
pada diri siswa terhadap hasil belajar yang telah dicapai pada saat ini.
Keadaan ini tentu akan memberikan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga akan mendorong para siswa belajar lebih giat dan tekun guna menguasai
materi bahan ajar yang diberikan kepada para siswanya.
Pengukuran
yang dilakukan dalam bidang keolahragaan atau pendidikan olahraga mendasarkan
diri kepada hal-hal berikut ini :
1.
Pengukuran
harus dilakukan untuk mencapai tujuan, sesuai dengan lingkungan dan jenis tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses pengukuran hendaknya terlebih
dahulu ditetapkan tujuannya.
2.
Metode
pengukuran dalam bidang keolahragaan jangan hanya terbatas dengan tes saja,
sebab tes hanya merupakan salah satu bagian dari pengukuran. Dalam kenyataannya
masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan keolahragaan yang belum diukur.
3.
Alat
ukur yang digunakan dalam proses pengukuran hendaknya alat ukur itu valid dan
reliable.
4.
Tes
dan pengukuran hendaknya dilaksanakan oleh para petugas yang telah terlatih dan
berpengalaman pada bidang tersebut.
disarikan
dari materi TES DAN PENGUKURAN PENJAS/ Unnes 2010
No comments:
Post a Comment