Penulis: Hartono Gunardi
Latihan otot besar
a. Keseimbangan
• Berjalan mundur
Ketika si kecil mampu berjalan, keseimbangan telah ia peroleh. Yang ia butuhkan saat ini adalah latihan keseimbangan secara terus-menerus. Untuk melatih si kecil agar memperoleh keseimbangan dengan baik, Anda dapat mengajaknya berjalan mundur. Mula-mula Anda dapat memberi contoh bagaimana berjalan mundur. Kemudian, peganglah kedua tangan anak Anda dari arah depan, dan doronglah pelan-pelan agar ia berjalan mundur. Setelah berjalan mundur, ganti Andalah yang melakukannnya.
• Melompati tali
Melatih keseimbangan juga dapat dilakukan dengan melompati tali. Anak usia ini belum mampu melompat secara sungguh-sungguh. Melompati tali yang akan dilakukan oleh anak, sebetulnya lebih mirip melangkahi tali. Anda dapat meletakkan seutas tali yang masing-masing ujungnya diletakkan di atas sebuah benda setinggi 20 cm tanpa mengikatnya. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak terjatuh bila kakinya menyentuh tali saat ia meloncat. Latihan ini selain meningkatkan keseimbangan, juga meningkatkan kesadaran anak akan jarak
b. Memperkuat otot
• Latihan mengayuh
Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot paha, otot perut, otot punggung bagian bawah. Kekuatan otot-otot itu dapat diperoleh melalui latihan mengayuh di udara. Latihan ini dapat Anda lakukan berdua dengan si kecil. Caranya, berbaringlah di lantai dan baringkan anak di dada anda. Kemudian, angkat kaki Anda dan si kecil lebih tinggi dari kepala. Lalu, "mengayuhlah" bersama-sama.
• Menyusun dan menendang
Kekuatan otot-otot di bagian paha, perut dan punggung bagian bawah juga akan berguna bagi anak saat ia belajar menendang. Untuk melatihnya menendang, Anda dapat mengajak anak menyusun kardus bekas. Kegiatan menyusun ini sekaligus memperkuat otot lengan si kecil, yang menjadi dasar untuk menyusun balok kelak. Saat kardus sudah tersusun, Anda dapat meminta si kecil untuk merubuhkannya dengan cara menendang.
• Menggelindingkan bola
Otot besar lain yang juga perlu dilatih seiring dengan berkembangnya keterampilan berjalan anak adalah otot lengan. Kekuatan otot lengan akan berguna bagi kegiatan melempar dan menangkap bola, kelak ketika anak berusia tiga tahun. Namun di usia ini, latihan yang sederhana sudah dapat dilakukan, yaitu menggelindingkan bola. Anda dapat melatih anak dengan mengajaknya duduk berhadapan, dengan kedua kaki terbuka lebar ke arah depan. Kaki Anda dan si kecil yang terbuka lebar telah membentuk area luas, yang dapat dilalui oleh sebuah bola. Gelindingkan bola ke arah anak agar ia menangkapnya. Kemudian, mintalah pada anak untuk menggelindingkan bola itu ke arah Anda. Berhasil atau tidak anak menangkap atau menggelindingkan bola, tetaplah beri pujian, karena ia telah berusaha melakukannya. Perlu diingat, bagi anak usia ini, kegiatan tersebut tidaklah sesederhana seperti yang kita pikir.
Latihan otot kecil
a. Otot tangan
• Memasukkan benda
Memasukkan mainan ke dalam kaleng dapat melatih otot kecil ke bagian tangan. Anda dapat menggunakan kaleng susu bekas, dengan membuat sayatan berbentuk X pada penutupnya yang terbuat dari plastik. Mintalah anak untuk memasukkan benda-benda yang bisa melewati celah itu ke dalam kaleng. Kegiatan memasukkan benda ke dalam kaleng dapat memperkuat otot kecil karena ada aktivitas menekan benda tersebut. Kegiatan ini juga melatih koordinasi mata dengan jari tangan.
• Meremas-remas
Permainan lain yang dapat melatih dan memperkuat otot tangan si kecil adalah meremas-remas. Anak usia ini sangat senang menemukan sesuatu yang tersembunyi. Untuk memperkuat otot tangannya sekaligus memuaskan kegemarannya mencari, Anda dapat menyembunyikan mainan anak ke dalam kertas kemudian meremasnya. Setelah terkumpul beberapa buah "bola" kertas berisi mainannya, mintalah anak untuk membuka kertas dan menemukan kembali mainannya. Biasanya anak akan merasa sangat bangga bila berhasil menemukan sesuatu yang tersembunyi.
Selain memperkuat otot tangan, permainan ini sekaligus mengajarkan kepada anak bahwa benda kecil dapat tertutup oleh benda yang lebih besar. Selain itu, anak juga akan paham, bahwa sesuatu yang tidak kelihatan bukan berarti tidak ada.
b. Koordinasi
• Memandu benda dengan gambar
Koordinasi tangan-mata sangat diperlukan oleh anak dalam melakukan berbagai kegiatan bermainnya. Salah satu permainan yang dapat meningkatkan koordinasi tangan-mata adalah memadukan gambar dan benda. Latihan ini cocok untuk anak usia dua tahun. Anda dapat membuat bebrapa buah gambar bayangan benda, misalnya sendok, lingkaran dan kotak di atas sebuah karton. Kemudian, berikan kepada anak sebuah sendok, tutup gelas dan kotak sabun. Mintalah pada anak untuk meletakkan benda-benda itu di atas gambar bayangan yang sudah Anda buat.
Selain meningkatkan koordinasi tangan-mata, kegiatan ini juga dapat melatih daya konsentrasi anak.
Usia 24-36 Bulan
Latihan otot besar
a. Keseimbangan
• Latihan meniti
Di usia ini, keseimbangan masih menjadi tema penting bagi keberhasilan gerak yang hendak dilakukan oleh anak. Semakin rumit gerak yang dilakukan oleh anak, semakin besar kekuatan otot yang dibutuhkannya untuk menetralkan kekuatan di luar dirinya, yaitu daya tarik bumi. Misalnya saja, saat anak melompat, ia harus dapat mendarat tanpa terjatuh. Hal ini tentu saja mengandalkan kekuatan otot batang tubuhnya.
Latihan untuk mendapatkan keseimbangan yang baik, dapat dilakukan melalui permainan meniti tali. Anda dapat meletakkan seutas tali di lantai, kemudian meminta pada anak untuk berjalan lurus di atasnya mengikuti panjang tali. Bila ia berhasil berjalan lurus tanpa oleng atau terjatuh, Anda dapat memeberinya beberapa rintangan. Misalnya saja, dengan memberikan beberapa tumpukan majalah bekas pada setiap jarak tertentu, sehingga anak harus melompat untuk melewatinya.
• Latihan melompat
Kemampuan anak untuk melompat, menandai tonggak yang utama dalam perkembangan otot besarnya. Latihan melompat akan memperkuat otot kaki, sementara keseimbangannya juga mengalami perbaikan. Untuk menghindari agar anak tidak jatuh dan terluka, tinggi rintangan yang akan dilompati oleh anak haruslah dibatasi. Misalnya saja, Anda tidur tengkurap di lantai, kemudian biarkan anak melompati Anda.
b. Memperkuat otot lengan
• Mengayun lengan
Menepuk balon seperti pada permainan voli, sangat digemari oleh anak. Dalam permainan ini, anak akan mengayunkan lengannya untuk menepuk balon agar melambung kembali. Latihan ini dilakukan untuk menepuk balon agar melambung kembali. Latihan ini dilakukan untuk memperkuat otot lengan, yang kelak akan berguna bagi aktivitasnya yang lebih rumit.
Adanya kombinasi tangan anak yang kecil dan keterbatasan kemampuan koordinasinya, sering mengakibatkan anak meleset saat memukul balon. Namun, berhasil atau tidak, anak sangat suka melakukannya. Untuk mengatasi keterbatasan tangannya yang masih kecil ini, Anda dapat memberikannya piring kertas yang akan berfungsi sebagai raket, sehingga anak terpacu untuk melakukannya berkali-kali.
Latihan otot kecil
a. Otot tangan
• Memilin
Latihan untuk memperkuat otot jari dapat dilakukan dengan permainan memilin-milin kertas atau kain perca. Kertas warna yang tipis, setelah dipilin dapat dimasukkan ke dalam setangkai sedotan. Selain memperkuat otot jari, anak sekaligus melakukan latihan korrdinasi tangan dan mata.
• Membuka penjepit
Latihan untuk memperkuat otot jari juga dapat dilakukan dengan bermain jepitan jemuran. Berikan kepada anak beberapa buah jepitan jemuran berbagai warna dan sebuah panci. Mintalah kepada anak untuk menjepit tepi panci dengan jepitan. Mintalah pula pada anak untuk memisahkan jepitan sesuai dengan kelompok warna. Selain memperkuat otot jari, anak juga belajar tentang warna.
b. Koordinasi
• Latihan melempar
Kegiatan melempar pada dasarnya mengandalkan gerak otot kecil. Melempar merupakan kegiatan memindahkan benda dalam jarak yang jauh. Kegiatan melempar melibatkan visual localization atau arah pengliahatan, cara berdiri, pemindahan massa tubuh, pencapaian, gerakan pengendoran dan pemulihan.
Keterampilan melempar bola juga membutuhkan keseimbangan saat tubuh dalam posisi tetap dan bergerak, ketepatan waktu saat melempar, koordinasi tangan-mata yang baik, kemampuan fungsi-fungsi jari yang baik juga lengan, batang tubuh, kaki serta kepala.
Untuk menunjang keterampilan melempar ini, Anda dapat memilih bola dari bahan yang empuk dan tidak berat, agar anak mudah mengangkatnya. Bola sebaiknya berdiameter 15 cm agar anak mudah melempar dan menangkapnya kembali. Latihan yang sering dan menyenangkan akan memperkuat koordinasi yang dibutuhkan si kecil untuk melakukan kegiatan yang lebih rumit.
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia A
Friday, October 17, 2008, 11:43:08 PM | robi_keane@yahoo.com (rubiyatno)
Melatih Keseimbangan Otak Kanan-Kiri
SAYA pernah membaca sekilas tentang latihan menyeimbangkan otak kanan dan kiri, sehingga bagi anak-anak yang lambat belajar akan sangat berguna. Benarkah, Bu? Anak saya yang kedua kebetulan agak lambat belajarnya, sehingga nilainya di bawah rata-rata kelasnya.
Mohon penjelasan dan cara-cara yang mudah diterapkan untuk meningkatkan daya tangkap dan kecerdasannya.
rubiyatno.yogya.
Otak manusia terdiri atas belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri atas kemampuan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, analisis, dll. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian. Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ (Emotional Quotient) seseorang.
Sayangnya system pembelajaran di negeri kita masih mengacu pada perkembangan otak kiri semata, meskipun akhir-akhir ini ada beberapa lembaga yang sudah mulai merintis pembelajaran untuk mengoptimalkan pula belahan otak kanan. Padahal di Eropa dan Amerika misalnya, pendidikan yang diterapkan berupa kegiatan menari, menyanyi, melukis dsbnya pada awal-awal pendidikan. Mereka yakin dengan merangsang seni, kreativitas dan imajinasi terlebih dahulu, ketika belajar yang matematis dan analogis nantinya bisa lebih baik. Kondisi ini terbalik di Indonesia yang nampak dari kurikulum nasionalnya tampak cenderung melalaikan pengembangan kreativitas dan imaginasi anak.
Padahal, kreativitas dan imajinasi sangatlah penting dalam kehidupan seseorang. Jika sedari dini kreativitas anak sudah dikembangkan, kelak dalam dirinya akan terbentuk sikap dan pribadi kreatif dan tidak tergantung pada lingkungannya. Dengan demikian, dia akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya.
Namun, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak yang kiri lho Pak, ataupun sebaliknya. Kedua-duanya sangat penting, karena itu keduanya harus dikembangkan secara seimbang agar fungsi masing-masing belahan berjalan seimbang dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus pada salah satu belahan maka belahan yang kurang berkembang akan terhambat dalam menjalankan fungsinya. Anak menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang untuk menggunakan belahan otak kirinya. Sebaliknya jika fungsi belahan otak kanannya yng lebih kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis, linier dan teratur yang juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa latihan dan kebiasaan ini sebaiknya dilakukan setiap hari.
Meningkatkan Daya Ingat dan Logika Berpikir
Banyak orangtua yang berpandangan bahwa dengan sekali membaca anak yang pintar akan bisa mengingatnya dengan baik, maka ketika seorang anak kemudian lupa pada apa yang baru dibacanya kemudian dianggap daya ingatnya rendah. Memang ada 1% anak yang seperti itu Pak, tetapi kebanyakan anak membutuhkan waktu paling tidak tiga kali untuk mengulang dan mengingatnya kembali agar kuat tertanam di benaknya. Jadi tidak bosan mengulang dan mengulang membaca pelajaran adalah hal yang harus dibiasakan pada anak, dan kebanyakan mereka belum paham hal tersebut maka kita sebagai orangtua harus memotivasi mereka. Dengan bermain tebak-tebakan misalnya, maka anak akan terdorong untuk mengingat kembali apa yang barusan dibacanya. Atau sesekali orangtua yang membaca dan anak mendengarnya, kemudian tanya anak kembali beberapa hal yang diingatnya. Bahkan, main tebak-tebakan ini bisa dilakukan setiap waktu, sambil makan malam, sambil menonton TV, dalam perjalanan mengantarnya sekolah misalnya.
Alat Peraga dan Optimalkan Kelima Panca Indera
Alat peraga merupakan alat bantu yang sangat bagus untuk membuat ingatan anak semakin kuat, serta mudah mencerna sehingga daya analogi-logikanya berjalan. Misalnya menerangkan pembagian, pergunakan kerikil atau biji-bijian sehingga anak mudah memahami bahwa 20 biji kalau dibagi 2 maka sama rata tiap bagian akan berjumlah sepuluh. Dengan semakin banyak alat bantu yang bisa disentuh, dilihat, dibaui dan didengarnya maka akan semakin kuat memori anak. Jadi optimalkan kelima panca inderanya untuk membentuk kesan yang kuat pada memorinya.
Biasakan Rapi dan Disiplin
Sementara untuk membantu anak tidak melupakan barang-barangnya dan tidak teledor, maka biasakan anak bertindak rapi dan disiplin untuk meletakkan barang-barang sesuai dengan tempatnya. Misalnya bedakan di mana tempat menaruh peralatan sekolahnya, buku-buku pelajaran, alat-alat bermain, peralatan keterampilan, buku-buku sekolah maupun buku-buku komiknya. Kebiasaan kecil ini kalau diremehkan akan membentuk sikap teledor dan pelupa sampai dewasa.
Musik, Seni dan Olah Raga
Di pagi hari, hidupkan musik yang dinamis, siang hari musik yang lebih menenangkan agar anak bisa beristirahat. Musik apa pun merupakan stimulan yang ampuh untuk membuat kita tenang atau memberikan dorongan semangat. Dorong anak mengembangkan bakat seni atau olah raga yang nampak disukainya. Bermain yang membutuhkan banyak gerakan fisik juga merupakan salah satu bentuk olah raga ringan yang bagus untuk merangsang otak kanannya seperti bersepeda, main lompat tali, bola bekel, congklak atau kejar-kejaran. Akan lebih bagus lagi apabila lebih rutin dan terkontrol seperti berenang, lari pagi tiap minggu, karate, dll.
Membiasakan Membaca dan Berbahasa yang Baik dan Benar
Membaca merupakan media untuk membuka jendela dunia. Kebiasaan membaca buku-buku yang baik yang memiliki kosakata dan dialog yang baik merupakan contoh yang sering menjadi bahan imitasi berbahasa anak sehari-hari. Maka berikan buku-buku bacaan yang berkualitas. Demikian pula cara kita berbicara akan sering didengar anak dan menjadi contoh pula caranya berkomunikasi dengan orang lain, jadi pergunakan cara berbahasa yang baik dan benar. Membacakan cerita sebelum tidur, selain akan menambah kosakata anak juga akan melatihnya berbahasa sesuai dengan dialog yang didengarnya.
Melatih Daya Tahan terhadap Rasa Kecewa
Banyak orangtua yang merasa bersalah karena masa kecilnya yang serba kekurangan ataupun merasa kurang waktu untuk anak kemudian menggantikannya dengan memenuhi segala permintaan anak. Pada akhirnya anak sama sekali tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak keinginannya, bagaimana menahan keinginan, ataupun rasa kecewa ketika gagal mencapai suatu hal. Padahal, hal-hal ini sangat berguna untuk merangsang kemampuan mengontrol diri dan melatih stabilitas emosinya, kemampuan pada otak kanan yang berhubungan dengan kecerdasan emosinya kelak. Jadi sesekali boleh kita melakukannya, tetapi tentu saja jangan biarkan anak frustrasi berkepanjangan, komunikasi dan berikan pengertian sehingga anak bisa belajar mentoleransi dan beradaptasi dengan rasa kecewanya.(*)
* Otak manusia terdiri atas belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri atas kemampuan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, analisis, dll. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian.
* Banyak orangtua yang berpandangan bahwa dengan sekali membaca anak yang pintar akan bisa mengingatnya dengan baik, maka ketika seorang anak kemudian lupa pada apa yang barus dibacanya kemudian dianggap daya ingatnya rendah. Memang ada 1% anak yang seperti itu Pak, tetapi kebanyakan anak membutuhkan waktu paling tidak tiga kali untuk mengulang dan mengingatnya kembali agar kuat tertanam di benaknya.
2 comments:
makasih infonya..
Terimakasih informasinya . . .
Post a Comment