Yadi Mulyadi |
Usianya baru 12 tahun. Mengenakan jaket berlambang Garuda
di dada dan bertuliskan Indonesia di punggungnya, ia melangkah masuk ke ruang
pertemuan di Kantor Kemendikbud bersama anggota timnya. Disini, dia akan
berjumpa dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Siapa
mengira, anak yang berasal dari Linggar Sari, Pleret, Purwakarta ini bisa
terbang ke Sao Paulo, Brazil, Rabu (5/11) malam. Apalagi, membawa nama
Indonesia di pundaknya dalam sebuah ajang Internasional, piala dunia anak
U-12.
Yadi Mulyadi, pemain terbaik AQUADNC sekaligus gelandang
dari tim ASAD 313 Purwakarta bersama 11 temannya akan menjadi pahlawan
Indonesia dalam kompetisi bergengsi kelas internasional. Kompetisi ini
menghadirkan pemain bola anak terbaik dari seluruh dunia. Mereka akan mewakili
Indonesia dalam Final Dunia Danone Nations Cup (DNC) ke 12, pada 14-16 November
2014, di Arena SC Corinthians Paulista, stadion tempat pembukaan piala dunia
awal 2014 lalu.
Selain pemain terbaik, Yadi juga dipercaya menjadi kapten
tim garuda muda. Dilihat sepintas, perawakannya mirip penduduk Asia Tengah,
India. Hidung mancung, mata belo, kulit sawo matang, menambah kharisma siswa
kelas 1 SMPN 6 Purwakarta ini. Putra kedua pasangan Sunarya dan Liah ini
bercita-cita ingin jadi pemain timnas profesional nantinya."Habis dari
Brazil ini nanti mau jadi anggota timnas," kata Yadi sebelum berjumpa
dengan Menteri Anies, Rabu (5/11) sore di Kantor Kemendikbud Jakarta.
Latihan Disiplin
Bisa menjadi wakil Indonesia di ajang internasional, bagi
Yadi, tidak datang begitu saja. Disiplin dan kerja keras dilakoninya untuk
menggapai cita-citanya sebagai pemain bola profesional. "Latihan disiplin
dimulai dari bangun pagi, sholat subuh, dan latihan rutin," tuturnya.
Kecintaannya pada dunia sepak bola dimulai saat usianya 7
tahun. Sebelum bergabung dengan tim asli sepak bola anak desa (ASAD), hampir
setiap hari ia selalu menyempatkan diri bermain bola dengan teman-teman di
kampungnya, desa Linggar Sari. Desa ini berlokasi di Pleret yang berjarak satu
jam perjalanan dari Purwakarta, Jawa Barat. Untuk menuju kesana, dari
Purwakarta bisa menggunakan angkutan umum dan disambung naik ojek selama 20
menit.
Disiplin juga dilakukan Yadi dalam mengolah tubuhnya. Lari
pagi dan sore dilakukannya untuk menjaga stamina. Rute yang digunakannya tak
tanggung-tanggung, dari rumah ia jogging hingga ke Cirata, yang berbatasan
dengan Bandung Barat.
Di bawah pelatih Jackson, seminggu belakangan, Yadi dan 11
jagoan kecil sepak bola Indonesia lainnya ini dikarantina di Batu, Malang, Jawa
Timur. Latihan ini dilakukan pagi sore, pukul 07.00-08.30 pagi dan pukul
03.00-05.00 sore. Di siang harinya, antara pukul 09.00-12.00,mereka belajar
layaknya anak kelas 1 SMP lainnya.
Suka Pelajaran Bahasa Inggris
Berbincang dengan Yadi dan dua temannya, Ahludz dan Saiful
takkan lepas dari tawa. Logat Sunda yang dicampur Bahasa Indonesia tak jarang
mengocok perut orang-orang di sekitarnya. Tapi siapa sangka, ternyata Yadi
gemar belajar Bahasa Inggris. "Paling yang disukai bahasa Inggris, biar
bisa ngomong sama orang disana," tutur Yadi polos.
Selama menjalani karantina, ia mengaku dikenalkan dengan
bahasa latin dasar yang menjadi bahasa asli penduduk Brazil. "Dikasih tahu
angka 1 sampai 10, selamat pagi, siang sore, terima kasih, dan lain-lain,"
katanya.
Kesempatan emas Yadi bisa sampai ke Brazil akan menjadi
pengalaman tak terlupakan selama hidupnya. Brazil, juga menjadi tempat
bersejarah buat Yadi karena merupakan kampung halaman pemain sepak bola
idolanya, Ronaldo. Bahkan, nomor punggung yang ia gunakan juga sama dengan
nomor punggung sang idola, sembilan.
Sebelum bertanding di Sao Paulo, Yadi dan anggota tim
lainnya terlebih dahulu akan ke Rio de Janeiro untuk melakukan latihan dan
pertandingan persahabatan dengan anak-anak dari daerah asal pelatih Jackson
tersebut. Perjalanan mereka kali ini akan terasa panjang. Tapi satu yang pasti,
Yadi yakin akan mampu membuat Indonesia Raya berkumandang di Sao Paulo.
Mendikbud: Kalian Menang, Beasiswa Menunggu Disini
Sebelum berangkat, tim Garuda Muda dijadwalkan bertemu
dengan Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nachrowi. Namun sayang, jadwal
tersebut tak dapat terlaksana karena alasan teknis. Tak berkecil hati, pahlawan
cilik ini akhirnya diterima Mendikbud Anies Baswedan di kantornya.
Menteri Anies menyampaikan rasa bangga dan dukungannya
kepada para pejuang negara ini. Menteri Anies juga menjanjikan beasiswa bagi
mereka sepulang dari Brazil jika mereka berhasil mempersembahkan medali bagi
negara. "Kalau kalian berhasil mengumandangkan Indonesia Raya disana, maka
akan saya beri hadiah beasiswa," katanya.
Selamat berjuang, Tim Garuda Muda! (Aline
Rogeleonick)
Sumber : Kemdikbud.go.id
No comments:
Post a Comment