Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada
hidup tanpa gerak. Apa guna hidup bila tak mampu bergerak. Memelihara gerak
adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan
kualitas hidup. Oleh karena itu : Bergeraklah untuk lebih hidup, jangan hanya
bergerak karena masih hidup.
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang
teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan
meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya
makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya
Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat
ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan
fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun
kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada
siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or dari pada siswa-siswa yang
tidak aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson :
Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D., 1992).
Olahraga
Kesehatan meningkatkan derajat Sehat Dinamis (Sehat dalam gerak), pasti juga
Sehat Statis (Sehat dikala diam), tetapi tidak pasti sebaliknya. Gemar
berolahraga : mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat ! Malas berolah-raga :
mengundang penyakit.
Tidak berolahraga : menelantarkan diri !
Tidak berolahraga : menelantarkan diri !
Kesibukan
dalam kehidupan “Duniawi” sering menyebabkan orang menjadi kurang gerak,
disertai stress yang dapat mengundang berbagai penyakit non-infeksi di
antaranya yang terpenting adalah penyakit kardio-vaskular (penyakit jantung,
tekanan darah tinggi dan stroke). Hal ini banyak dijumpai pada kelompok usia
pertengahan, tua dan lanjut, khususnya yang tidak melakukan Olahraga. Olahraga
(Kesehatan): Banyak gerak dan bebas stress, mencegah penyakit dan menyehatkan !
Olahraga adalah kebutuhan hidup bagi orang yang mau berpikir. Bukan Allah
menganiaya manusia, tetapi manusia menganiaya dirinya sendiri ! Pemahaman dan
perilaku ini sudah harus ditanamkan sejak usia dini, yaitu semenjak mereka
masih di tingkat Pendidikan Dasar, baik di Sekolah Umum maupun di Pondok
Pesantren! Cara penyajian Penjas-Or di Sekolah maupun di Pondok Pesantren harus
dapat menjadikan siswa/santri menjadi butuh akan Penjas-Or khususnya demi
kesehatannya serta dukungan bagi kemampuan belajarnya, sehingga siswa/santri
akan selalu menyambut gembira setiap datang mata pelajaran Penjas-Or. Oleh
karena sudah menjadi kebutuhan, maka mereka akan merasa dirugikan manakala mata
pelajaran Penjas-Or ditiadakan seperti yang terjadi selama ini bila mereka akan
menghadapi ujian akhir. Untuk ini diperlukan guru-guru Penjas-Or yang faham
benar akan makna Penjas-Or di Sekolah maupun di Pondok Pesantren.
Konsep
Olahraga Kesehatan adalah: Padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30
menit tanpa henti), adekuat, massaal, mudah, murah, meriah dan fisiologis
(bermanfaat dan aman) ! Massaal : Ajang silaturahim, ajang pencerahan stress,
ajang komunikasi sosial ! Jadi Olahraga Kesehatan membuat manusia menjadi sehat
Jasmani, Rohani dan Sosial yaitu Sehat seutuhnya sesuai konsep Sehat WHO !
Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10-30 menit tanpa henti) dan
cukup dalam intensitasnya. Menurut Cooper (1994), intensitas Olahraga Kesehatan
yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80% DNM (Denyut nadi
maximal: 220-umur dalam tahun). Masalah intensitas yang adekuat ini harus
menjadi perhatian bila Olahraga Kesehatan telah mencapai Sasaran–3 (lihat
Sasaran Olahraga Kesehatan).
Sehat
Dinamis hanya dapat diperoleh bila ada kemauan mendinamiskan diri sendiri
khususnya melalui kegiatan Olahraga (Kesehatan). Hukumnya adalah : Siapa yang
makan, dialah yang kenyang ! Siapa yang mengolah-raganya, dialah yang sehat !
Tidak diolah berarti siap dibungkus ! Klub Olahraga Kesehatan adalah Lembaga
Pelayanan Kesehatan (Dinamis) di lapangan. Dalam kaitan dengan ini maka setiap
lembaga Pendidikan Umum maupun Pondok-pondok Pesantren harus juga berfungsi
sebagai Lembaga Pelayanan Kesehatan lapangan, dalam rangka program pokok yaitu
Contoh
Olahraga Kesehatan berbentuk senam yang dapat mencapai Sasaran-3 (Aerobiks)
ialah Senam Pagi Indonesia seri D (SPI-D). Satu seri SPI-D memerlukan waktu
1’45”, sehingga untuk memenuhi kriteria waktu yang adekuat maka SPI-D harus
dilakukan minimal 6x berturut-turut tanpa henti, yang akan mencapai waktu 10.5
menit. Menurut penelitian, bila SPI-D dilakukan dengan sungguh-sungguh maka
intensitasnya dapat mencapai tingkat adekuat sesuai kriteria Cooper. SPI-D ini
macam gerak dan tata-urutannya sudah berpola tetap sehingga lama-kelamaan
Peserta dapat menjadi hafal akan macam gerakan dan tata-urutannya. Bila Peserta
sudah hafal, maka rangsangan terhadap proses berpikir menjadi berkurang. Oleh
karena itu senam aerobik pada umumnya yang tidak berpola tetap, adalah lebih
baik dalam hal rangsangannya terhadap proses berpikir.
Ciri Olahraga Kesehatan.
Pesantai
adalah orang yang tidak melakukan olahraga sehingga cenderung kekurangan gerak.
Sebaliknya Pelaku olahraga berat melakukan olahraga lebih dari keperluannya
untuk pemeliharaan kesehatan. Maka Pelaku Olahraga Kesehatan adalah orang yang
tidak kekurangan gerak tetapi bukan pula Pelaku olahraga berat. Olahraga yang
dianjurkan untuk keperluan kesehatan adalah aktivitas gerak raga dengan
intensitas yang setingkat di atas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan
untuk keperluan pelaksanaan tugas kehidupan sehari-hari (Blair, 1989 dalam
Cooper, 1994). Dalam Olahraga Kesehatan, setiap Peserta harus berusaha
mengikutinya sebaik mungkin gerak/ instruksi Pelatih, namun tentu harus sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.
Ciri Olahraga Kesehatan secara teknis-fisiologis adalah :- gerakannya mudah, sehingga dapat diikuti oleh orang kebanyakan dan seluruh siswa/santri pada umumnya (bersifat massaal), sehingga dapat memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar, gerak yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan hidup sehari-hari.
- intensitasnya sub-maksimal dan homogen, bukan gerakan-gerakan maksimal atau gerakan eksplosif maksimal (faktor keamanan).
- terdiri dari satuan-satuan gerak yang dapat (secara sengaja) dibuat untuk menjangkau seluruh sendi dan otot, serta dapat dirangkai untuk menjadi gerakan yang kontinu (tanpa henti) – faktor penting untuk dapat mengatur dosis dan intensitas olahraga kesehatan.
- bebas stress (non kompetitif)
- diselenggarakan 3-5x/minggu (minimal 2x/minggu).
- dapat mencapai intensitas antara 60-80% denyut nadi maksimal (DNM) sesuai umur. DNM sesuai umur = 220 – umur dalam tahun. Sebaiknya tiap Peserta mengetahui cara menetapkan dan menghitung denyut nadi latihan masing-masing.
Perlu pula dikemukakan bahwa sampai usia sekitar 14 tahun (usia pubertas) tidak perlu ada pemisahan siswa atas dasar jenis kelamin (Watson,1992), karena baru akan berdampak nyata di atas usia tersebut.
Sasaran Olahraga Kesehatan.
- Sasaran-1: Memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang masih ada, termasuk memelihara dan meningkatkan fleksibitas dan kemampuan koordinasi.
- Sasaran-2 : Meningkatkan kemampuan otot untuk meningkatkan kemampuan geraknya lebih lanjut. Latihan dilakukan dengan menerapkan prinsip Pliometrik!.
- Sasaran-3 : Memelihara kemampuan aerobik yang telah memadai atau me-ningkatkannya untuk mencapai sasaran minimal katagori “sedang”.
Perlu
ditekankan sekali lagi bahwa Olahraga Kesehatan adalah gerak olahraga dengan
takaran sedang, bukan olahraga berat ! Jadi takarannya ibarat makan :
berhentilah makan menjelang kenyang; jangan tidak makan oleh karena bila tidak
makan dapat menjadi sakit, sebaliknya jangan pula kelebihan makan, karena
kelebihan makan akan mengundang penyakit. Artinya berolahragalah secukupnya
(adekuat), jangan tidak berolahraga karena kalau tidak berolahraga mudah
menjadi sakit, sebaliknya kalau melakukan olahraga secara berlebihan dapat
menyebabkan sakit !
Keterkaitan Kesehatan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga.Untuk lebih memudahkan bahasannya perlu lebih dahulu dikutip kembali hal-hal yang tersebut di bawah ini :
* Sehat dan Kesehatan.
- Sehat merupakan dasar bagi segala kemampuan jasmani, rohani maupun sosial.
- Memelihara dan meningkatkan kesehatan : cara yang terpenting, termurah dan fisiologis adalah melalui Olahraga.
- Acuan Sehat adalah Sehat Paripurna dari Organisasi Kesehatan Dunia.
* Pendidikan Jasmani dan Olahraga :
- Pendidikan Jasmani adalah pendidikan dengan menggunakan media kegiatan Jasmani.
- Olahraga adalah pelatihan Jasmani
- Pendidikan Jasmani dan Olahraga adalah Pendidikan dan Pelatihan Jasmani, yang dalam lingkup persekolahan/pesantren berarti Pelatihan Jasmani, Rohani dan Sosial menuju kondisi yang lebih baik yaitu sejahtera paripurna (peningkatan mutu sumber daya manusia).
* Olahraga – Gerak :
- Gerak adalah ciri kehidupan.
- Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup.
- Meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup.
- Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk meningkatkan kemampuan gerak yang berarti meningkatkan kualitas hidup.
- Olahraga merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial menuju sejahtera paripurna.
- Hanya orang yang mau bergerak-berolahraga yang akan mendapatkan manfaat dari Olahraga.
* Olahraga Kesehatan :
- Intensitasnya sedang, setingkat di atas intensitas aktivitas fisik dalam menjalani kehidupan sehari-hari
- Meningkatkan derajat kesehatan dinamis – sehat dengan kemampuan gerak yang dapat memenuhi kebutuhan gerak kehidupan sehari-hari.
- Bersifat padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 30 menit tanpa henti), mudah, murah, meriah massaal, fisiologis (manfaat & aman).
- Massaal : - Ajang silaturahim Sejahtera Rohani dan Sosialà
Sejahtera Rohanià- Ajang pencerahan stress
Sejahtera Sosialà– Ajang komunikasi sosial
Ketiga hal diatas merupakan pendukung untuk menuju Sehatnya WHO yaitu Sejahtera Paripurna.
- Sehat dinamis adalah landasan bagi pelatihan Olahraga Prestasi.
* Kondisi Pendidikan Jasmani dan Olahraga saat ini.
- Waktu yang tersedia = 2 x 45 menit/minggu
- Sarana – prasarana sangat terbatas
- Kurikulum Penjas-Or lebih berorientasi kepada Olahraga Kecabangan :
1. Cenderung individual dan cenderung mengacu pencapaian prestasi
2. Olahraga prestasi mahal dalam hal :
o Sarana – prasarana
o Waktu, perlu masa pelatihan yang panjang
o Tenaga dan biaya.
Kesimpulan
Pendidikan
Jasmani dan Olahraga di Lembaga Pendidikan harus ditekankan pada olahraga
kesehatan dan latihan jasmani untuk meningkatkan derajat sehat dinamis dan
kemampuan motorik dan koordinasi yang lebih baik, agar para siswa selama masa
belajar memiliki kualitas hidup yang lebih baik, serta dapat diharapkan menjadi
atlet berprestasi dan sumber daya manusia yang bermutu di masa depan.
Saran 1. Reorientasi
Penjas-Or sebagai program kurikuler perlu ditinjau kembali kaitannya dengan :
- Relevansinya dengan kebutuhan siswa / santri
- Manfaat yang diharapkan
- Kondisi nyata persekolahan :
i. Jatah waktu / jam pelajaran per minggu
ii. Sarana – prasarana yang tersedia.
2. Reposisi
Penjas-Or perlu dikembalikan pada posisi dasar fungsinya yaitu :
- Penggunaan Olahraga/Kegiatan Jasmani sebagai media Pendidikan
- Penggunaan Olahraga sebagai alat pelatihan untuk memelihara dan meningkatkan derajat sehat dinamis menuju kondisi Sejahtera paripurna sesuai konsep Sehat WHO.
3. Revitalisasi dan Reaktualisasi
Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren dengan orientasi dan posisinya yang baru perlu digalakkan kembali (revitalisasi) dengan menekankan konsep Olahraga Kesehatan (reaktualisasi) sebagai pokok bahasan dan penyajiannya. Oleh karena durasi pelaksanaan Olahraga Kesehatan cukup 10-30 menit, maka jatah pertemuan 2 x 45 menit/minggu, dapat disajikan sebagai materi untuk 2 x pertemuan/minggu @ 30 menit, sehingga memenuhi persyaratan minimal Olahraga Kesehatan.
4. Kualitas Petugas
Keberhasilan misi di tingkat lapangan sangat ditentukan oleh kualitas Petugas serta pemahamannya mengenai makna Penjas-Or bagi Lembaga Pendidikan serta ketulusan dan kesungguhan dalam pengabdiannya.
5. Kebutuhan
Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh siswa/santri, sehingga mereka akan merasa dirugikan manakala mata pelajaran Penjas-Or ditiadakan.
6. Olahraga prestasi
Olahraga kecabangan yang bersifat prestatif perlu pula dikembangkan namun sebaiknya ditempatkan sebagai materi ekstra kurikuler, sebagai tempat penyaluran bakat dan minat siswa/santri.
Kepustakaan
1.
Cooper, K.H. (1994) : Antioxidant Revolution, Thomas
Nelson Publishers, Nashville-Atlanta-London-Vancouver.
Giriwijoyo,Y.S.S. (1992) : Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa FPOK-IKIP Bandung.
Giriwijoyo,Y.S.S. (1992) : Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa FPOK-IKIP Bandung.
2.
Giriwijoyo,H.Y.S.S. dan H.Muchtamadji M.Ali (1997) :
Makalah : Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah, Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan, IKIP Bandung
3.
Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2000) : Olahraga Kesehatan, Bahan
perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.
4.
Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2001) : Makalah : Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, kontribusinya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Peserta Didik, Ma’had Al-Zaytun, Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat.
5.
Watson,A.S. (1992): Children in Sports, dalam Textbook
of Science and Medicine in Sport Edited by J.Bloomfield, P.A.Fricker and
K.D.Fitch; Blackwell Scientific Publications.
4 comments:
Saya menyukai artikel anda, terima kasih
ST3 Telkom
ya berolahraga bisa menjaga kesehatan tubuh kita...makasih infonya
Terimakasih buat informasinya itu sangat bermanfaat sekaLi . . .
makasih atas informasinya
ST3 Telkom
Post a Comment