Blogger Widgets TAMAMI JAYA: 10 Macam metode belajar Rudolf Pintner
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Thursday 11 July 2013

10 Macam metode belajar Rudolf Pintner



Dr. Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode di dalam belajar, seperti berikut :

A. Metode keseluruhan kepada bagian (whole to part method)
Di dalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya. Misalnya kita akan mempelajari sebuah buku. Mula-mula kita perhatikan lebih dahulu isi buku tersebut, urutan bab-babnya dan sub bab masing-masing. Dari gambaran keseluruhan isi buku tersebut barulah kita mengarah kepada bagian-bagian atau bab-bab tertentu yang kita anggap penting atau yang merupakan inti pokok buku tersebut. Metode ini berasal dari pendapat psikologi Gestalt.

B. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method)
Untuk bahan-bahan pelajaran yang lingkupnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode keseluruhan seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya. untuk bahan-bahan yang bersifat non verbal, seperti keterampilan, mengetik, menulis, dsb. lebih tepat digunakan metode bagian.

C. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (mediating method)
Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya luas, atau yang sukar-sukar, seperti misalnya tata buku, akunting, dan bahan kuliah lain pada umumnya.

D. Metode resitasi (recitation method)
Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali (sesuatu) yang telah dipelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun non verbal. Di dalam mata kuliah Metodologi Pengajaran metode resitasi ini disebut “metode pemberian tugas”. yang berarti bahwa pemberian tugas itu bermaksud agar siswa diharuskan mengulangi pelajaran yang telah dipelajari atau diajarkan.

E. Jangka waktu belajar (leght of practice periods)
Dari hasil-hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan, dsb. adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif. Jangka waktu tersebut di atas tidak berlaku bagi mata pelajaran yang memerlukan ‘pemanasan’ pada permulaan belajarnya seperti untuk belajar sejarah, geografi, ilmu filsafat, dsb. Di samping itu, kita harus ingat pula bahwa besarnya minat yang ada pada diri seseorang terhadap suatu pelajaran dapat memperpanjang jangka waktu belajarnya sehingga memungkinkan lebih dari 30 menit. Bahkan pada orang dewasa dapat lebih lama lagi.

F. Pembagian waktu belajar (distribution of practice periods)
Dari berbagai percobaan telah dapat dibuktikan, bahwa belajar yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efeaktif. oleh karena itu, untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar. Dalam hal ini “hukum Jost” tentang belajar, 30 menit 2 x sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.

G. Membatasi kelupaan (counteract forgetting)
Bahan pelajaran yang telah kita pelajari seringkali mudah dan lekas dilupakan. maka untuk jangan sampai lekas lupa atau hilang sama sekali, dalam belajar perlu adanya “ulangan” atau review pada waktu-waktu tertentu atau setelah/pada akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan. guna review atau ulangan ini ialah untuk meninjau kembali atau mengingatkan kembali bahan yang pernah dipelajari. Adanya review ini sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang sangat luas dan memakan waktu beberapa semester untuk mempelajarinya.

H. Menghafal (cramming)
Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat seperti misalnya belajar untuk menghadapi ujian-ujian semester atau ujian akhir. Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan lagi segera setelah ujian selesai.

I. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan
Kita mengenal ungkapan quick learning means quick forgetting. Di dalamnya terdapat korelasi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu. Hasil-hasil eksperimen yang telah dilakukan tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak ataupun membenarkan generalisasi tersebut. untuk bahan pelajaran yang kurang mempunyai arti, mungkin generalisasi itu tepat dan benar. Akan tetapi, untuk bahan-bahan pelajaran yang lain tidak dapat dipastikan kebenarannya.

J. Retroactive inhibition
Kita telah mengetahui dari beberapa teori belajar yang telah dibicarakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat asosiaasi dan interrelasi antara berbagai pengalaman yang kemudian membentuk pola-pola pengertian atau pengetahuan yang terorganisasi di dalam diri kita. Asosiasi dan interrelasi itu terjadi karena hasil pengulangan-pengulangan yang teratur, karena adanya hubungan-hubungan berlanjut di dalam waktu dan ruang, karena intensitas stimulasi, mempunyai hubungan stuktural yang logis, dan sebagainya.
Berbagai pengetahuan yang telah kita miliki itu, di dalam diri kita seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula yang satu mendesak atau menghambat yang lain. Proses seperti ini di dalam psikologi disebut retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi, pada waktu terjadi proses reproduksi di dalam jiwa kita, atau dengan kata lain pada waktu terjadi proses berpikir, terjadi adanya penolakan atau penahanan dari suatu unit pengetahuan tertentu terhadap unit yang lain sehingga terjadi kesalahan dalam berpikir.
Retroactive inhibition ini dapat terjadi baik pada pelajaran-pelajaran yang bersifat verbal seperti sejarah, bahasa, illmu ekonomi, dan sebagainya, dan dapat pula terjadi dalam pelajaran-pelajaran non verbal seprti mengetik, bermain piano, menjahit, bermain tenis, dan sebagainya.
Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive inhibition tersebut, disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus. Untuk itu diperlukan adanya jadwal atau time schedule dalam belajar yang harus ditaati secara teratur.

No comments: