Blogger Widgets TAMAMI JAYA: PANDAWA LIMA
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Saturday 28 June 2014

PANDAWA LIMA



Pandawa Lima

Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama dengan Kurawa.
Pertempuran antara Pandawa Lima dengan Kurawa yang masih mempunyai hubungan saudara, karena Pandawa Lima memperjuangkan hak tahtanya atas Kerajaan Hastinapura yang di kuasai oleh para Kurawa ( Prabu Suyudhana dengan saudara-saudaranya yang berjumlah seratus ).
Pandawa lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.
Yudistira dengan nama kecilnya Puntadewa, Bima dengan nama kecilnya Sena, dan Arjuna dengan nama kecilnya Permadi dilahirkan dari ibu Dewi Kunti sedang Nakula dengan nama kecilnya Punten dan Sadewa dengan nama kecilnya Tangsen dilahirkan dari ibu Dewi Madrim.
Pandu Dewanata adalah Raja Hastinapura, tetapi mati muda dan anak-anaknya masih kecil-kecil sehingga belum memungkinkan untuk memegang kendali pemerintahan, untuk mengisi ke kosongan pemerintahan Hastinapura, maka diangkatlah Destaratra yang buta, kakak Pandu Dewanata untuk menduduki jabatan sementara tahta Hastina, kelak jika putra-putra Pandu telah dewasa, Hastinapura akan diserahkan pada Pandawa Lima, putra Pandu yang mempunyai hak atas tahta Hastina secara syah.
Rencana penyerahan tahta Hastinapura ke para Pandawa Lima Putra Pandu secara damai kelaknya hanya tinggal rencana saja, karena rencana tersebut terhalang oleh Dewi Gendari Istri Destarastra yang sangat ambisius, apa lagi ambi si Dewi Gendari didukung oleh adiknya Harya Su man alias Sengkuni, menjadi patih Hastinapura, mempunyai watak iri, dengki dan syirik yang menghalakan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Destarastra disamping buta, pendiriannya juga kurang kuat, mudah berubah, mudah diha sut dan mudah dibujuk oleh anak-anaknya yang berjumlah seratus, dikenal dengan Kurawa atau Sata Kurawa yang hampir seluruh anaknya berwatak pendusta, iri, dengki, tamak, syirik dlsb.
Patih Harya Suman alias Sengkuni sangat besar sekali pengaruhnya pada para Kurawa dalam membentuk anganggapan bahwa Pandawa Lima merupakan musuh dan saingan terberatnya, karena itu harus disingkirkan dengan cara apapun juga, agar Hastinapura tidak jatuh ketangan Pandawa Lima Putra Pandu, sebagai pewaris syah atas tahta Hastinapura.
Meskipun Pandawa Lima dan Kurawa berguru pada guru yang sama yakni Resi Durna ( Druna ) dan Resi Krepa, tetapi permusuhan diantara mereka tidak dapat dipadamkan untuk menjadi rukun, bahkan semakin menjadi-jadi.
Pandawa Lima selalu lebih unggul dlm ketrampilan ulah senjata dan ulah krida dari pada para Kurawa. Puntadewa selalu lebih unggul dibi dang sastra dan ketatanegaraan, Bima unggul dibidang memainkan senjata gada, Harjuna unggul dibidang memanah dan ulah pedang sedang kan Nakula dan Sadewa tidak ikut berguru karena masih terlalu kecil.
Bima bersosok tubuh besar, konon sangat jahil suka mengganggu Kurawa dengan tiada sebab Kurawa sering ditampar dan ditempeleng oleh Bima terutama Suyudhana/Duryudhana dan Dursasana ( adik Suyudhana ), akhirnya menimbulkan perkelahian tetapi selalu dimenangkan oleh Bima meskipun Bima dikeroyok mereka berdua, karena itu Bima selalu menjadi sasaran pelampiasan dari kekesalan mereka.
Suatu saat Bima yang sangat rakus, dalam makanannya diberi racun oleh Kurawa, setelah Bima tidak sadarkan diri kemudian dibuang kedalam sumur Jalatunda yang berisi penuh dengan ular beracun ganas. Karena pertolongan Batara Dadungnala, Bima dapat selamat dan sejak itu Bima menjadi kebal terhadap segala macam racun betapapun ganasnya racun tersebut.
Mengetahui usahanya menyingkirkan Bima gagal, maka Kurawa berusaha lagi untuk menyingkirkan Pandawa Lima dengan cara membakar bale Sigala-gala tempat menginap para Putra Pandu dan Ibunya Dewi Kunti, tetapi usaha itupun gagal lagi, karena Putra Pandu memperoleh pertolongan dari Batara Naradha, Sang Hyang Antaboga dan Yama Widura.
Untuk mencegah Pandawa Lima dan para Sata Kurawa agar tidak terjadi sengketa terus menerus, para tetua mereka terutama Resi Bisma dan Yama Widura, menganjurkan kepada Destarastra agar Pandawa Lima diberi hutan Kan dawaprastha atau Wanamarta, saran tersebut diikuti oleh Destarastra dan hutan Wanamartalah yang diberikan pada Pandawa Lima.
Dalam waktu singkat Pandawa Lima yang
dibantu oleh beberapa Dewa dan sahabat sahabatnya, berhasil merubah hutan belantara menja di sebuah kerajaan yang besar dengan nama Amerta dan Indraprasta sebagai ibu kotanya.
Semakin lama Amerta menjadi semakin maju, kerajaannya menjadi semakin besar dan kuat, banyak kerajaan kecil-kecil, bergabung berkat perjuangan Bima dan Harjuna.
Sebagai pernyataan syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Sang Maha Pencipta Ja-gad Raya ini, maka para pembesar Kerajaan Amarta mengadakan syukuran, sesaji kepada Raja Suya dan para Kurawapun diundang untuk meng hadiri upacara sesaji itu dan dalam pelaksanaan upacara sesaji tersebut terdapat keributan antara Prabu Kresna dengan Prabu Si Supala, berakhir dengan meninggalnya Prabu Si Supala, tetapi tidak menggangu kelancaran jalannya upacara sesaji.
Karena sudah mempunyai bibit rasa iri dan dengki pada Pandawa Lima, maka Kurawa menilai bahwa upacara tersebut merupakan pameran kekuatan Pandawa Lima, hal demikian dimanfaatkan oleh Patih Sengkuni untuk mempengaruhi para Kurawa agar membuat sengsara pada Pandawa Lima (Putra Pandu).
Prabu Duryudhana atas nama Kurawa, mengundang Pendawa Lima untuk menghadiri pes-ta yang diadakan di kerajaan Hastinapura, atas hal tersebut para tetua Hastinapura seperti Pra bu Destarastra, Resi Bisma dan Yama Widura menilai bahwa antara Pandawa Lima dengan para Sata Kurawa telah berdamai dan bersahabat.
Penilaian tetua Hastinapura ternyata meleset, karena undangan Kurawa hanya merupakan siasat untuk membuat sengsara Pandawa Lima.
Waktu itu Pandawa Lima diajak minum mi-numan yang memabukkan sampai mabuk dan dalam kondisi mabuk itulah Pandawa Lima dia-jak main judi, Pandawa Lima diwakili oleh Yudistira dan Hastinapura diwakili oleh Patih Sengkuni (Harya Suman). Dalam permainan judi tersebut Pandawa Lima di kalahkan, karena di curangi oleh para Kurawa, judi dan mabuk-mabukan sudah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi para Kurawa.
Awalnya Pendawa Lima sering dimenang-kan, tetapi setelah taruhan diperbesar dan merupakan target Para Kurawa, maka Pendawa Lima dikalahkan, sesudah kerajaan Amarta dipertaruhkan dan dikalahkan, keadaan semakin panas, ke-mudian setelah adik-adiknya dan dirinya yang di jadikan taruhan kalah juga, maka Dewi Drupadi istrinyapun dipertaruhkan pula.
Dewi Drupadi waktu itu dikaputren kemudian diseret kebalairung, dipermalukan dan menarik rambutnya sampai terurai. Pada saat itulah Dewi Drupadi mengucapkan sumpahnya, bahwa ia tidak akan menyanggul rambutnya lagi, kecuali setelah keramas dengan darahnya Dursasana adik Prabu Duryudhana ( Suyudhana ), demikian juga Bima bersumpah, bahwa dalam perang Bha ratajuda nanti akan membunuh Prabu Duryudhana (Suyudhana) dan meminum darahnya.
Nasib Pandawa Lima dan Dewi Drupadi agak tertolong dengan campur tangannya tetua Hastinapura Resi Bisma dan Yama Widura. Dewi Drupadi diminta untuk diserahkan kepada Resi Bisma dan diberikan, untuk ini para Kurawa salah sangka dikiranya Resi Bisma ingin menikmati kemenangannya pada hal Dewi Drupadi akan diserahkan kembali kepada Pandawa Lima oleh Resi Bisma.
Atas kekalahan judi para Pandawa Lima, tetua Hastina mengambil kebijaksanaan dan jalan tengah, bahwa Pandawa Lima harus menjalani hukuman pembuangan di hutan selama 12 tahun dan masa penyamaran selama 1 tahun, dalam masa penyamaran apabila salah satu dari Pandawa lima dapat dipergoki, maka mereka semua ha rus menjalani pembuangan ulang lagi selama 12 tahun, dan masa penyamaran 1 tahun.
Dewi Drupadi-pun mengikuti para Pandawa Lima dalam menjalani hukuman pembuangan, sedangkan Dewi Kunti ibu para Pandawa Lima tetap tinggal Kerajaan Hastinapura. Sebagian Istri dan anak-anaknya Raden Harjuna dititipkan di Kerajaan Cempalaradya, Dewi Wara Subadra dan sebagian lagi istri-istri Raden Harjuna dan anak-anaknya dititipkan di Kerajaan Dwarawati.
Dalam masa menjalani hukum pembuangan, Raden Harjuna dan Bima memanfaatkan waktunya untuk memperdalam ilmunya dan mencari senjata pusaka. Bima bertemu dengan Anoman saudara tunggal Bayu yang mengajarkan berbagai ilmu kesaktian kepadanya.
Setelah Pandawa Lima menyelesaikan ma-sa pembuangan 12 tahun lamanya, kemudian menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata. Puntadewa menyamar sebagai ahli sejarah dan tatanegara dengan nama Wijakangka, Bima sebagai Jagal/penyembelih hewan dengan nama Jagal Abilawa, Harjuna sebagai guru tari yang kebanci-bancian dengan nama Kandhi Wrahatmala, Nakula dan Sadewa sebagai pelatih dan pemelihara kuda dengan nama Darmagranti dan Tantripala. Dewi Drupadi menjadi dayang istana dengan nama Sailandri atau Salindri.
Disaat hari penyamaran Pandawa Lima ber-akhir terjadilah penyerbuan Hastinapura dengan sekutu-kutunya ke Kerajaan Wirata. Para Pandawa Lima tidak dapat tinggal diam ketika melihat kejadian penyerbuan yang telah mengganggu ketenangan dan ketentraman Kerajaan Wirata tempat mereka menyamar selama ini.
Dengan ikutnya Pandawa turun kemedan perang, akibatnya para Sata Kurawa mengetahui penyamaran Pandawa Lima. Maka ketika diada kan perundingan untuk memulihkan hak Panda wa Lima atas Kerajaan Amarta dan setengah Kerajaan Hastina, ditolak oleh Kurawa dengan alasan penyamarannya telah dipergoki, karena itu Pandawa harus menjalani ulang kembali masa hukumannya 12 tahun dalam pembuangan dan 1 tahun masa penyamaran.
Menurut perhitungan tetua Hastina, Panda wa Lima telah menjalani masa hukuman dengan sempurna, karena itu mereka harus dikembalikan hak-haknya termasuk setengahnya Kerajaan Hastinapura, namun hal demikian ditolak oleh Kurawa. Meskipun Pandawa Lima dalam perundingan diwakili oleh Prabu Kresna sebagai duta Pandawa Lima.
Karena perundingan damai mengalami ke-gagalan, maka pecahlah pertempuran utk mem-perjuangkan haknya, kemudian dikenal dengan kisah “MAHABHARATA”, masa pertempurannya selama 18 hari, berakhir dengan kemenangan Pandawa Lima, tetapi semua putra Pandawa Lima gugur dimedan perang di Tegal Kurusetra.
Yudistira dikenal sebagai sosok suci tanpa dosa, sedangkan Bima dan Raden Harjuna dikenal sebagai sosok yang telah mencapai kesempurnaan diri, mengetahui sejatinya urip/hidup.
Bima waktu itu diperintah oleh Resi Druna untuk mencari air suci, maksudnya untuk mence lakakan Bima, tetapi sebaliknya Bima bertemu dengan Dewa Ruci yang memberi wejangan tentang ilmu kasampurnan hidup, Raden Harjuna memperoleh wejangan ilmu Hasta Brata dari Panembahan Kesawasidhi di Puncak gunung Suwelagiri Pertapaan Kutharunggu. Hasta Brata merupakan ilmu spiritual setingkat dengan air suci yang diperoleh Bima untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Dihari tuanya, Pandawa Lima dengan sadar merupakan hari-hari utk menyongsong saat ke-matian, setelah menobatkan Parikesit cucu Raden Harjuna sebagai Raja Hastinapura, beberapa tahun kemudian Pandawa Lima mendaki kepun cak Gunung Himalaya, termasuk Dewi Drupadi untuk menyongsong kematian, diikuti oleh anjing berbulu putih.
Pertama kali yang dijemput oleh Batara Ya-madipati (Dewa penjemput nyawa) adalah Dewi Drupadi, dinilai paling banyak dosanya diban -dingkan dengan kelima suaminya yakni Panda wa Lima. Pertama karena dihati kecilnya ia lebih mencintai Raden Harjuna dari pada dengan suami lain-lainnya. Kedua karena Dewi Drupadi bermulut tajam, kata-katanya sering melukai hati orang lain, diantaranya adalah Narpati Basukarna (Adipati Karna), Prabu Duryudhana, Resi Druna/ Drona, Dursasana dan Jayadrata, terluka hatinya karena ucapan-ucapan Dewi Drupadi.
Berikutnya giliran Sadewa yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena sering meremehkan atau memandang rendah orang lain termasuk kakak kakaknya meskipun hanya didalam hati saja dan tidak pernah diucapkan. Sadewa mempunyai ilmu / aji Pranawa Jati yang dapat mengetahui kejadian yang akan datang dan mengingat kejadian-kejadian masa lalu yang pernah dialami.
Setelah Sadewa giliran berikutnya kemudian adalah Nakula yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena meskipun diam sebenarnya di-dalam hatinya Nakula selalu iri dan dengki kepada saudara-saudaranya terutama dengan Sadewa.
Giliran berikutnya setelah Nakula adalah Raden Harjuna yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena didalam hati kecilnya Raden Harjuna terlalu bangga dengan ketampanan yang dimilikinya dan merasa paling dibutuhkan atau pa-ling penting dibanding dengan saudara-saudaranya.
Bima giliran berikutnya dijemput oleh Batara Yamadipati, karena dinilai sering tidak dapat menahan nafsu amarahnya.
Yudistira tidak dijemput oleh Batara Yamadipati dan tidak menemui ajalnya, ia berjalan sampai didepan pintu Syurga dan dijemput oleh Batara Indra, diajak untuk masuk syurga tetapi anjingnya dilarang masuk. Yudistira menolak masuk syurga jika anjingnya tidak diperbolehkan masuk syurga, karena Yudistira menganggap Dewa tidak menghargai suatu kesetiaan. Maka sebaiknya hamba tidak usah masuk kesyurga jika anjing yang menunjukkan kesetiaannya dilarang masuk syurga.
Atas ucapan Yudistira yang menghargai ke setiaan, seketika itu juga anjing putih yang selalu menyertai perjalanan Pandawa Lima dengan setianya sejak dari Istana Hastinapura sampai kepintu syurga, berubah wujudnya menjadi Batara Darma, jelmaan ayahnya Yudistira yang sebenarnya .
Kisah berakhir hidupnya para Putra Pandu, mengandung suatu petunjuk, bahwa Allah Maha Mengetahui segala-galanya, meskipun hanya didalam hati dan tidak pernah dikeluarkan atau dinyatakan kepada orang lain, Allah sudah mengetahui kebaikan atau kebathilan itu.
Jalan hidup dan pegangan hidup para Putra Pandu yang kemudian dikenal dengan Pandawa Lima, tidak dapat dilepaskan dari punakawan Semar dan anak-anaknya yang tidak lain dari jelmaan Dewa Ismaya yang selalu memberi petunjuk dan bimbingan serta nasehat kepada para Putra Pandu.
Nama-nama atau sebutan orang tua laki-laki selalu disertakan dalam memberi nama putra-putranya, seperti Pandawa Lima adalah keturunan Pan yaitu Pandu. Kurawa adalah keturunan Kuru, Drupadi adalah keturunan Drupada, Madrim adalah keturunan Raja Mandra dst.
Kisah-kisah pewayangan banyak mengandung ajaran-ajaran Falsafah yang bermakna spiri tual tinggi, kata-kata Adiluhung yang memben tuk budi luhur dan pekerti/perbuatan mulia Bangsa Indonesia.
Dunia pewayangan mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk watak Budi Luhur dan Hati Mulia Bangsa Indonesia yang dikagumi oleh bangsa lain di dunia ini.
Banyak sekali karakter pewayangan yang bisa kita jadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, tapi tentunya yang berkarakter baik. baik Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama dengan Kurawa.Pandawa lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Berikut ini kita akan mengenal karakter tokoh pandawa lima :

Yudistira
YUDISTIRA

Adalah putra sulung Pandu dan Dewi Kunti. Tertua dari kerabat Pandawa. Lahir di tengah kehidupan istana Hastinapura. Ketika muda bernama Samiaji. Besar oleh didikan watak ksatria ayahnya. Selalu mengedepankan pendekatan dialog daripada kekerasan, dengan pusaka ajian Kalimasada, melawan tanpa perlawanan. Tipu muslihat Kurawa menyebabkan dia terusir dari istana. Sehingga membuka lahan hutan Wanamarta, mendirikan negara Amarta. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama. Yudistira memerintah di Kerajaan Amarta. Keelokan istana amarta membuat iri Kurawa, sehingga kembali tipu muslihat Kurawa membuat Yudhistira dan seluruh Pandawa terusir dari istana Amarta. Dan harus menyaru sebagai rakyat biasa bernama Wijakangka.
Konflik berkepanjangan Hastinapura, akhirnya harus ditempuh dengan penyelesaian perang, perang Baratayudha. Yudhistira tidak banyak terlibat dalam perang secara langsung, dialah yang memimpin seluruh pasukan, mengarahkan dari barisan belakang, atas nasihat dan petunjuk raja Dwarawati, Sri Kresna.
Kemenangan Pandawa, mengembalikan negeri Hastinapura kembali kepada kepemimpinan Yudhistira. Semakin luas wilayahnya, karena juga tergabung dengan negeri Amarta di sebelah baratnya. Ketika kerajaan diserahkan ke tampuk cucu keponakannya, Parikesit, Pandawa pun turun keluar istana mengembara menjalani kehidupan sebagai seorang resi. Berjalan ke utara, ke puncak Argaloka, terus ke utara ke ketinggian gunung Mahameru, puncak tertinggi dunia wayang. Tak ada yang tahu persis kapan dan bagaimana kematiannya.
Yudistira dalam pewayangan adalah simbul atau lambang sosok yang suci, tidak mempunyai dosa dan diibaratkan darahnya berwarna putih tanpa noda sediktpun.
Karakter : Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi, suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Sifat lainnya yang menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. 

Bima
BIMA

Kedua Pandawa. Ketika muda bernama Bratasena, atau dengan nama kecilnya Sena. Bima merupakan putra kedua Pandu dengan Dewi Kunti. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Memiliki postur tubuh hampir dua kali tinggi dan besar rata-rata bangsa manusia. Mata tajam, kumis dan jengot tebal. Memiliki keistimewaan sejak lahir berupa sebuah tulang menongol keluar di antara pangkal ibu jari dan telunjuknya. Keadaan biasa tulang itu masuk terlipat diantara ruas jari, tapi ketika siaga, tulang itu menonjol keluar sampai sepanjang lengan. Tajam dan begitu kuat keras. Kuku Pancanaka banyak disebutnya.
Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala. Bima juga dijuluki Werkudara. Dalam pewayangan Jawa, Bima memiliki anak yaitu Gatotkaca, Antareja dan Antasena. Bima dalam pewayangan adalah simbul ketegasan dan keadilan serta kejujuran dalam menegakkan hukum, tidak pandang bulu, siapapun yang salah harus dihukum meskipun itu saudara maupun anaknya sendiri. Bima selalu menepati janjinya, bertubuh tinggi besar dan kokoh.
Bima dalah seorang yang pendiam tidak banyak bicara. Dia juga tidak begitu pandai bertutur kata dan mengungkap perasaannya. Sangat penurut kepada kakaknya. Diberi kekuasaan di wilayah Jodipati, bagian dari negri Amarta. Ketika terusir, menyamar sebagai seorang jagal bernama Bilawa.
Bima pernah mengalami perjalanan ruhani yang luar biasa ketika bertemu bangsa Dewa bernama Dewa Ruci. Begitu banyak angkara murka yang tumpas dari tangannya, termasuk sulung Kurawa, Duryudana. Pahanya hancur oleh kibasan gada Rujakpala. Akhir kehidupannya, menemani kakaknya pergi ke Mahameru.
Karakter : Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur.
Ia juga memiliki sifat kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya   hatinya lembut,  setia pada satu sikap, tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Arjuna
ARJUNA

Ketiga Pandawa. Arjuna dengan nama kecilnya Permadi. Arjuna merupakan putra bungsu Dewi Kunti dengan Pandu. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Ia adalah ksatria cerdik dan gemar berkelana, gemar bertapa dan berguru menuntut ilmu. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran besar di melawan Kurawa. Arjuna dikenal juga dengan nama Janaka. Ia memimpin kerajaan di Madukara. Raden Harjuna adalah lambang atau simbul sosok tampan dan rupawan, banyak anak banyak istri tetapi semuanya rukun.
Memiliki keistimewaan paras tampan yang bisa membuat jatuh cinta setiap wanita di seluruh dunia wayang setiap kali bertemu dengannya. Bahkan cerita yang beredar, keelokan Arjuna, bisa membuat jatuh cinta para wanita, hanya dari sekedar bertemu di mimpi mereka.
Memiliki banyak istri dari setiap pengembaraannya. Memiliki banyak pusaka yang diperoleh dari berguru ke hampir setiap resi begawan di seluruh penjuru dunia wayang. Panah Pasopati, Sarutama, Arda Dadali, keris Kyai Kalanadah, Cundamanik, Pulanggeni, Dewadata, panah sakti Sangkali pemberian guru Drona. Diberi kekuasaan istana di Madukara, wilayah selatan Amarta. Ketika terbuang menyamar menjadi guru tari waria bernama Wrehatnala. Sempat ada keraguan di awal perang Baratayudha ketika menyaksikan bahwa yang dihadapinya, pada dasarnya adalah saudaranya sendiri. Kresna-lah yang mengembalikan semangatnya. Penerus tahta Hastinapura, adalah cucunya bernama Parikesit. Di akhir hidupnya ikut mengembara ke Mahameru bersama kakak-kakaknya.
Arjuna mempunyai banyak istri dan anak :
1.      Dewi Sumbadra , berputra Raden Abimanyu.
2.      Dewi Larasati , berputra Raden Sumitra dan Bratalaras.
3.      Dewi Srikandi
4.      Dewi Ulupi/Palupi , berputra Bambang Irawan
5.      Dewi Jimambang , berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
6.      Dewi Ratri , berputra Bambang Wijanarka
7.      Dewi Dresanala , berputra Raden Wisanggeni
8.      Dewi Wilutama , berputra Bambang Wilugangga
9.      Dewi Manuhara , berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
10.  Dewi Supraba , berputra Raden Prabakusuma
11.  Dewi Antakawulan , berputra Bambang Antakadewa atau sering disebut juga Carangsana atau Caranggana.
12.  Dewi Maeswara
13.  Dewi Retno Kasimpar
14.  Dewi Juwitaningrat , berputra Bambang Sumbada
15.  Dewi Dyah Sarimaya
Dalam Mahabharata- versi India (asli), Arjuna mempunyai 4 orang istri dan 4 orang anak. yaitu:
  1. Draupadi, berputra Srutakirti
  2. Ulupi, dari Nagaloka, berputra Iravan
  3. Chitranggada,kdari kerajaan Manipura berputra Babruvahana
  4. Subadhra, berputra Abhimanyu
Karakter : Arjuna memiliki sifat perwatakan cerdik pandai, pendiam, lemah lembut budinya,teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah.

Nakula
NAKULA

NAKULA yang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra ke-empat Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Nakula lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa (pedalangan Jawa), Nakula pandai memainkan senjata pedang. Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. 
Nakula kidal mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah, keris dan lembing.
Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani.
Nakula juga mempunyai cupu berisi, “Banyu Panguripan/Air kehidupan” pemberian Bhatara Indra.
Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.
Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Istana kembar berhadapan, dengan saudara kembarnya Sadewa.
Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu:
1.      Dewi Sayati putri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan memperoleh dua orang putra masing-masing bernama Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.
2.      Dewi Srengganawati, putri resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala) dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung.

Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama Tirtamanik.
Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim.
 Karakter : perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia.

Sadewa
SADEWA

SADEWA atau Sahadewa yang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Tangsen (buah dari tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat) adalah putra ke-lima/bungsu Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama kakanya, Nakula.
Sadewa yang juga seperti saudara kembarnya, kidal, sangat mahir dalam ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus.
Mahir menunggang kuda dan mahir menggunakan senjata panah dan lembing.
Selain sangat sakti, Sadewa juga memiliki Aji Purnamajati pemberian Ditya Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat; dapat mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa.
Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.
Sadewa tinggal di kesatrian Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah negara Amarta.
Sadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala).
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra bernama Bambang Widapaksa/ Sidapaksa).
Setelah selesai perang Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara Astina mendampingi Prabu Kalimataya/Prabu Yudhistira.
Karakter :perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia. 

*dari berbagai sumber >>>

No comments: