Blogger Widgets TAMAMI JAYA: ADA APA DENGAN PSSI ?
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Sunday 7 October 2012

ADA APA DENGAN PSSI ?








ADA APA DENGAN PSSI ?

Sepakbola menjadi olahraga permainan yang sangat diminati tidak hanya di dalam negeri tetapi sudah mendunia baik di negara yang maju maupun di negara berkembang. Setiap event baik itu Olimpiade, Asian Games atau di Sea Games cabang olahraga sepakbola selalu menjadi incaran medali emas, bahkan menjadi tuan rumah kalau tidak dilengkapi dengan emas sepakbola rasanya kurang lengkap.
Begitu pula di dalam negeri di event PON, Porprov, Porkab bahkan di Porcam ataupun di Pordes, emas sepakbola merupakan impian dari setiap peserta. Dari cabang sepakbola masih terlihat pekik sorak yang heroik. Dikala PSSI masih dikenal klub amatir (Perserikatan) dan semi profesional (Galatama), pada final Divisi utama pemenangnya bak pahlawan yang baru memenangkan pertempuran, diarak keliling kota. Meski saat itu masih terbatas siaran sepakbola anak-anak kecil sangat mengenal pemain seperti Ajad Sudrajad, Robby Darwis, Sobur, Sutiyono (Persib) Ponirin (PSMS) Ribut Waidi, Tugiyo (PSIS). Gebyar Divisi utama lebih melekat di hati suporter, dibanding Kompetisi Galatama. Pejabat pemerintah bisa dipastikan akan menjadi Ketua umum karena pendanaan klub perserikatan tadi dibiayai dana APBD. Sampai pada penyatuan perserikatan dan galatama pada satu kompetisi Liga Indonesia mulai tahun 1994 klub dari Perserikatan masih menjadi idola.
Suporter tidak mengenal dan tidak perduli klubnya didanai dari uang apa atau darimana yang penting dapat menyaksikan tim kebanggaannya bermain apalagi bermain di Liga Indonesia yang merupakan kompetisi bergengsi setingkat La Liganya Spanyol atau selevel Seria-A Italia. Suporter tidak mau tahu siapa pengurus PSSInya, siapa Bapak Nugroho Besoes yang bertahun-tahun menjabat sebagai Sekretaris Umum (Sekum), bahkan tidak mau tahu Ketum PSSInya memimpin dari balik jeruji (Nurdin Halid), saat itulah genderang perang di tubuh PSSI mulai ditabuh. Dengan kekuasaan yang dijabat seorang Menteri Pemuda dan Olahraga (Bapak Andi Malarangeng) mengijinkan digelarnya Kompetisi Liga Primer Indonesia di bawah naungan Badan Pengawasan dan Pengendalian Olahraga Profesional Indonesia (BPPOPI). Dari sinilah mulai terjadi hal-hal yang mau tidak mau menyeret suporter untuk menjadi tahu permasalahan yang menimpa PSSI. Perang terjadi di dunia maya lewat jejaring sosial Anti Liga Primer Indonesia (ALPI) mewakili suara PSSI nya La Nyalla Matalitti dan Info Liga Indonesia (ILI) mewakili PSSI nya Djohar Arifin.
Dari permasalahan di tubuh PSSI berimbas pada hal yang lebih utama, Timnas menjadi bulan-bulanan lawan yang dulu setara dengan kekuatan Timnas PSSI. Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura bahkan Piliphina menjadi lawan yang sulit dikalahkan. Timnas PSSI pun berisi pemain yang bukan mewakili seluruh pemain terbaik, petinggi-petinggi PSSI menjadi merasa berkuasa. Siapa yang berani menjadi penengah? Kemenpora…? KON/KOI…? AFC…? Sampai dibentuk Joint Commite.
Sulit memang membedakan posisi pengurus PSSI dengan politikus, karena dari pengurus PSSI bisa menjadi Politikus, atau dari politikus bisa menjadi pengurus PSSI, atau dua-duanya pengurus PSSI sekaligus politikus (biasa terjadi di kepengurusan olahraga yang lain)
Disini siapa yang merasa mewakili kepentingan nasional? Menjadi pemain sepakbola yang menjadi punggawa Tim nasional adalah cita-cita seorang pesepakbola. Dengan dipanggil Tim nasional berarti pemain itu adalah seorang yang mempunyai kemampuan bermain bola di atas kemampuan pemain sepakbola yang lain. Kalau ada pemain sepakbola yang menolak dipanggil Tim nasional berarti ada masalah, tidak lantas memberdayakan pemain yang ada bahkan “asal-asalan”. Semua suporter menginginkan Tim nasional yang tangguh dan betul-betul pemain yang handal, sehingga tidak ada kalimat lagi seperti “Ini Timnasku mana Timnasmu ?”              

No comments: