Pandawa Lima |
Pandawa Lima merupakan tokoh yang
tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan
tokoh sentralnya bersama dengan Kurawa.
Pertempuran antara Pandawa Lima
dengan Kurawa yang masih mempunyai hubungan saudara, karena Pandawa Lima
memperjuangkan hak tahtanya atas Kerajaan Hastinapura yang di kuasai oleh para
Kurawa ( Prabu Suyudhana dengan saudara-saudaranya yang berjumlah seratus ).
Pandawa lima adalah sebutan lima
bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan
Sadewa.
Yudistira dengan nama kecilnya
Puntadewa, Bima dengan nama kecilnya Sena, dan Arjuna dengan nama kecilnya
Permadi dilahirkan dari ibu Dewi Kunti sedang Nakula dengan nama kecilnya
Punten dan Sadewa dengan nama kecilnya Tangsen dilahirkan dari ibu Dewi Madrim.
Pandu Dewanata adalah Raja
Hastinapura, tetapi mati muda dan anak-anaknya masih kecil-kecil sehingga belum
memungkinkan untuk memegang kendali pemerintahan, untuk mengisi ke kosongan
pemerintahan Hastinapura, maka diangkatlah Destaratra yang buta, kakak Pandu
Dewanata untuk menduduki jabatan sementara tahta Hastina, kelak jika
putra-putra Pandu telah dewasa, Hastinapura akan diserahkan pada Pandawa Lima,
putra Pandu yang mempunyai hak atas tahta Hastina secara syah.
Rencana penyerahan tahta Hastinapura
ke para Pandawa Lima Putra Pandu secara damai kelaknya hanya tinggal rencana
saja, karena rencana tersebut terhalang oleh Dewi Gendari Istri Destarastra
yang sangat ambisius, apa lagi ambi si Dewi Gendari didukung oleh adiknya Harya
Su man alias Sengkuni, menjadi patih Hastinapura, mempunyai watak iri, dengki
dan syirik yang menghalakan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Destarastra disamping buta,
pendiriannya juga kurang kuat, mudah berubah, mudah diha sut dan mudah dibujuk
oleh anak-anaknya yang berjumlah seratus, dikenal dengan Kurawa atau Sata
Kurawa yang hampir seluruh anaknya berwatak pendusta, iri, dengki, tamak,
syirik dlsb.
Patih Harya Suman alias Sengkuni
sangat besar sekali pengaruhnya pada para Kurawa dalam membentuk anganggapan
bahwa Pandawa Lima merupakan musuh dan saingan terberatnya, karena itu harus
disingkirkan dengan cara apapun juga, agar Hastinapura tidak jatuh ketangan
Pandawa Lima Putra Pandu, sebagai pewaris syah atas tahta Hastinapura.
Meskipun Pandawa Lima dan Kurawa
berguru pada guru yang sama yakni Resi Durna ( Druna ) dan Resi Krepa, tetapi
permusuhan diantara mereka tidak dapat dipadamkan untuk menjadi rukun, bahkan
semakin menjadi-jadi.
Pandawa Lima selalu lebih unggul dlm
ketrampilan ulah senjata dan ulah krida dari pada para Kurawa. Puntadewa selalu
lebih unggul dibi dang sastra dan ketatanegaraan, Bima unggul dibidang
memainkan senjata gada, Harjuna unggul dibidang memanah dan ulah pedang sedang
kan Nakula dan Sadewa tidak ikut berguru karena masih terlalu kecil.
Bima bersosok tubuh besar, konon
sangat jahil suka mengganggu Kurawa dengan tiada sebab Kurawa sering ditampar
dan ditempeleng oleh Bima terutama Suyudhana/Duryudhana dan Dursasana ( adik
Suyudhana ), akhirnya menimbulkan perkelahian tetapi selalu dimenangkan oleh
Bima meskipun Bima dikeroyok mereka berdua, karena itu Bima selalu menjadi
sasaran pelampiasan dari kekesalan mereka.
Suatu saat Bima yang sangat rakus,
dalam makanannya diberi racun oleh Kurawa, setelah Bima tidak sadarkan diri
kemudian dibuang kedalam sumur Jalatunda yang berisi penuh dengan ular beracun
ganas. Karena pertolongan Batara Dadungnala, Bima dapat selamat dan sejak itu Bima
menjadi kebal terhadap segala macam racun betapapun ganasnya racun tersebut.
Mengetahui usahanya menyingkirkan
Bima gagal, maka Kurawa berusaha lagi untuk menyingkirkan Pandawa Lima dengan
cara membakar bale Sigala-gala tempat menginap para Putra Pandu dan Ibunya Dewi
Kunti, tetapi usaha itupun gagal lagi, karena Putra Pandu memperoleh
pertolongan dari Batara Naradha, Sang Hyang Antaboga dan Yama Widura.
Untuk mencegah Pandawa Lima dan para
Sata Kurawa agar tidak terjadi sengketa terus menerus, para tetua mereka
terutama Resi Bisma dan Yama Widura, menganjurkan kepada Destarastra agar
Pandawa Lima diberi hutan Kan dawaprastha atau Wanamarta, saran tersebut
diikuti oleh Destarastra dan hutan Wanamartalah yang diberikan pada Pandawa
Lima.
Dalam waktu singkat Pandawa Lima
yang
dibantu oleh beberapa Dewa dan
sahabat sahabatnya, berhasil merubah hutan belantara menja di sebuah kerajaan
yang besar dengan nama Amerta dan Indraprasta sebagai ibu kotanya.
Semakin lama Amerta menjadi semakin
maju, kerajaannya menjadi semakin besar dan kuat, banyak kerajaan kecil-kecil,
bergabung berkat perjuangan Bima dan Harjuna.
Sebagai pernyataan syukur kepada
Sang Hyang Widhi Wasa atau Sang Maha Pencipta Ja-gad Raya ini, maka para
pembesar Kerajaan Amarta mengadakan syukuran, sesaji kepada Raja Suya dan para
Kurawapun diundang untuk meng hadiri upacara sesaji itu dan dalam pelaksanaan
upacara sesaji tersebut terdapat keributan antara Prabu Kresna dengan Prabu Si
Supala, berakhir dengan meninggalnya Prabu Si Supala, tetapi tidak menggangu
kelancaran jalannya upacara sesaji.
Karena sudah mempunyai bibit rasa
iri dan dengki pada Pandawa Lima, maka Kurawa menilai bahwa upacara tersebut
merupakan pameran kekuatan Pandawa Lima, hal demikian dimanfaatkan oleh Patih
Sengkuni untuk mempengaruhi para Kurawa agar membuat sengsara pada Pandawa Lima
(Putra Pandu).
Prabu Duryudhana atas nama Kurawa,
mengundang Pendawa Lima untuk menghadiri pes-ta yang diadakan di kerajaan
Hastinapura, atas hal tersebut para tetua Hastinapura seperti Pra bu Destarastra,
Resi Bisma dan Yama Widura menilai bahwa antara Pandawa Lima dengan para Sata
Kurawa telah berdamai dan bersahabat.
Penilaian tetua Hastinapura ternyata
meleset, karena undangan Kurawa hanya merupakan siasat untuk membuat sengsara
Pandawa Lima.
Waktu itu Pandawa Lima diajak minum
mi-numan yang memabukkan sampai mabuk dan dalam kondisi mabuk itulah Pandawa
Lima dia-jak main judi, Pandawa Lima diwakili oleh Yudistira dan Hastinapura
diwakili oleh Patih Sengkuni (Harya Suman). Dalam permainan judi tersebut
Pandawa Lima di kalahkan, karena di curangi oleh para Kurawa, judi dan
mabuk-mabukan sudah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi para Kurawa.
Awalnya Pendawa Lima sering
dimenang-kan, tetapi setelah taruhan diperbesar dan merupakan target Para
Kurawa, maka Pendawa Lima dikalahkan, sesudah kerajaan Amarta dipertaruhkan dan
dikalahkan, keadaan semakin panas, ke-mudian setelah adik-adiknya dan dirinya
yang di jadikan taruhan kalah juga, maka Dewi Drupadi istrinyapun dipertaruhkan
pula.
Dewi Drupadi waktu itu dikaputren
kemudian diseret kebalairung, dipermalukan dan menarik rambutnya sampai
terurai. Pada saat itulah Dewi Drupadi mengucapkan sumpahnya, bahwa ia tidak
akan menyanggul rambutnya lagi, kecuali setelah keramas dengan darahnya
Dursasana adik Prabu Duryudhana ( Suyudhana ), demikian juga Bima bersumpah,
bahwa dalam perang Bha ratajuda nanti akan membunuh Prabu Duryudhana
(Suyudhana) dan meminum darahnya.
Nasib Pandawa Lima dan Dewi Drupadi
agak tertolong dengan campur tangannya tetua Hastinapura Resi Bisma dan Yama
Widura. Dewi Drupadi diminta untuk diserahkan kepada Resi Bisma dan diberikan,
untuk ini para Kurawa salah sangka dikiranya Resi Bisma ingin menikmati
kemenangannya pada hal Dewi Drupadi akan diserahkan kembali kepada Pandawa Lima
oleh Resi Bisma.
Atas kekalahan judi para Pandawa
Lima, tetua Hastina mengambil kebijaksanaan dan jalan tengah, bahwa Pandawa
Lima harus menjalani hukuman pembuangan di hutan selama 12 tahun dan masa
penyamaran selama 1 tahun, dalam masa penyamaran apabila salah satu dari Pandawa
lima dapat dipergoki, maka mereka semua ha rus menjalani pembuangan ulang lagi
selama 12 tahun, dan masa penyamaran 1 tahun.
Dewi Drupadi-pun mengikuti para
Pandawa Lima dalam menjalani hukuman pembuangan, sedangkan Dewi Kunti ibu para Pandawa
Lima tetap tinggal Kerajaan Hastinapura. Sebagian Istri dan anak-anaknya Raden
Harjuna dititipkan di Kerajaan Cempalaradya, Dewi Wara Subadra dan sebagian
lagi istri-istri Raden Harjuna dan anak-anaknya dititipkan di Kerajaan
Dwarawati.
Dalam masa menjalani hukum pembuangan,
Raden Harjuna dan Bima memanfaatkan waktunya untuk memperdalam ilmunya dan
mencari senjata pusaka. Bima bertemu dengan Anoman saudara tunggal Bayu yang
mengajarkan berbagai ilmu kesaktian kepadanya.
Setelah Pandawa Lima menyelesaikan
ma-sa pembuangan 12 tahun lamanya, kemudian menjalani masa penyamaran di
Kerajaan Wirata. Puntadewa menyamar sebagai ahli sejarah dan tatanegara dengan
nama Wijakangka, Bima sebagai Jagal/penyembelih hewan dengan nama Jagal
Abilawa, Harjuna sebagai guru tari yang kebanci-bancian dengan nama Kandhi
Wrahatmala, Nakula dan Sadewa sebagai pelatih dan pemelihara kuda dengan nama
Darmagranti dan Tantripala. Dewi Drupadi menjadi dayang istana dengan nama
Sailandri atau Salindri.
Disaat hari penyamaran Pandawa Lima
ber-akhir terjadilah penyerbuan Hastinapura dengan sekutu-kutunya ke Kerajaan
Wirata. Para Pandawa Lima tidak dapat tinggal diam ketika melihat kejadian
penyerbuan yang telah mengganggu ketenangan dan ketentraman Kerajaan Wirata
tempat mereka menyamar selama ini.
Dengan ikutnya Pandawa turun kemedan
perang, akibatnya para Sata Kurawa mengetahui penyamaran Pandawa Lima. Maka
ketika diada kan perundingan untuk memulihkan hak Panda wa Lima atas Kerajaan
Amarta dan setengah Kerajaan Hastina, ditolak oleh Kurawa dengan alasan
penyamarannya telah dipergoki, karena itu Pandawa harus menjalani ulang kembali
masa hukumannya 12 tahun dalam pembuangan dan 1 tahun masa penyamaran.
Menurut perhitungan tetua Hastina,
Panda wa Lima telah menjalani masa hukuman dengan sempurna, karena itu mereka
harus dikembalikan hak-haknya termasuk setengahnya Kerajaan Hastinapura, namun
hal demikian ditolak oleh Kurawa. Meskipun Pandawa Lima dalam perundingan
diwakili oleh Prabu Kresna sebagai duta Pandawa Lima.
Karena perundingan damai mengalami
ke-gagalan, maka pecahlah pertempuran utk mem-perjuangkan haknya, kemudian
dikenal dengan kisah “MAHABHARATA”,
masa pertempurannya selama 18 hari, berakhir dengan kemenangan Pandawa Lima,
tetapi semua putra Pandawa Lima gugur dimedan perang di Tegal Kurusetra.
Yudistira dikenal sebagai sosok suci
tanpa dosa, sedangkan Bima dan Raden Harjuna dikenal sebagai sosok yang telah
mencapai kesempurnaan diri, mengetahui sejatinya urip/hidup.
Bima waktu itu diperintah oleh Resi
Druna untuk mencari air suci, maksudnya untuk mence lakakan Bima, tetapi
sebaliknya Bima bertemu dengan Dewa Ruci yang memberi wejangan tentang ilmu
kasampurnan hidup, Raden Harjuna memperoleh wejangan ilmu Hasta Brata dari
Panembahan Kesawasidhi di Puncak gunung Suwelagiri Pertapaan Kutharunggu. Hasta
Brata merupakan ilmu spiritual setingkat dengan air suci yang diperoleh Bima
untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Dihari tuanya, Pandawa Lima dengan
sadar merupakan hari-hari utk menyongsong saat ke-matian, setelah menobatkan
Parikesit cucu Raden Harjuna sebagai Raja Hastinapura, beberapa tahun kemudian
Pandawa Lima mendaki kepun cak Gunung Himalaya, termasuk Dewi Drupadi untuk
menyongsong kematian, diikuti oleh anjing berbulu putih.
Pertama kali yang dijemput oleh
Batara Ya-madipati (Dewa penjemput nyawa) adalah Dewi Drupadi, dinilai paling
banyak dosanya diban -dingkan dengan kelima suaminya yakni Panda wa Lima.
Pertama karena dihati kecilnya ia lebih mencintai Raden Harjuna dari pada
dengan suami lain-lainnya. Kedua karena Dewi Drupadi bermulut tajam,
kata-katanya sering melukai hati orang lain, diantaranya adalah Narpati
Basukarna (Adipati Karna), Prabu Duryudhana, Resi Druna/ Drona, Dursasana dan
Jayadrata, terluka hatinya karena ucapan-ucapan Dewi Drupadi.
Berikutnya giliran Sadewa yang
dijemput oleh Batara Yamadipati, karena sering meremehkan atau memandang rendah
orang lain termasuk kakak kakaknya meskipun hanya didalam hati saja dan tidak
pernah diucapkan. Sadewa mempunyai ilmu / aji Pranawa Jati yang dapat
mengetahui kejadian yang akan datang dan mengingat kejadian-kejadian masa lalu
yang pernah dialami.
Setelah Sadewa giliran berikutnya
kemudian adalah Nakula yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena meskipun
diam sebenarnya di-dalam hatinya Nakula selalu iri dan dengki kepada
saudara-saudaranya terutama dengan Sadewa.
Giliran berikutnya setelah Nakula
adalah Raden Harjuna yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena didalam hati
kecilnya Raden Harjuna terlalu bangga dengan ketampanan yang dimilikinya dan
merasa paling dibutuhkan atau pa-ling penting dibanding dengan
saudara-saudaranya.
Bima giliran berikutnya dijemput
oleh Batara Yamadipati, karena dinilai sering tidak dapat menahan nafsu
amarahnya.
Yudistira tidak dijemput oleh Batara
Yamadipati dan tidak menemui ajalnya, ia berjalan sampai didepan pintu Syurga
dan dijemput oleh Batara Indra, diajak untuk masuk syurga tetapi anjingnya
dilarang masuk. Yudistira menolak masuk syurga jika anjingnya tidak
diperbolehkan masuk syurga, karena Yudistira menganggap Dewa tidak menghargai
suatu kesetiaan. Maka sebaiknya hamba tidak usah masuk kesyurga jika anjing
yang menunjukkan kesetiaannya dilarang masuk syurga.
Atas ucapan Yudistira yang
menghargai ke setiaan, seketika itu juga anjing putih yang selalu menyertai
perjalanan Pandawa Lima dengan setianya sejak dari Istana Hastinapura sampai
kepintu syurga, berubah wujudnya menjadi Batara Darma, jelmaan ayahnya
Yudistira yang sebenarnya .
Kisah berakhir hidupnya para Putra
Pandu, mengandung suatu petunjuk, bahwa Allah Maha Mengetahui segala-galanya,
meskipun hanya didalam hati dan tidak pernah dikeluarkan atau dinyatakan kepada
orang lain, Allah sudah mengetahui kebaikan atau kebathilan itu.
Jalan hidup dan pegangan hidup para
Putra Pandu yang kemudian dikenal dengan Pandawa Lima, tidak dapat dilepaskan
dari punakawan Semar dan anak-anaknya yang tidak lain dari jelmaan Dewa Ismaya
yang selalu memberi petunjuk dan bimbingan serta nasehat kepada para Putra
Pandu.
Nama-nama atau sebutan orang tua
laki-laki selalu disertakan dalam memberi nama putra-putranya, seperti Pandawa
Lima adalah keturunan Pan yaitu Pandu. Kurawa adalah keturunan Kuru, Drupadi
adalah keturunan Drupada, Madrim adalah keturunan Raja Mandra dst.
Kisah-kisah pewayangan banyak mengandung
ajaran-ajaran Falsafah yang bermakna spiri tual tinggi, kata-kata Adiluhung
yang memben tuk budi luhur dan pekerti/perbuatan mulia Bangsa Indonesia.
Dunia pewayangan mempunyai andil
yang sangat besar dalam membentuk watak Budi Luhur dan Hati Mulia Bangsa
Indonesia yang dikagumi oleh bangsa lain di dunia ini.
Banyak sekali karakter pewayangan yang bisa kita jadikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari, tapi tentunya yang berkarakter baik. baik
Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah
Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama dengan
Kurawa.Pandawa lima adalah
sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima,
Arjuna, Nakula dan Sadewa. Berikut ini kita akan mengenal karakter tokoh pandawa lima :
Yudistira |
YUDISTIRA
Adalah putra
sulung Pandu dan Dewi Kunti. Tertua dari kerabat Pandawa. Lahir di tengah
kehidupan istana Hastinapura. Ketika muda bernama Samiaji. Besar oleh didikan
watak ksatria ayahnya. Selalu mengedepankan pendekatan dialog daripada
kekerasan, dengan pusaka ajian Kalimasada, melawan tanpa perlawanan. Tipu
muslihat Kurawa menyebabkan dia terusir dari istana. Sehingga membuka lahan
hutan Wanamarta, mendirikan negara Amarta. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa
Yama. Yudistira memerintah di Kerajaan Amarta. Keelokan istana amarta membuat
iri Kurawa, sehingga kembali tipu muslihat Kurawa membuat Yudhistira dan
seluruh Pandawa terusir dari istana Amarta. Dan harus menyaru sebagai rakyat
biasa bernama Wijakangka.
Konflik
berkepanjangan Hastinapura, akhirnya harus ditempuh dengan penyelesaian perang,
perang Baratayudha. Yudhistira tidak banyak terlibat dalam perang secara
langsung, dialah yang memimpin seluruh pasukan, mengarahkan dari barisan
belakang, atas nasihat dan petunjuk raja Dwarawati, Sri Kresna.
Kemenangan
Pandawa, mengembalikan negeri Hastinapura kembali kepada kepemimpinan
Yudhistira. Semakin luas wilayahnya, karena juga tergabung dengan negeri Amarta
di sebelah baratnya. Ketika kerajaan diserahkan ke tampuk cucu keponakannya,
Parikesit, Pandawa pun turun keluar istana mengembara menjalani kehidupan
sebagai seorang resi. Berjalan ke utara, ke puncak Argaloka, terus ke utara ke
ketinggian gunung Mahameru, puncak tertinggi dunia wayang. Tak ada yang tahu
persis kapan dan bagaimana kematiannya.
Yudistira dalam pewayangan adalah
simbul atau lambang sosok yang suci, tidak mempunyai dosa dan diibaratkan
darahnya berwarna putih tanpa noda sediktpun.
Karakter : Sifatnya sangat bijaksana, tidak
memiliki musuh, hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang
sangat tinggi, suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah.
Sifat lainnya yang menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran
agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi.
Bima |
BIMA
Kedua Pandawa.
Ketika muda bernama Bratasena, atau
dengan nama kecilnya Sena. Bima merupakan putra kedua Pandu dengan Dewi Kunti.
Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan
Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah
paling sangar di antara saudara-saudaranya. Memiliki postur tubuh hampir
dua kali tinggi dan besar rata-rata bangsa manusia. Mata tajam, kumis dan
jengot tebal. Memiliki keistimewaan sejak lahir berupa sebuah tulang menongol
keluar di antara pangkal ibu jari dan telunjuknya. Keadaan biasa tulang itu
masuk terlipat diantara ruas jari, tapi ketika siaga, tulang itu menonjol
keluar sampai sepanjang lengan. Tajam dan begitu kuat keras. Kuku Pancanaka
banyak disebutnya.
Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik.
Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala. Bima juga
dijuluki Werkudara. Dalam pewayangan Jawa, Bima memiliki anak yaitu Gatotkaca,
Antareja dan Antasena. Bima dalam pewayangan adalah
simbul ketegasan dan keadilan serta kejujuran dalam menegakkan hukum, tidak
pandang bulu, siapapun yang salah harus dihukum meskipun itu saudara maupun
anaknya sendiri. Bima selalu menepati janjinya, bertubuh tinggi besar dan
kokoh.
Bima dalah seorang
yang pendiam tidak banyak bicara. Dia juga tidak begitu pandai bertutur kata
dan mengungkap perasaannya. Sangat penurut kepada kakaknya. Diberi kekuasaan di
wilayah Jodipati, bagian dari negri Amarta. Ketika terusir, menyamar sebagai
seorang jagal bernama Bilawa.
Bima pernah
mengalami perjalanan ruhani yang luar biasa ketika bertemu bangsa Dewa bernama
Dewa Ruci. Begitu banyak angkara murka yang tumpas dari tangannya, termasuk
sulung Kurawa, Duryudana. Pahanya hancur oleh kibasan gada Rujakpala. Akhir
kehidupannya, menemani kakaknya pergi ke Mahameru.
Karakter : Bima
memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan
jujur.
Ia juga
memiliki sifat kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya
hatinya lembut, setia pada satu sikap, tidak suka berbasa basi dan tak
pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.
Arjuna |
ARJUNA
Ketiga
Pandawa. Arjuna dengan nama kecilnya Permadi. Arjuna merupakan
putra bungsu Dewi Kunti dengan Pandu. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra,
Sang Dewa perang. Ia adalah ksatria cerdik dan gemar berkelana, gemar bertapa
dan berguru menuntut ilmu. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan
dianggap sebagai ksatria. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan
menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan
saat pertempuran besar di melawan Kurawa. Arjuna dikenal
juga dengan nama Janaka. Ia memimpin kerajaan di Madukara. Raden Harjuna adalah lambang atau
simbul sosok tampan dan rupawan, banyak anak banyak istri tetapi semuanya
rukun.
Memiliki
keistimewaan paras tampan yang bisa membuat jatuh cinta setiap wanita di
seluruh dunia wayang setiap kali bertemu dengannya. Bahkan cerita yang beredar,
keelokan Arjuna, bisa membuat jatuh cinta para wanita, hanya dari sekedar
bertemu di mimpi mereka.
Memiliki banyak
istri dari setiap pengembaraannya. Memiliki banyak pusaka yang diperoleh dari
berguru ke hampir setiap resi begawan di seluruh penjuru dunia wayang. Panah
Pasopati, Sarutama, Arda Dadali, keris Kyai Kalanadah, Cundamanik, Pulanggeni,
Dewadata, panah sakti Sangkali pemberian guru Drona. Diberi kekuasaan istana di
Madukara, wilayah selatan Amarta. Ketika terbuang menyamar menjadi guru tari
waria bernama Wrehatnala. Sempat ada keraguan di awal perang Baratayudha ketika
menyaksikan bahwa yang dihadapinya, pada dasarnya adalah saudaranya sendiri.
Kresna-lah yang mengembalikan semangatnya. Penerus tahta Hastinapura, adalah
cucunya bernama Parikesit. Di akhir hidupnya ikut mengembara ke Mahameru
bersama kakak-kakaknya.
Arjuna mempunyai banyak istri dan anak :
1.
Dewi Sumbadra , berputra Raden Abimanyu.
2.
Dewi Larasati , berputra Raden Sumitra dan Bratalaras.
3.
Dewi Srikandi
4.
Dewi Ulupi/Palupi , berputra Bambang Irawan
5.
Dewi Jimambang , berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
6.
Dewi Ratri , berputra Bambang Wijanarka
7.
Dewi Dresanala , berputra Raden Wisanggeni
8.
Dewi Wilutama , berputra Bambang Wilugangga
9.
Dewi Manuhara , berputra Endang Pregiwa dan Endang
Pregiwati
10. Dewi
Supraba , berputra Raden Prabakusuma
11. Dewi
Antakawulan , berputra Bambang Antakadewa atau sering disebut juga Carangsana
atau Caranggana.
12. Dewi
Maeswara
13. Dewi
Retno Kasimpar
14. Dewi
Juwitaningrat , berputra Bambang Sumbada
15. Dewi
Dyah Sarimaya
Dalam
Mahabharata- versi India (asli), Arjuna mempunyai 4 orang istri dan 4 orang
anak. yaitu:
- Draupadi, berputra Srutakirti
- Ulupi, dari Nagaloka, berputra Iravan
- Chitranggada,kdari kerajaan Manipura berputra Babruvahana
- Subadhra, berputra Abhimanyu
Karakter : Arjuna
memiliki sifat perwatakan cerdik pandai, pendiam, lemah lembut budinya,teliti,
sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah.
Nakula |
NAKULA
NAKULA
yang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama
tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra
ke-empat Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim,
putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia merupakan
penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Nakula
lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa (pedalangan Jawa), Nakula pandai
memainkan senjata pedang. Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan
merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh.
Nakula kidal mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah, keris dan lembing.
Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani.
Nakula juga mempunyai cupu berisi, “Banyu Panguripan/Air kehidupan” pemberian Bhatara Indra.
Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.
Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Istana kembar berhadapan, dengan saudara kembarnya Sadewa.
Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu:
Nakula kidal mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah, keris dan lembing.
Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani.
Nakula juga mempunyai cupu berisi, “Banyu Panguripan/Air kehidupan” pemberian Bhatara Indra.
Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.
Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Istana kembar berhadapan, dengan saudara kembarnya Sadewa.
Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu:
1. Dewi
Sayati putri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan memperoleh dua
orang putra masing-masing bernama Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.
2.
Dewi Srengganawati, putri resi
Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut
Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala)
dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung.
Dari
perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama
Tirtamanik.
Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim.
Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim.
Karakter : perwatakan
jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga
rahasia.
Sadewa |
SADEWA
SADEWA
atau Sahadewa yang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Tangsen (buah
dari tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat)
adalah putra ke-lima/bungsu Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan
permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari negara
Mandaraka. Ia lahir kembar bersama kakanya, Nakula.
Sadewa yang juga seperti saudara kembarnya, kidal, sangat mahir dalam ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus.
Mahir menunggang kuda dan mahir menggunakan senjata panah dan lembing.
Selain sangat sakti, Sadewa juga memiliki Aji Purnamajati pemberian Ditya Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat; dapat mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa.
Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.
Sadewa tinggal di kesatrian Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah negara Amarta.
Sadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala).
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra bernama Bambang Widapaksa/ Sidapaksa).
Setelah selesai perang Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara Astina mendampingi Prabu Kalimataya/Prabu Yudhistira.
Sadewa yang juga seperti saudara kembarnya, kidal, sangat mahir dalam ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus.
Mahir menunggang kuda dan mahir menggunakan senjata panah dan lembing.
Selain sangat sakti, Sadewa juga memiliki Aji Purnamajati pemberian Ditya Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat; dapat mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa.
Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.
Sadewa tinggal di kesatrian Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah negara Amarta.
Sadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala).
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra bernama Bambang Widapaksa/ Sidapaksa).
Setelah selesai perang Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara Astina mendampingi Prabu Kalimataya/Prabu Yudhistira.
Karakter :perwatakan
jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga
rahasia.
*dari berbagai
sumber >>>
No comments:
Post a Comment