Blogger Widgets TAMAMI JAYA: Perempuan dan Olahraga
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Thursday 25 April 2013

Perempuan dan Olahraga



Apa yang terlintas di pikiran kita tentang “Perempuan”, pasti kata-kata cantik, indah, lemah gemulai, sosok yang halus dan dipuja-puja. Masih saja tertanam di sebagian besar masyarakat yang menganggap bahwa perempuan harus taat pada suami dan menurut semua keputusan yang diambil suami sebagai kepala rumah tangga. Bahkan kata-kata rayuan lebih sering ditujukan pada sosok perempuan “Wajahnya indah bak bulan purnama”
Pada dunia olahraga juga masih terpikir bahwa perempuan juga identik dengan keindahan. Ada contoh keberadaan perempuan pada pembelajaran olahraga, Pada lembaga pendidikan setingkat SMA ada seorang guru baru yang cantik dengan wajah mirip artis Alisa Subandono dan dikenalkan pada siswa dengan data lengkap dari nama, jenis kelamin, usia sampai jejak rekam prestasi saat menjadi atlit dengan piagam maupun medali yang diraihnya, tetapi tetap saja sebagian siswa lebih tertarik pada sosok perempuannya yang cantik bak selebriti daripada prestasi olahraganya.
 
·         Dua petinju wanita yang sama-sama terluka dan berdarah?
·         Apa yang terlintas di benak masyarakat awam saat nonton senam aerobik?
·         Yang terlintas di benak anda melihat kompetisi binaragawati?
·         Bola voli pantai dengan atlit wanita?
·         Cosser wanita?

1.Apa alasan mencegah perempuan terlibat dalam olahraga ?
Mengingat perempuan ideal adalah sosok yang halus, dipuja-puja dan berada di atas kenyataan hidup maka pada masa Ratu Victoria di Inggris sangat dipelihara citra keperempuanannya dengan diperlukannya kepasifan, ketaatan pada suami, kehati-hatian dalam bertindak dan kejelitaan. Jadi olahraga tidak cocok untuk perempuan karena olahraga itu sendiri memiliki makna sosiologis bahwa olahraga dikontraksi oleh nilai dan pengalaman laki-laki.
Menurut logika bahwa jender merupakan warna yang kuat dalam praktik olahraga, misal seorang pelatih menggunakan kecaman “Jangan bermain seperti cewek” atau ada seorang penonton yang mencemooh pemain yang gagal mengeksekusi tendangan penalty “Orang hamil saja bisa melakukannya”.
Jadi dengan latar belakang seperti itu ada alasan mencegah keterlibatan perempuan dalam olahraga dengan alasan sistem kepercayaan masyarakat :
·         Atlit perempuan akan berotot keras dan kuat
·         Perempuan tidak cukup kuat secara fisiologis atau psikologis untuk bertanding dalam kompetisi yang berat.

2.Implikasinya terhadap perkembangan wanita.
Sekarang ini perempuan pada awalnya memiliki pilihan olahraga yang bersifat lady-like, yakni olahraga yang mensyaratkan lemah gemulai, daya tarik lawan jenis, kecil mungil, tidak membutuhkan lapangan luas, kelenturan, dan keseimbangan. Bahkan, pada era ini keterlibatan perempuan dalam berbagai program kebugaran (misalnya senam aerobik dan latihan beban) dalam rangka apa yang disebut sebagai olahraga kosmetik, upaya mempercantik diri.
Pada awalnya ada beberapa jenis olahraga kompetitif (basket) dan olahraga sangat maskulin (tinju, gulat, balap motor), peminggiran eksistensi perempuan ini lebih tampak. Di dalam jenis olahraga ini laki-laki adalah pelaku; mereka membuat keputusan, memainkan pertandingan, dan mendapatkan nilai atas keterampilannya. Adapun perempuan adalah penonton; mereka berada di garis tepi sebagai kepingan pertunjukan untuk mewakili timnya atau dengan menghibur pendukung ketika pemain sedang istirahat. Atlet laki-laki adalah pertunjukan utama, sedang cheerleader dalam basket, pembawa tanda ronde dalam tinju, dan umbrella girl  dalam balap motor adalah pertunjukan sampingan.
Dan sekarang ini perempuan cenderung tidak hanya sebagai penonton atau penghibur saja tetapi sudah menjadi pelakunya. Seperti sepakbola wanita, voli wanita, basket dan olahraga keras sekalipun, seperti tinju ada Laila Ali.

No comments: