Blogger Widgets TAMAMI JAYA: MASALAH TERPURUKNYA OLAHRAGA INDONESIA DAN SOLUSINYA
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Saturday, 4 January 2014

MASALAH TERPURUKNYA OLAHRAGA INDONESIA DAN SOLUSINYA



Selain masalah-masalah yang ada dalam lingkup terpuruknya prestasi olahraga dan solusinya yang sudah dijelaskan secara gambling oleh pakar-pakar olahraga baik di lingkup kemenpora maupun pemerhati olahraga lainnya, berikut 3 permasalahan lagi dan solusi untuk mengatasinya. Diantaranya :
1.Aturan atau pasal-pasal dalam UU RI no 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang justru menghambat majunya prestasi olahraga.
UU SKN melarang pejabat publik jadi pengurus KONI, tetapi boleh memimpin. Sekarang saja masih ada kurang lebih 46 % KONI Provinsi yang dijabat Kepala daerah/wakil Kepala daerah.
Solusinya :
Karena hubungannya dengan pendanaan menurut saya, pasal yang mengatur itu direvisi saja. Biarkan rakyat yang menentukan, mengenai organisasi KONI dijadikan kendaraan politik biarlah itulah resiko demokrasi transisi. Jangan ada lagi komplek olahraga yang menghabiskan uang milyaran rupiah seperti di kota-kota bekas penyelenggaraan PON mangkrak gara-gara belum ada keputusan antar kementrian maupun antar pemerintah pusat atau daerah. Yang penting bagi saya olahraga dapat didanai lagi seperti yang dulu, tidak dengan permainan pasal demi pasal yang akhirnya malah pro dan kontra antara Pemerintah dan Parlemen. Mengenai ada sementara orang yang mengatakan pejabat publik gila kekuasaan kalau memimpin KONI secara pribadi saya kurang setuju, pejabat publik yang ingin memajukann olahraga dapat terhambat karena ada aturan-aturan di dalam pasal itu. Mengenai ketakutan kita akan terjadinya kongkalikong dengan pengurus cabang olahraga tertentu, biarlah masuk pada ranah hukum yang ada, buat apa KPK, Satgas Mafia hukum, Kepolisian, Kejaksaan, LSM dan lain-lain.

2.Pelatih yang bekerja tidak proporsional.
Banyaknya pelatih-pelatih olahraga yang menyampaikan ilmu kepelatihan yang bekerja setengah-setengah (tidak maksimal), artinya masih ada pelatih yang melatih lebih dari satu klub olahraga dengan berdalih pembagian waktu latihan dapat dinegosiasi.
Bahkan pelatih sekelas Tim nasional ada yang masih merangkap (Nyambi) dengan klub olahraga lain, saat latihan Timnas mendelegasikan asisten pelatih.
Solusinya :
Perekrutan pelatih harus ada perjanjian selain SK, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya konsentrasi dengan tim yang dilatih (tidak melatih di klub lain) ini memang sukar dihilangkan, karena kebanyakan pelatih Timnas begitu selesai suatu turnamen, pelatih kembali melatih di klub lagi.

3.Kurikulum sekolah yang tidak memihak olahraga.
Adalah kenyataan bahwa olahraga dianggap mata pelajaran yang kurang mendapat tempat dalam kurikulum sekolah, untuk tingkat dasar atau setara dengan sekolah dasar yang seharusnya dapat menjadi titik tolak pembinaan olahraga usia muda di Indonesia ternyata porsinya termasuk kategori olahraga pendidikan saja, yang satu minggunya maksimal 3 jam, dan itu diperparah lagi dengan kegiatan olahraga yang diadakan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yaitu POPDA yang event atau cabang olahraganya hampir tidak terealisasi di SD yang mengedepankan olahraga pendidikan.
Solusinya :
Berikan tambahan waktu atau jam pelajaran untuk bidang studi olahraga, dilain pihak konsep olahraga pendidikan ditambah lagi dengan olahraga prestasi. Buat apa Perguruan Tinggi dan Institusi yang membuka Fakultas Ilmu Keolahragaan mencetak tenaga pengajar melalui PGPJSD yang materi kuliahnya sangat berbobot kalau diterapkan di Sekolah Dasar. Dalam hal ini pemerintah sudah mendapat point dan dapat memberdayakan ilmu kepelatihan yang dimiliki alumnus-alumnus Fakultas Ilmu Keolahragaan !      

1 comment:

Anonymous said...

Cabang olahraga di Indonesia siapa yang peduli? Kalau ada yang mau menjadi Ketum atau pembina olahraga pasti ada maunya, entah mendekati momen pileg/pilpres ... Begitu juga salah para pengurus cabangnya, seperti dinasti saja, pengurus cabang olahraganya ya orang-orang terdekat. Tidak mau melihat kemempuan manajemen seseorang, tetapi dilihat baju luarnya saja