Blogger Widgets TAMAMI JAYA: STOP RUSUH SUPORTER
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Thursday 15 May 2014

STOP RUSUH SUPORTER



Tidak henti-hentinya rusuh suporter mewarnai drama persepakbolaan Indonesia, baik di kompetisi amatir maupun liga professional. Rusuh tidak hanya terjadi antar suporter lawan tetapi dengan sesama suporter sendiri.
Walaupun sudah sering terjalin komunitas suporter damai baik melalui komunikasi antar pengurus suporter maupun lewat media sosial on lines, juga belum bisa menjamin bentrok suporter di lapangan. Apalagi lewat dunia maya juga salah satu penyebab terjadinya suporter anarkis, dengan grup facebook yang namanya terkadang menyudutkan atau melecehkan nama suporter lain.

Di pentas liga profesionalpun masih sering terdengar nyanyian suporter yang sepertinya tidak asing di telinga kita …

“BANTAI … BANTAI … BANTAI PERS???? … BANTAI PERS???? … SEKARANG JUGA”
“PERS???? ASU DIBUNUH SAJA …”

Di media sosial masih terjadi perang komentar yang memicu langgengnya perseteruan antar suporter. Aremania-Bonek dan The Jak-Viking adalah salah satu contoh perseteruan abadi yang entah kapan akan berakhir, ditambah lagi dengan suporter lain (merasa eksis) yang ikut-ikutan merasa jadi saudaranya dengan mengecilkan keberadaan suporter lain.

Seperti contoh sebagian kasus yang pernah terjadi diantaranya:

1)      Seorang pendukung kesebelasan PSIS Semarang bernama Ovik Arangga (19) dari kelompok Snex tewas dalam tawuran antar suporter sesama Semarang lainnya yakni Panser Biru (14-1-2012)
2)      Tiga orang menjadi korban pengeroyokan usai laga lanjutan Indonesia Super League (ISL) antara Persija menghadapi Persib. Tiga orang itu bernama Lazuardi, Rangga Cipta Nugraha dan Dani Maulana (27-5-2012)
3)      Tegar Saputra (15). Suporter yang berasal dari kelompok Asykar Theking itu tewas, peristiwa bermula saat sesama pendukung PSPS, kelompok Asykar Theking dan Curva Nord 1955 akan menyaksikan pertandingan PSPS (10/3/2013).
4)      Salah satu suporter Persiba Bantul bernama Jupita meninggal dunia usai terlibat bentrok antara  kelompok suporter Paserbumi  dengan pendukung Persiba lainnya, Curva Nord Famiglia (8-2-2014)

Menghadapi kasus di atas keberadaan Panpel dan Koorlap suporter tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan dari aparat keamanan. Karena kasus tidak hanya terjadi di area stadion, tetapi sudah sering terjadi di dalam stadion hanya terjadi gesekan saling ejek, tetapi di luar stadion terjadi bentrok yang hebat.
Aparat keamanan juga harus mengambil keputusan yang tepat saat situasi dapat diatasi dengan damai tak perlu bertindak secara berlebihan, bahkan bertindak yang justru memicu bentrokan.
Yang perlu dipahami bersama adalah Rivalitas hanya 90+ menit yang akhirnya ada satu pemenang.
Tuan rumah utamanya para suporter jangan memaksakan kemenangan kalau memang tim tamu bermain lebih baik. Pemain lawan bukan orang yang harus dihina agar menyerah di hadapannya, suporter tamu bukan hanya serombongan kelompok penonton yang tidak boleh sekehendak hatinya bernyanyi yel yel seperti dirinya sebagai tuan rumah.