Blogger Widgets TAMAMI JAYA: October 2011
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Friday, 28 October 2011

Transfer positif dan negatif dalam gerakan olahraga

Transfer Positif
Transfer positif terjadi apabila pengalaman dengan  keterampilan sebelumnya membantu dan menguntungkan terhadap keterampilan baru yang sedang dipelajari.
Sebagai contoh :
1)      Pengalaman bermain sepakbola sebelumnya dapat mempermudah dalam belajar sepaktakraw.
2)      Pengalaman bermain tenis meja dapat mempermudah belajar tenis.
3)      Pengalaman bermain tenis dapat mempermudah belajar tonnis.

Transfer Negatif
Transfer ini terjadi apabila pengalaman keterampilan masa lampau justru menghalangi atau merugikan terhadap belajar keterampilan baru. Pengaruh-pengaruh negatif dalam keterampilan gerak, harus dicari komponen-komponen khusus dari keterampilan untuk menemukan pengaruh-pengaruh negatif.

Sebagai contoh :                                              
 Dalam mempelajari forehand dan tenis akan mengalami kesulitan apabila sebelumnya telah melakukan latihan keterampilan  forehand untuk bulutangkis, hal yang demikian ini disebut sebagai transfer negatif.  Forehand  dalam bulutangkis banyak menggunakan gerakan memecut pada pergelangan tangan, sedangkan forehand dalam tenis justru menghendaki pergelangan tangan yang kokoh. Dalam contoh ini nampak bahwa pengaruh transfer negatif umumnya hanya pada aspek-aspek tertentu dri seluruh kegiatan, sedangkan secara keseluruhan dapat terjadi transfer positif.

Upaya Meningkatkan Kesegaran Jasmani melalui modifikasi alat dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani pada siswa kelas VI SDN 2 Sukosono Kedung Jepara


Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan,
perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Pengalaman belajar yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan yang aman, efisien, dan efektif.
Penelitian ini bertujuan :
1)      Mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan modifikasi alat dalam pendidikan jasmani
2)      Mengetahui seberapa banyak perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan modifikasi alat dalam pendidikan jasmani.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu siklus yang terdiri atas : adanya masalah-rencana tindakan-pelaksanaan tindakan-evaluasi dan refleksi. Subyek yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 2 Sukosono Kedung Jepara tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 46 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1)      Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya adalah melalui aktivitas jasmani.
2)      Pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani
3)      Dalam proses pendidikan jasmani diperlukan adanya modifikasi dan variasi pembelajaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran dengan pendekatan modifikasi alat dalam pembelajaran ada dampak perubahan motivasi dan sekaligus tingkat kesegaran jasmani siswa. Hal ini disebabkan karena mereka dapat belajar sambil bermain. Dengan kegiatan ini pula kemampuan kognitif, afekfif dan psikomotorik siswa dapat berkembang.

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan karakteristik siswa SD usia 6-12 tahun, mereka cenderung masih suka bermain dan memang masih dalam periode masa bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.
Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi alat dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kesegaran Jasmani melalui Modifikasi alat dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Identifikasi Masalah
Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai berikut:
1)      Banyak dikalangan pendidikan yang belum memahami tentang perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olah Raga.
2)      Kurangnya pemahaman dari siswa tentang maksud dan tujuan pendidikan jasmani sehingga pada proses pembelajaran belum semua antusias untuk beraktivitas jasmani.
3)      Kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut bermain.

C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan yang perlu dikembangkan agar substansi penelitian ini tidak melebar dan agar dapat kesepahaman penafsiran tentang substansi yang ada dalam penelitian ini. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagaimana berikut ini:
1)      Penelitian ini hanya menitikberatkan pada model pembelajaran dengan pendekatan modifikasi alat untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
2)      Penelitian ini menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan modifikasi alat pada pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan tingkat kesegaran jasmani siswa.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1)      Apakah pembelajaran pendidikan jasmani dengan model pembelajaran dengan modifikasi alat tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat?
2)      Seberapa besar peningkatan tingkat kesegaran jasmani siswa setelah mengikuti model pembelajaran dengan modifikasi alat dalam pendidikan jasmani.

E. Tujuan Pendidikan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1)      Mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan modifikasi alat dalam pendidikan jasmani.
2)      Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan modifikasi alat dalam pendidikan jasmani.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Guru
Untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mencoba menerapkan model pembelajaran sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran
2. Siswa
Dengan banyaknya model pembelajaran mereka mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar sambil bermain
3. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran.




GRATIS TAMBAH DAYA GRATIS

PT.PLN (Persero) Area pelayanan dan jaringan Kudus Unit pelaksana dan jaringan Jepara yang beralamat di jalan Kartini no.21 Jepara 59417 telp (0291) 591021 melalui surat bernomor: 130/052/UPJ-JPA/X/2011 memberi program tambah daya gratis bagi para pelanggan PT.PLN (Persero) sebelum 1 Juli 2011 yang saat ini daya listriknya 450 VA atau 900 VA menjadi 1300 VA atau 2200 VA sekali lagi ..... gratis.
Syarat :
  • Fc.rekening listrik bulan terakhir (lunas)
  • Fc.KTP pelanggan
.Program ini berlangsung sampai dengan tanggal 31 Desember 2011.
Dari program PLN diatas bagi pelanggan memang sangat bermanfaat sekali, tetapi harap lebih jeli bahwa setiap ada program bukannya lebih membebani warga masyarakat yang kurang paham mengenai program ini. Maka diharapkan pihak PLN dapat menjelaskan apa sih keuntungan dan kerugian program ini bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin. Karena dari keterangan sebagian masyarakat yang mengetahui perihal perlistrikan, bahwa ternyata program ini lain dengan model pembayaran rekening listrik yang sudah berjalan. Prepaire ....... model beli dulu baru pakai. Kalau yang saat ini khan pakai dulu baru bayar di listik online. Jadi mudah-mudahan program ini lebih bermanfaat bagi masyarakat khususnya warga miskin.

Wednesday, 26 October 2011

CUKUP DENGAN PRESTASI ?





Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan prestasi suatu lembaga pendidikan dalam kiprahnya dapat dilihat dari prestasi-prestasi yang diraih baik melalui event perorangan maupun kelompok. Contoh di tingkat Sekolah Dasar dalam event di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten saja setiap tahun diselenggarakan pertandingan dan perlombaan yang padat, POPDA dan seni, dokter kecil, TUBS, Gerak jalan sumpah pemuda, Sekolah sehat, dan lain-lain. Belum yang di luar dinas terkait ada Djarum foundation, lomba ukir FEDEF, Piala bupati, lomba renang antar SD dan lain-lain. Semua kegiatan itu dapat menjadi tolok ukur keberhasilan prestasi anak didik.

Dengan adanya agenda kegiatan yang sangat padat setiap tahunnya, pihak sekolah yang mempunyai pengaturan manajemen yang baik tidak terlalu terganggu, tetapi sekolah yang asal menyelenggarakan proses pendidikan secara umum, apalagi sekolah yang jumlah siswanya kurus dan biaya pendidikan hanya mengandalkan dana BOS jelas mengalami kendala. Bayangkan lomba di lingkungan terkait yang wajib diikuti dan melibatkan siswa banyak, pihak sekolah akan memeras otak untuk membagi siswa yang akan dilombakan. Contoh sekolah yang jumlah siswanya ada 66 orang, berarti setiap kelas jumlah siswa hanya 11 orang, nah inilah yang lebih memusingkan pihak sekolah kalau ada kegiatan lomba yang akan melibatkan banyak siswa. Untuk kegiatan perkemahan yang perlu diikuti siswa putra-putri diikuti 15 siswa dan 15 siswi, perlu dikerahkan kelas 4-5-6, padahal sekolah-sekolah yang lain hanya perlu kelas 6 saja sudah cukup
Tetapi tolok ukur jumlah siswa tidak dilihat hanya dari prestasinya, ada sekolah yang kurus karena jumlah warga di lingkungan itu memang sedikit dan sekolah itu memang satu-satunya yang ada di lingkungannya. Ada sekolah yang jumlah siswanya gemuk tetapi minim prestasi, karena memang sekolah itu merupakan satu-satunya yang ada di situ. Setiap awal tahun pelajaran baru sekolah-sekolah berlomba memaparkan prestasi yang diraih untuk dipamerkan pada calon siswa dan orangtuanya supaya mereka tertarik dan masuk di lembaga pendidikannya.
Jadi menurut kami tolok ukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat dilihat dari prestasi-prestasi yang diraih sekolah tersebut. Semakin banyak prestasi yang diraih berarti menandakan bahwa sekolah tersebut aktif dalam melakukan kegiatan kesiswaan, dan itu dapat dipantau oleh wali murid sehingga poin pertama lembaga pendidikan tersebut sudah dikenal oleh masyarakat.    

Tuesday, 25 October 2011

EGRANG

 Orang Jawa mengenal berbagai macam jenis permainan tradisional, yang sekarang tidak lagi ditemukan. Berbagai macam permainan tradisional tersebut memberi ruang ketrampilan bagi pemakainya. Dalam kata lain, permainan tradisional Jawa tidak menempatkan relasinya hanya pasif. Lebih dari itu harus aktif dan kreatif. Sebab, permainan tradisional Jawa memberikan rangsangan kreatif bagi relasinya.
Salah satu jenis permainan tradisional Jawa apa yang dikenal sebagai egrang. Permainan ini mengandaikan pemakai/relasinya lebih tinggi posisinya. Diluar ukuran tinggi manusia. Bahan yang dipakai sebagai egrang adalah bambu, yang dibuat meyerupai tangga, tetapi tangganya hanya satu. Kapan orang memakai egrang kakinya dinaikan di atas satu tangga, atau pustep kalau meminjam istilah sepeda motor, untuk kemudian berjalan. Jadi, pemakai egrang naik diatas bambu yang dibuat sebagai jenis mainan dan kemudian berjalan kaki.
Karena itu, orang yang memakai egrang perlu melewati proses belajar dulu, karena membutuhkan keseimbangan. Kapan keseimbangan tidak terpenuhi orang bisa jatuh dari egrang. Siapapun bisa menggunakan egrang, tidak harus anak-anak, orang dewasapun bisa menggunakannya.
Egrang bentuknya bisa pendek, tetapi bisa pula tinggi. Yang pasti, kapan orang bermain egrang, posisi tubuhnya menjadi jauh lebih tinggi dari tubuh yang sebenarnya. Persis seperti orang berdiri di tangga, atau naik di atas meja.
Namun permainan egrang sekarang tidak lagi mudah ditemukan. Mungkin malah sudah hilang. Atau barangkali, permainan egrang tidak lagi relevan di jaman sekarang. Di tengah anak-anak terbiasa dengan eskalator yang tersedia di mall: hanya berdiri tangga bisa berjalan sendiri. Egrang sepertinya memberikan “rasa susah” dari fasilitas teknologi. Hanya badut-badut di pasar malam yang masih kelihatan, atau hanya bisa kita saksikan lewat tayangan hiburan di televisi.
Tampaknya proses membentuk kreativitas telah menemukan formula yang sama sekali lain. Tidak berawal dari kesaadaran dan inisiatif dari dirinya sendiri dan hanya sedikit sekali memerlukan dorongan dari luar seperti egrang. Kreativitas jaman sekarang memerlukan instrumen yang tidak lagi sederhana dan, sulit meninggalkan teknologi.
Karena itu, egrang adalah masa lalu yang sekedar untuk dikenang dan sulit untuk ditemukan. Anak-anak tidak lagi “mengenal” apa itu egrang dan bagaimana bentuknya. Bagaimana pula cara memakainya.
 Mungkin, kembali untuk mengenalkan ingatan terhadap permainan tradisional Jawa, egrang dan jenis permainan tradisional lainnya perlu untuk dihadirkan. Bukan yang utama untuk mengembalikan “kisah masa lalu”. Namun lebih untuk memberikan referensi kultural pada anak-anak sekarang yang terbiasa dengan permainan yang serba teknologis.
Dari egrang, barangkali orang bisa menanapki jenis permainan tradisional Jawa lainnya yang sekarang sekedar sebagai kenangan.Dunia pendidikan juga tidak pernah menyinggung hal ini, mereka lebih suka ke hal-hal yang lebih membuat anak-anak tampil berani, outbond, wisata kuliner, yang lebih modern dan lebih bernuansa internasional.