Salah satu obyek wisata
andalan di Jepara adalah Benteng Portugis yang terletak di Desa Banyumanis
Kecamatan Keling atau 45 km di sebelah utara Kota Jepara, dan untuk mencapainya
tersedia sarana jalan aspal dan transportasi regular.
Dilihat dari sisi geografis benteng ini nampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2 s/d 3 km saja. Benteng ini dibangun di ats sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau mondoliko, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah kontrol Meriam Benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya.
Pada tahun 1619, kota Jayakarta/Sunda Kelapa dimasuki VOC Belanda, dan saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia. Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah Belanda.
Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun 1628 dan tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram.
Dilihat dari sisi geografis benteng ini nampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2 s/d 3 km saja. Benteng ini dibangun di ats sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau mondoliko, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah kontrol Meriam Benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya.
Pada tahun 1619, kota Jayakarta/Sunda Kelapa dimasuki VOC Belanda, dan saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia. Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah Belanda.
Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun 1628 dan tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram.
Kejadian ini membuat
Sultan Agung berpikir bahwa VOC Belanda hanya bisa dikalahkan lewat serangan
darat dan laut secara bersamaan, padahal Mataram tidak memiliki armada laut
yang kuat, sehingga perlu adanya bantuan dari pihak ketiga yang juga berseteru
dengan VOC yaitu Bangsa Portugis.
Benteng ini
terletak di sebuah bukit tepatnya di Kelurahan Ujung Batu Jepara kota, sekitar
0,5 km arah utara alun-alun jepara dengan ketinggian 85 meter dari permukaan
laut.Di sebelah timur terdapat kompleks makam kuno yang berisi makam
orang-orang Cina dan Belanda.Terdapat pula Taman Makam Pahlawan Giri Dharma
Gerbang masuk
lokasi benteng dibuat cukup megah bertuliskan,di dalamnya dibentuk taman dari
tanaman hias dan bunga serta pohon jenis palem.
Tempat ini cukup
representatif untuk wahana rekreasi keluarga khususnya warga jepara dan
sekitarnya karena baik di dalam maupun di luar benteng dipenuhi tanaman buatan.
Bahkan di depan gerbang sebelah kiri terhampar taman buah yang berisi tanaman
mangga, belimbing, jambu, bahkan sukun
Dari tembok Benteng VOC sebelah barat,kita dapat memandang teluk Jepara dan kemegahan stadion
Gelora Bumi kartini yang menjadi kebanggaan masyarakat jepara.
Museum RA. Kartini
terletak di pusat kota atau tepatnya di sebelah utara alun-alun kota Jepara.
Museum RA Kartini termasuk jenis museum umum dan sekaligus sebagai Obyek Wisata
sejarah yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jepara
selaku Dinas Teknis yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah.
Museum ini dibuka setiap hari dan sering dikunjungi para wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). Museum RAKartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan Bupati Soewarno Djojomardowo, SH, sedangkan peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara, Soedikto, SH.
Tujuan didirikan museum ini adalah untuk mengabadikan jasa-jasa perjuangan RA Kartini dengan cara mendokumentasikan, memamerkan, dan memvisualkan benda-benda bersejarah peninggalan milik kakak kandungnya serta benda warisan budaya lainnya yang banyak ditemukan di daerah Kabupaten Jepara. Gedung museum dibangun di atas areal seluas 5.210 m2 dengan luas bangunan 890 m2 dan terdiri dari tiga buah gedung.
Museum ini dibuka setiap hari dan sering dikunjungi para wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). Museum RAKartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan Bupati Soewarno Djojomardowo, SH, sedangkan peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara, Soedikto, SH.
Tujuan didirikan museum ini adalah untuk mengabadikan jasa-jasa perjuangan RA Kartini dengan cara mendokumentasikan, memamerkan, dan memvisualkan benda-benda bersejarah peninggalan milik kakak kandungnya serta benda warisan budaya lainnya yang banyak ditemukan di daerah Kabupaten Jepara. Gedung museum dibangun di atas areal seluas 5.210 m2 dengan luas bangunan 890 m2 dan terdiri dari tiga buah gedung.
Museum Gong Perdamaian
Dunia
Museum Gong Perdamaian Dunia berada di Desa Plajan
Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara. Desa Plajan berada di sebelah timur ibu
kota kabupaten yang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Pakis Aji, dengan
jarak tempuh dari ibu Kota Kecamatan kurang lebih 5 Km dan dari Ibu Kota
Kabupaten kurang lebih 22 Km. Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi sekitar
30 menit.
Desa Plajan memang
terkenal dengan sebutan desa wisata. Karena sedikitnya ada 13 tempat wisata di
sana. Salah satunya yang sudah mendunia adalah museum Gong Perdamaian Dunia.
Gong berukuran dua meter (2 m) dan memiliki berat 180 kg itu, berbahan campuran
logam dan emas. Meski sudah mendunia, namun masih sangat jarang masyarakat umum
yang mengetahui keberadaan museum tersebut.
Agar tidak
penasaran kunjungilah kalau pas kebetulan jalan-jalan di kota Jepara.
Monumen Plasenta R.A
Kartini
Obyek wisata Monumen
Ari-ari (Plasenta) Kartini terletak di desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong,
Kabupaten Jepara tepatnya berlokasi di samping pendopo Kecamatan Mayong.
Monumen ini dibangun
oleh Pemda Jepara pada tahun 1979 untuk mengingat jasa perjuangan RA. Kartini
sebagai pahlawan emansipasi wanita. RA Kartini merupakan pahlawan emansipasi
wanita yang berasal dari Jepara, beliau lahir pada tanggal 21 April 1879. Pada saat
RA. Kartini dilahirkan, ayah RA Kartini yang bernama RMAA Sosroningrat
merupakan seorang wedana Mayong yang berkediaman di desa Pelemkerep, Mayong.
Dilokasi monumen Ari-ari Kartini ini kita juga dapat menemukan sumur tua dan
sebuah padasan air yang menurut sejarah merupakan sisa peninggalan kediaman
keluarga RA. Kartini. Perjalanan untuk menuju ke lokasi ini sangat mudah, bisa
ditempuh menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil juga
dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum karena lokasi monument ini berada 50
m dekat dari Jalan Raya Mayong-Jepar
Masjid Astana
Mantingan
Wisata Masjid dan Makam
Mantingan berada di Desa Mantingan, Tahunan, 5 km dari pusat kota, dibangun
pada 1481 Saka (1559 M) oleh Pangeran Hadirin. Ada makam Pangeran Hadirin, Ratu
Kalinyamat, Patih Sungging Badarduwung, dan Cie Gwi Gwan.
Selain masjid dan
makam, di Mantingan juga ada peninggalan purbakala, Gapura Mantingan. Gapura
yang dibangun 1927 itu semula melintang di jalan yang menghubungkan
Mantingan-Sukodono, hingga tembus sampai pasar Ngabul (Kecamatan Tahunan).
Bekerja sama dengan
Dinas Purbakala, Pemkab Jepara memindahkan material gapura asli ke lokasi baru,
sekitar seratus meter arah timur dari lokasi lama. Tepatnya, menjadi pintu
masuk dari arah selatan menuju kompleks makam Ratu Kalinyamat dan Sultan
Hadlirin. Di lokasi lama, dibangun duplikat gapura yang berukuran lebih besar.
Dulu Masjid ini
semuanya berbahan dasar kayu jati, namun setelah di rehab dan diperbesar
bangunan ini konstruksinya berubah menjadi beton dan berdinding tembok seperti
masjid modern saat ini. Namun beberapa bagian bangunan masih menyisakan
kekunoannya dengan menggunakan kayu sebagai bahan bangunannya. Sebagai contoh
ruang masjid bagian depan plafonnya terbuat dari kayu jati lembaran yang
dipolitur berkilat. Begitu pula tiang atau soko gurunya, meski terbuat dari
dari beton namun bagian luar dililit oleh kayu dan diukir . Sehingga jika kita
salat di dalam masjid ini nuansa kekunoannya akan terasa sekali.
Masjid Baitul Makmur berada di sebelah selatan Alon-kota kota
Jepara tepatnya di Jl RA Kartini 1
Kauman, Jepara Jepara 59417 Jawa Tengah
Gapura Masjid Jami'
Baiturrohman I, di Robayan
Masjid Jami' Baiturrohman I Robayan
konon adalah peninggalan Wali. Walaupun sekarang sudah di renovasi dan bentuk
awalnya sudah tidak kelihatan lagi, tetapi ada yang tidak di ubah dan dibiarkan
masih seperti aslinya yaitu pada Gapura Masjid.
Masjid Jami’
Baiturrohman I terdapat di Jalan Raya Gotri-Welahan KM 1, tepatnya di Desa
Robayan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.
Kelenteng Hian Thian
Siang Tee
Kelenteng Hian Thian
Siang Tee lokasinya terletak terletak 24 km ke arah selatan dari pusat kota
Jepara, di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, sebuah Desa yang
menyimpan peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu aset wisata sejarah
di Jepara, dimana berdiri megah 2 buah kelenteng yang dibangun seorang tokoh
pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe bersama dengan kakaknya bernama
Tan Siang Djie. Untuk menuju Lokasi Wisata ini didukung dengan berbagai
prasarana diantaranya jalan beraspal dapat menggunakan kendaraan roda dua
maupun roda empat atau angkutan umum yang lain, karena lokasi Obyek tersebut
berdekatan dengan pasar Welahan
Candi Bubrah dan Candi Angin
Candi Bubrah terdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Candi Bubrah adalah candi yang belum di ketahui asal muasal dan siapa pembuatnya serta pada zaman kapan candi bubrah di buat.
Candi Bubrah terdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Candi Bubrah adalah candi yang belum di ketahui asal muasal dan siapa pembuatnya serta pada zaman kapan candi bubrah di buat.
Ahli arkeologi
atau sejarah, bisa dikatakan belum pernah menyelidiki keberadaan bangunan ini
secara serius. Berjarak sekitar 2 km ke arah puncak, Candi Bubrah bisa dilihat
berada di sisi kiri jalur pendakian. Bangunan ini terdiri dari dua kelompok.
Satu kelompok di bagian yang lebih rendah, dan satu kelompok lagi berada di
bagian yang lebih tinggi. Sedangkan Candi Angin sendiri, dengan bentuk dan
karakter yang sama seperti candi Bubrah berada di puncak.
Sebutan Puncak
Candi Angin, oleh masyarakat desa setempat tentu saja bukan tanpa sebab. Pemberian
nama tersebut terjadi karena masyarakat menemukan dua buah situs budaya berupa
bangunan arsitektur kuno yang terdiri dari susunan batu-batu persegi yang tidak
sama ukurannya.
Susunan batu-batu tersebut membentuk sebuah bangunan, yang meskipun terlihat rapuh, namun pada kenyataannya tidak rubuh meski diterpa angin kencang di ketinggian gunung. Belum ada yang berani secara resmi memperkirakan berapa usia bangunan bersusun dari batu ini.
Susunan batu-batu tersebut membentuk sebuah bangunan, yang meskipun terlihat rapuh, namun pada kenyataannya tidak rubuh meski diterpa angin kencang di ketinggian gunung. Belum ada yang berani secara resmi memperkirakan berapa usia bangunan bersusun dari batu ini.
Sebenarnya masih banyak lagi Wisata Sejarah di Kota Jepara,
silahkan ditambah ……
Wisata Cagar Budaya di Jepara KLIK DI SINI
Wisata Cagar Budaya di Jepara KLIK DI SINI
No comments:
Post a Comment