Sejarah
Food
Combining adalah metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan dengan
mekanisme alamiah tubuh. Khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan.
Dampak dari kombinasi makanan serasi adalah meminimalkan jumlah penumpukan sisa
makanan dan metabolisme, sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan
menjadi lancar. Dan pemakaian energi tubuh lebih efisien.
Food Combining mendorong terciptanya perilaku makan yang mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan. Selain itu, food combining juga mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme tubuh seimbang.
Dengan pemahaman dasar Food Combining, sebenarnya bisa dilakukan diet tanpa harus tersiksa dengan rasa lapar. Food Combining memungkinkan seseorang mengubah berat badannya menjadi normal dengan tetap mengkonsumsi makanan seperti biasa. hanya saja Food Combining ini harus dilakukan dengan pemahaman terhadap makanan dan sistem pencernaan.
Banyak bukti yang mendukung manfaat Food Combining. Namun, masih banyak ahli medis dan gizi yang menentang pola makan seperti ini. Alasannya adalah secara alamiah setiap makanan menganudng semua unsur gizi dan dicerna melalui saluran yang sama. Mereka berpendapat bahwa sistem pencernaan manusia mampu mencerna sekaligus sehingga metode memisah misahkan makanan tertentu seperti food combining dianggap sebagai prilaku yang tidak masuk akal.
Jika kita mengkaji pola makan Rasulullah, sebenarnya Rasulullah telah menerapkan metode Food Combining. Karena Rasulullah mengkonsumsi hanya makanan tertentu pada waktu tertentu yang ternyata sangat sesuai dengan siklus pencernaan. Selain itu, berdasar riwayat Aisyah disebutkan bahwa Nabi tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika Nabi sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengna kurma, beliau tidak akanroti. Begitu juga bila Nabi makan dengan sup daging, beliau tidak akan memakan makanan lain selain gandum dan sup daging itu.
Rasulullah pun tidak memakan dua jenis makanan panas atau dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam waktu bersamaan dan tidak langsung tidur setelah makan malam. Ikan dan daging merupakan sumber protein, sehingga tidak dianjurkan oleh Rasulullah untuk mengkonsumsinya pada waktu bersamaan. Begitupun menurut pakar Food Combining yang menyatakan bahwa kombinasi ikan dan daging kurang baik.
Foofd Combining merupakan pola makan sehat tertua di dunia. Berdasarkan manuskrip sejarah, ditemukan bahwa food combining sudah dilakukan oleh bangsa Esseni di Palestina sekitar 2000 tahun yang lampau. Mereka mengikuti ajaran taurat yang masih murni. Ajaran bangsa Esseni yang berhubungan dengan pola makan diantaranya, tidak menggabungkan roti dan daging pada waktu yang bersamaan, juga susu dan daging, tidak makan darah, bangkai dan daging binatang yang diharamkan (daging babi, ikan tanpa sirip/insang dan binatang melata). Serta tidak makan berlebihan.
Sekarang ini pola makan dengan metode food combining dipopulerkan kembali di Jerman sekitar tahun 1800-an, dan sejak itu menyusul di eropa, amerika dan australia. Sebenarnya belasan abad sebelum itu Rasulullah pun telah menggunakan metode food combining.
Food Combining mendorong terciptanya perilaku makan yang mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan. Selain itu, food combining juga mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme tubuh seimbang.
Dengan pemahaman dasar Food Combining, sebenarnya bisa dilakukan diet tanpa harus tersiksa dengan rasa lapar. Food Combining memungkinkan seseorang mengubah berat badannya menjadi normal dengan tetap mengkonsumsi makanan seperti biasa. hanya saja Food Combining ini harus dilakukan dengan pemahaman terhadap makanan dan sistem pencernaan.
Banyak bukti yang mendukung manfaat Food Combining. Namun, masih banyak ahli medis dan gizi yang menentang pola makan seperti ini. Alasannya adalah secara alamiah setiap makanan menganudng semua unsur gizi dan dicerna melalui saluran yang sama. Mereka berpendapat bahwa sistem pencernaan manusia mampu mencerna sekaligus sehingga metode memisah misahkan makanan tertentu seperti food combining dianggap sebagai prilaku yang tidak masuk akal.
Jika kita mengkaji pola makan Rasulullah, sebenarnya Rasulullah telah menerapkan metode Food Combining. Karena Rasulullah mengkonsumsi hanya makanan tertentu pada waktu tertentu yang ternyata sangat sesuai dengan siklus pencernaan. Selain itu, berdasar riwayat Aisyah disebutkan bahwa Nabi tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika Nabi sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengna kurma, beliau tidak akanroti. Begitu juga bila Nabi makan dengan sup daging, beliau tidak akan memakan makanan lain selain gandum dan sup daging itu.
Rasulullah pun tidak memakan dua jenis makanan panas atau dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam waktu bersamaan dan tidak langsung tidur setelah makan malam. Ikan dan daging merupakan sumber protein, sehingga tidak dianjurkan oleh Rasulullah untuk mengkonsumsinya pada waktu bersamaan. Begitupun menurut pakar Food Combining yang menyatakan bahwa kombinasi ikan dan daging kurang baik.
Foofd Combining merupakan pola makan sehat tertua di dunia. Berdasarkan manuskrip sejarah, ditemukan bahwa food combining sudah dilakukan oleh bangsa Esseni di Palestina sekitar 2000 tahun yang lampau. Mereka mengikuti ajaran taurat yang masih murni. Ajaran bangsa Esseni yang berhubungan dengan pola makan diantaranya, tidak menggabungkan roti dan daging pada waktu yang bersamaan, juga susu dan daging, tidak makan darah, bangkai dan daging binatang yang diharamkan (daging babi, ikan tanpa sirip/insang dan binatang melata). Serta tidak makan berlebihan.
Sekarang ini pola makan dengan metode food combining dipopulerkan kembali di Jerman sekitar tahun 1800-an, dan sejak itu menyusul di eropa, amerika dan australia. Sebenarnya belasan abad sebelum itu Rasulullah pun telah menggunakan metode food combining.
Sekilas tentang kombinasi makanan
Kombinasi makanan serasi atau dikenal dengan food combining
adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan penerapan nutrisi berdasarkan
pengelompokan kandungan sumber protein (seperti: daging, ikan, dan telor) dan
karbohidrat (misalnya: roti, kentang, beras, dan pasta) pada saat makan. Para
penganut diet ini sering mengakui bila cara ini juga membantu pencernaan.
Salah satu alasan mengapa kombinasi makanan serasi bisa
membantu proses pencernaan berhubungan dengan fakta bahwa protein dan pati
masing-masing membutuhkan proses berbeda untuk mencerna mereka. Protein dicerna
secara sempurna dengan asam, sedangkan alkali adalah medium pencernaan untuk
karbohidrat.
Lagipula, enzim pencernaan yang mencerna protein di usus
halus berbeda dengan enzim yang mencerna karbohidrat. Pengelompokan makanan
berdasarkan kan-dungan karbohidrat dan protein, secara teori, akan memudahkan
pencernaan.
Beberapa pihak beranggapan kombinasi makanan serasi ini hanya
omong kosong belaka dan mereka menganggap bahwa tubuh manusia dari asalnya
memang dirancang untuk mencerna segala jenis makanan sekaligus. Saya tidak
yakin ini masalahnya. Betapapun, mayoritas waktu kita di planet ini, memiliki
probabilitas tinggi untuk mengonsumsi satu jenis makanan di waktu-waktu
tertentu, entah itu daging, ikan, kacang-kacangan, atau makanan-makanan yang di
zaman purba tergolong sebagai makanan hasil buruan atau pengumpulan. Sepertinya
relatif baru-baru ini saja kita membuat makanan dengan jenis makanan kombinasi
seperti yang kita ketahui sekarang.
Entah tubuh dapat beradaptasi dengan makanan kombinasi maupun
tidak, bukan hal penting. Hal itu disebabkan oleh kesangsian dari beberapa
pihak terhadap sebagian orang yang tidak dapat mencerna makanan dengan baik.
Sampai beberapa tahun lalu, ada uji coba di Inggris yang menguji kapasitas
pencernaan seseorang. Uji coba menggunakan kapsul yang ditelan, yang berisi
suatu elektroda pH sensitif yang akan membaca kadar keasaman di perut dan
menyediakan informasi tentang kapasitas pencernaan di usus halus.
Selama beberapa tahun, saya melakukan tes ini secara teratur
pada individu yang mengalami dispepsia (kesulitan pencernaan, rasa terbakar di
perut, dan asam refluks atau pengaliran kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan). Hampir semua penderita didiagnosa mengalami kelebihan asam.
Meskipun pada kenyataannya, mayoritas penderita terbukti tidak memiliki cukup
asam dan memiliki pencernaan yang tidak seimbang di usus halus.
Seseorang yang mempunyai kapasitas pencernaan rendah
diketahui mengalami kondisi terjebaknya makanan di dalam perut setelah makan,
yang sering menyebabkan kesulitan pencernaan. Jika kadar asam rendah, dapat
meningkatkan risiko refluks sebab asam penting untuk penutupan katup yang
menuju perut (katup gastroesofagus). Maka, kadar asam yang rendah dapat
menyebabkan kadar asam perut terlepas ke esophagus (kerongkongan), yang dapat
dirasakan seperti rasa terbakar di dalam perut.
Apa hubungan semua hal ini dengan kombinasi makanan serasi?
Yah, seperti para pendukung makanan serasi mengakui, mengelompokkan karbohidrat
dan protein pada saat makan akan mempermudah pencernaan. Saya tidak mengetahui
apakah memang mempermudah atau tidak. Tetapi ketika seorang penderita dispepsia
makan sesuai prinsip kombinasi makanan serasi, biasanya memadamkan keluhan yang
timbul. Maka, menurut perasaan saya, kombinasi makanan serasi pantas
dipertimbangkan bagi mereka yang menderita gejala kelebihan pencernaan.
Secara praktis, kombinasi makanan serasi adalah mengonsumsi
protein maupun karbohidrat dengan makanan “netral” seperti sayuran hijau dan
salad. Jadi, kami berkesimpulan makanan kombinasi seperti steak dan salad,
omelet dan salad, kari sayuran dan nasi atau pasta dengan saus merah (tanpa
daging). Saya mendorong pengikut non-vegetarian untuk mengonsumsi daging atau
ikan ditambah sayur-sayuran (selain kentang) sebagai bentuk makanan utama
mereka.
Yang menarik, banyak individu penderita dispepsia yang
mengadopsi makanan rendah karbohidrat, pencernaan bagian atasnya membaik atau
menghilang. Salah satu alasannya adalah makanan rendah karbohidrat biasanya
dikombinasikan secara serasi (sayur-sayuran dan protein tanpa kentang).
Alasan lain yang berkaitan dengan fakta bahwa makanan
tertentu merupakan pemicu keluhan sulit mencerna, dan merupakan penyebab
ketidaknyamanan nomor satu adalah gandum. Seseorang yang mengonsumsi makanan
rendah karbohidrat pada umumnya menjauhkan diri dari gandum atau nasi, yang
dapat menjadi alasan lain mengapa diet baru mereka benar-benar dapat membantu.
Secara keseluruhan, saya adalah penggemar kombinasi makanan
serasi, dan saya pikir cara ini bermanfaat bagi individu yang mempunyai keluhan
yang bernada lemahnya fungsi pencernaan.
Bagaimanapun juga bagi orang yang mempunyai pencernaan
sempurna, menerapkan diet ini tetap bermanfaat. Saya percaya makan malam
merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan konsumsi kombinasi makanan
serasi. Membantu pencernaan dapat meningkatkan kualitas tidur dan juga
mengurangi risiko refluks. Sebagai tambahan untuk kombinasi makanan serasi,
ukuran sederhana lain yang dapat membantu pencernaan adalah mengunyah makanan
secara menyeluruh dan tidak minum banyak air selama makan dan selama 2 jam
setelah itu.Prinsip FC sebenarnya tak beda dengan pola makan 4 sehat 5
sempurna, hanya disesuaikan dengan siklus pencernaan manusia. Setiap fungsi
tubuh mempunyai irama biologis yang jam kerjanya tetap dan sistematis dalam
siklus 24 jam setiap hari.
·
Dengan Food Combining perilaku makan
kita akan dituntut agar secara sadar :
- Mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan.
- Mendayagunakan fungsi sistem pencenaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan asam basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme seimbang.
Meski sudah banyak bukti positif, sebagian besar ahli medis dan gizi masih
saja menentang pola ini. Dengan alasan bahwa secara alamiah setiap makanan
memang mengandung semua unsur gizi dan dicerna melalui saluran yang sama,
mereka berpendapat bahwa pencernaan manusia pasti mampu mencerna semua makanan sekaligus.
Sehingga metode memisah-misahkan makanan tertentu seperti pola makan ini
dianggap sebagai perilaku yang tidak masuk akal.
Sumber bahan :
Andang Gunawan, seminar
Food combining- KIAT SEHAT &
LANGSING TANPA DIET di Tangerang (29-1-2007)
No comments:
Post a Comment