Blogger Widgets TAMAMI JAYA: Profil pesepakbola FANDI AHMAD
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Friday 19 April 2013

Profil pesepakbola FANDI AHMAD



Fandi (demikian juga panggilannya) adalah mantan pemain kesebelasan Niac Mitra Surabaya (klub Galatama), mantan pemain andalan kesebelasan Singapura, yang pernah juga melatih kesebelasan Pelita Jaya (peserta ISL) berkesempatan melakukan wawancara dengan reporter majalah di Indonesia.
Yang dengar mungkin penasaran juga, kok Fandi lebih memilih Niac Mitra daripada Ajax, kesebelasan yang pernah jadi juara dunia antar klub. Fandi yang konon telah 3 minggu diuji coba oleh Ajax (telah diincar untuk ‘dibeli’ oleh kesebelasan Belanda itu), dinyatakan lulus plus pujian oleh bintang bola dunia yang asal Belanda juga, Johan Cruyff. Yang begini ini baru cerita pertama bagi pemain sepakbola negara-negara Asia.
Sebagai kelanjutannya bukan Fandi yang ‘boyongan’ ke negeri Belanda, eh ………. tahu-tahu malah muncul di stadion Gelora 10 Nopember Surabaya, mengenakan kostum hijau-hijau di bawah bendera Niac Mitra Surabaya. Rupanya dari jauh-jauh hari, si bintang ini telah diincar oleh Pak A.Wenas manager Niac Mitra.
Diakui oleh Fandi, ketika di negeri Belanda soal bahasa sempat juga membuatnya repot, belum lagi makanan sono yang tak cocok dengan lidahnya yang sudah terbiasa dengan sambal goreng dan terasi……. ditambah lagi waktu itu bersamaan dengan bulan Ramadhan. Di negeri kincir angin Fandi merasa sepi dalam menjalankan ibadah puasanya, dan dikatakan dengan tegas,”Famili saya suka saya main di Indonesia”
“Penyerang tengah Fandi Ahmad” itu pengeras suara yang bicara ketika mengumumkan nama-nama pemain Niac Mitra dalam pertandingannya melawan UMS’80 di Stadion Menteng. Selanjutnya terdengar riuhnya tepuk penonton menyambut pengumuman itu, tambah lagi ketika ‘orangnya’ muncul di lapangan. “Fandi…… Fandi….” Teriak mereka yang di pinggir lapangan (jadi ingat Ali…..Ali…..pada jaman top-nya Muhammad Ali)
Dalam lingkaran putih pusat permainan, berdiri 3 pemain depan Niac Mitra. Yang paling kanan jangkung sekali dia Rudy Kelces, Joko Malis yang tergolong pendek, dan yang sedang di tengah adalah Fandi Ahmad.
Kemanapun si nomor punggung 17 (nomor punggung Fandi Ahmad) melangkah selalu saja dibayangi lawan, bahkan tak jarang sengaja kakinya jadi sasaran tackling lawan. Terlihat bahwa peranan Fandi dalam permainan adalah sebagai penggerak. Setiap bola yang ditendangnya arahnya kok selalu pas, yang ke kaki Rudy-lah atau ke sundulan Joko-lah. Dan dengan kaki kiri di menit ke-8 bergetarlah jala penjaga gawang UMS’80. Dengan satu loncatan Fandi mengangkat tangannya tinggi dan dia kemudian ganti diangkat teman-temannya. Di pinggir lapangan tampak Pak Wenas dan Pak M.Basri (pelatih Niac Mitra) mengacungkan jempol untuknya. Dan penonton pun memberikan tepuk berkepanjangan. Meski Niac Mitra tak menang sore itu, penampilan Fandi menjadi tontonan tersendiri.
Termasuk standar juga posturnya dengan  pemain-pemain Indonesia lainnya (dia mengatakan 173 cm) tidak beda jauh dengan pemain naturalisasi Indonesia seperti Cristian “El Loco” Gonzales ataupun Irfan Haryys Bachdim di tahun 2013 ini.
“Umur tujuh tahun saya mulai main bola” katanya sepotong, sambil senyum dan diikuti gerakan tangannya mengusap-usap rambutnya rambutnya yang mungkin agak gatal. “Di depan rumah nenek saya ada sekolah, di yard situ saya suka main sukan.” (maksudnya olahraga). Ketika reporter tanyakan darimana munculnya ‘kesaktian’ main si kulit bundar Fandi menjawab ”Ayah saya dan om adalah semua pemain bole, jadi semua keluarga saye suke bole,” jawab sosok berkulit tak langsat ini.

Dari awal ceritanya Fandi sudah menyebut-nyebut kakek dan neneknya. O. . . . rupanya dari kecil dia menjadi anak tunggal nenek dan kakeknya. Fandi merupakan anak laki-laki pertama dalam keluarganya yang semua 5 orang, namun sejak kecil dia sudah pisah dari mereka dan kemudian tinggal jadi satu dengan nenek yang haji itu, Hajjah Mymoon Amal.
Kalau ditelusuri sebenarnya ada darah Jawa yang ‘nyiprat’ ke Fandi, ayahnya Ahmad Wartam meski lahir dan dibesarkan di Singapura adalah keturunan orang Pacitan, yaitu kakeknya. Inilah orang-orang yang dimaksud ‘familinya’ yang lebih senang kalau Fandi main di Indonesia.
Baru saja habis waktu 2 tahunnya pada SAFSA (Singapora Army Forces Sports Association) yaitu semacam wajib militer bagi yang telah berusia 18 tahun di negaranya. Dia pindah dari Kaki Bukit (nama klubnya di sana) untuk memulai karier sebagai pemain professional. Bapak Wenas untuk memperoleh Fandi mesti pakai duit berjut-jut! Dan Niac Mitra dirasa Fandi cocok bagi tahap kariernya saat itu. “Right now” ucapnya ketika ditanya apakah sepakbola dunianya yang utama.
Mungkin saja debut Fandi di Niac Mitra itu sebagai awal jejaknya mengikuti bintang idolanya seperti Diego Armando Maradona. Fandi sudah melewati tahap seorang juara, selain bakat, kemampuan kontrol bolanya juga baik.

Dia katakan selain sepakbola dia juga menyukai rock, slow rock, jazz sampai ke dangdut. Untuk penyanyi Indonesia dia tahu Diana Nasution dan Elvi Sukaesih. Tentang Surabaya dia kerasan, meski seringkali fisik Fandi protes dengan kondisi setempat, yang kena flu-lah atau pilek. Tapi yang sering adalah bengkak kaki karena dia sering mendapat tebasan dari lawan-lawan bermainnya. Untuk bermain di Indonesia memang dibutuhkan keberanian dan nyali yang cukup untuk duel dengan pemain yang lain, dan sampai saat inipun ciri permainan pemain di klub ISL juga masih mengandalkan keberanian dan nyali yang cukup. Dan itu sangat menarik perhatian dari Fandi Ahmad dengan kembali ke Indonesia tetapi dalam kapasitas sebagai pelatih, meski menurut raport sebagai pelatih dianggap ‘gagal’ karena dalam membawa klub Pelita Jaya tidak berhasil membawa klub ini ke posisi terhormat bahkan kalau tidak bisa dikatakan hampir saja di detik-detik terakhir pada kompetisi ISL 2009/2010 sampai pertandingan ke 34 masih terjadi pergeseran peringkat antara Pelita Jaya, Persitara, Persik dan Persebaya.
Jadi dalam hal ini seorang juara dalam kapasitas sebagai pemain belum tentu berhasil dalam kapasitasnya sebagai pelatih. Termasuk teman-teman seangkatan di Niac Mitra yang sampai sekarang masih aktif melatih di kompetisi Liga Indonesia.

No comments: