Blogger Widgets TAMAMI JAYA: Apa itu TES – PENGUKURAN – EVALUASI ?
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Thursday 20 March 2014

Apa itu TES – PENGUKURAN – EVALUASI ?



Dalarn proses penilaian hasil belajar siswa dibutuhkan data yang obyektif, yang diperoleh dari hasil pengukuran. Tes merupakan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang obyektif tentang hasil belajar siswa.
            Proses belajar mengajar tanpa evaluasi adalah identik dengan sayur asam tanpa rasa asam. Rasa asarn dalam sayur asam diperoleh antara lain dari buah asam. Buah asam merupakan alat pembuat rasa asam. Evaluasi dalam proses pembelajaran adalah tes berikut pengukurannya, yang tidak dapat dipisahkan dalam evaluasi.
            Arti, peranan dan pandangan tes dan pengukuran dalarn bidang keolahragaan merupakan pokok bahasan dalam bagian ini.

1.      Peranan Tes Pengukuran dan Evaluasi
            Untuk apa kita mengadakan pengukuran? Pertanyaan ini perlu mendapat jawaban yang lengkap. Bayangkan saja andaikata di dunia ini tiada ada alat-alat pengukur, maka kemungkinan kemajuan dari segala bidang akan terhambat dan tidak akan mendapatkan gambaran yang tepat terhadap saran yang telah ditentukan.
            Tes merupakan alat ukur. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1995:51), mengemukakan tentang pengertian tes, yaitu tes adalah merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Dari hasil tes, biasanya diperoleh tentang atribut atau sifat-sifat yang terdapat pada individu atau obyek yang bersangkutan. Data dapat dihimpun melalui tes, angket, observasi dan wawancara dan bentuk lain yang sesuai. Data yang dihimpun dalarn pendidikan mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk menghimpun data/informasi yang bersifat kognitif bisa melalui tes tulis, tes lisan. Dalam tes tulis bisa berbentuk tes esay, tes obyektif (tes benar-salah, pilihan ganda,  menjodohkan dan isian pendek). Tes lisan, dilakukan secara berhadapan antara yang rnengetes (testor) dengan yang di tes (testee). Jawaban dikemukakan langsung secara lisan kepada penanya (testor).
Data bersifiat afektif dapat dihimpun melalui tes dalam bentuk skala sikap atau angket atau observasi secara langsung terhadap obyek yang akan diukur.
Sedangkan data/informasi yang bersifat motorik dapat dihimpun antara lain melalui tes kemampuan dan gerak dasar, tes kemampuan fungsional, tes cardio vascular dan tes keterampilan. Tes sering dilakukan oleh para pengajar untuk menentukan nilai hasil belajar atau mengadakan diagnosa terhadap penguasaan materi yang telah diberikan atau diajarkan. Melalui tes akan dihimpun data yang bersifat obyektif. Meskipun tes itu telah dilaksanakan dan diusahakan mengikuti aturan, cara dan prosedur yang telah ditentukan namun tes itu sendiri mengandung kelemahan. Kelemahan dari tes, itu menurut pendapat dari Arikunto (1995:54,56) yang diikuti dari pendapat Gilbert Sax meliputi antara lain yaitu:
a.       Adakalanya tes "menyinggung perasaan pribadi" seseorang (walaupun tidak sengaja demikian misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan dan atau pengumuman hasil.
b.      Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni.
c.       Tes mengkatagorikan siswa secara tetap. Seorang siswa yang telah tergolong kepada kategori pandai, sedang atau kurang, sedang atau sukar bagi tester untuk mengubah predikat katagori tersebut, jika memang hasil dari tes berikutnya tidak menonjol.
d.      Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa Sikap terlalu berhati-hati bagi siswa yang pandai dalam mempertimbangkan susunan kalimat ia akan terjebak pada sesuatu butir tes dan ia akan kehabisan waktu.
e.       Prilaku yang mencerminkan sifat-sifat manusia, adakalanya lebih cocok diketahui melalui pengamatan secara cermat daripada diukur melalui tes.
            Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini bisa berupa
a)      Tes dalarn bentuk pertanyaan-pertanyaan
b)      Tes dalam bentuk psikomotor
c)      Berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat Fahrenheit (oF), derajat Celcius ( oC).
            Dengan alat ukur ini kita akan mernperoleh data dari suatu obyek tertentu, sehingga kita dapat rnengungkapkan tentang keadaan obyek tersebut secara obyektif. Suatu ciri khas dari pengukuran meliputi hasil-hasil atau bentuk angka atau skor dan hasilnya dapat diolah secara statistic. Yang ingin kita peroleh biasanya tentang atribut atau sifat-sffat yang terdapat pada individu atau obyek yang bersangkutan. Biasanya kita menganggap bahwa pengukuran merupakan penentuan skor secara obyektif berdasarkan performance. Memang melalui pengukuran kita akan mernperoleh data informasi yang obyehif, sehingga kita dapat menentukan kemampuan atau prestasi seseorang pada saat ini. Hasil pengukuran bisa berupa antara lain skor, frekuensi, waktu, jarak dan jumlah. Hasil pengkuran berupa skor misalnya hasil tes pengetahuan, Si A memperoleh skor 45, hasil pengukuran berupa waktu, misalnya lari jarak pendek diukur dalam waktu (detik), sedangkan hasil pengukuran berupa jarak misalnya hasil lompat jauh yang diukur dengan satuan ukuran meter dan centimeter. Hasil pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk frekuensi misalnya pengukuran hasil sit-ups, yang dianggap menggambarkan atau mencermninkan kemampuan daya tahan otot perut (misalnya Si A, sit-up nya 30x, Si B = 40x dan Si C = 25x). Dengan demikian bahwa pengukuran tidak sama dengan tes atau penilaian. Pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data secara obyektif dari suatu obyek, sebagaimana adanya.
            Apakah evaluasi itu ? Untuk memberikan jawaban tentang evaluasi, baiklah kita tinjau beberapa pendapat para ahli mengenai konsep evaluasi ini. Evaluasi berasal dari kata evaluation. Pengertian evaluation herdasarkan kamus Inggris-lndonesia, yang disusun oleh Echalos dan Sadily (1981), bahwa "evaluation berarti evaluasi, penilaian, penaksiran". Sedangkan evaluasi menurut pendapat Scot dan French (1959) dapat dikemukakan yaitu evaluasi adalah suatu proses untuk memberikan gambaran terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sejauh mana tujuan-tujuan itu dapat dicapai? Johnson dan Nelson (1969), mengemukakan bahwa evaluasi memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada pengukuran. Penilaian dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari proses pengukuran. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dikemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses pemberian penghargaan atau keputusan terhadap data/informasi yang diperoleh melalui proses pengukuran dan berdasarkan suatu criteria.
            Setiap kita melakukan kegiatan penilaian harus ada kriteria. Kriteria dalam penilaian dapat diperoleh dari dalam kelompok itu sendiri atau berasal dari luar yang berbentuk standar yang telah baku. Kriteria merupakan bahan banding terhadap data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Dengan menggunakan kriteria sebagai bahan banding, kita dapat memberi makna terhadap data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Apakah data itu berada di atas rata-rata atau dibawah rata-rata atau dapat pula dikatakan sebagian besar memperoleh nilai baik. Selain daripada itu kita dapat mengetahui dimana kedudukan atau status seorang siswa di dalam kelas atau kelompolnya dan berbagai tafsiran yang dapat diungkapkan dari hasil evaluasi. Pengertian evaluasi dapat diungkapkan dalam ungkapan lainnya yakni sebagai proses penilaian secara kualitatif dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Sebagai contoh misalnya Si Amat memperoleh skor 60, pada tes Kesegaran Jasmani yang penting dalam hal ini adalah apa arti skor 60 itu ?. Dengan membandingkan terhadap norma atau standar, maka skor 60 itu berada pada katagori Sedang. Proses pemberian makna terhadap skor 60 dinamakan evaluasi. Dalam kaitannya dengan pendidikan kontemporer, evaluasi merupakan suatu proses yang dinamis, dalam membuat keputusan, yang memberikan perubahan-perubaban tingkah laku murid, seperti dalam proses belajar.
            Proses evaluasi ini meliputi:
a.       Pengumpulan data (hasil pengukuran)
b.      Mempertimbangkan arti data ini dengan berpatokan kepada suatu standar, dan
c.       Membuat keputusan dan alternative tindakan berdasarkan data.
Sasaran evaluasi adalah menghasilkan suatu keputusan rational di dalam usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar : evaluasi proses belajar itu bergantung langsung pada kemampuan guru, untuk melaksanakan ketiga langkah tersebut.
            Lebih lanjut Wittrook, mengemukakan bahwa evaluasi dapat mencakup 3 wilayah, yaitu:
a.       Lingkungan belajar
b.      Pelajar (siswa)
c.       Proses belajar
Evaluasi terhadap lingkungan belajar dapat meliputi faktor-faktor : kuantitas dan kualitas tempat mengajar, penyediaan alat-alat, staf pengajar, besar kelas. Kondisi lingkungan belajar yang memuaskan memang dibutuhkan, tetapi belum pasti menjamin berubahnya tingkah laku anak seperti yang diharapkan. Pengadaan fasilitas atletik belum sepenuhnya menjamin anak-anak akan belajar nomor-nomor atletik.
            Evaluasi terhadap anak itu sendiri berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan tentang "kelebihan" dan ":kelemakan" dalam suatu segi tertentu. Tujuan evaluasi tidak hanya sampai pada penentuan “baik” atau "buruk", tetapi data itu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.
            Evaluasi terbadap proses belajar adalah evaluasi perubaban relatif pada tingkah laku anak sebagai hasil pengalaman belajar. Perbedaan pengukuran dan evaluasi, kedua istilah ini mempunyai perbedaan ditinjau Jari proses, ruang lingkup dan hasil atau produk. Perbedaan kedua istilah tersebut dalam pengajaran secara rinci dapat diungkapkan sebagai berikut:

Aspek
Pengukuran
Evaluasi
1.      Proses


2.      Ruang Lingkup


3.      Hasil/Produk
Proses Pengumpulan Data


Merupakan Bagian dari


Proses Evaluasi
Proses Pemberian Nilai/harga terdapat data dari hasil pengukuran
Evaluasi mempunyai ruang lingkup lebih luas dari pengukuran
Produknya nilai/makna makaberdasarkan kriteria

            Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa antara pengukuran dan evaluasi, mempunyai perbedaan tetapi dalam operasionalnya kedua istilah tarsebut satu sama lain saling berkaitan.

2.      Pandangan Tes dan Pengukuran
            Tes dan pengukuran merupakan bagian yang integral dalam proses penilaian hasil belajar siswa. Melalui tes dan pengukuran kita akan memperoleh data yang obyektif dari suatu obyek yang diukur. Untuk memperoleh data yang obyektif diperlukan alat ukur yang sahih, diperlukan para testor yang berpengalaman dan menguasai cara pengukuran yang akan ditetapkan.
            Pelaksanaan tes dan pengukuran akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh para pelaksana tes yang telah memiliki pengetahuan tentang tes dan pengukuran. Disamping fakor tersebut, fakor ketelitian dan kecermatan dalam melaksanakam tes dan pengukuran akan sangat mernbantu terbadap terpenuhinya kriteria suatu data yang obyektif. Data yang obyektif diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur yang valid dan reliable akan memberikan gambaran yang sesunguhnya dari obyek yang di ukur. Sehingga obyektivitas data akan memberikan dukungan terhadap hasil penilaian obyektif. Penilaian yang obyektif akan memberikan motivasi dan rasa kepuasan pada diri siswa terhadap hasil belajar yang telah dicapai pada saat ini. Keadaan ini tentu akan memberikan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga akan mendorong para siswa belajar lebih giat dan tekun guna menguasai materi bahan ajar yang diberikan kepada para siswanya.
            Pengukuran yang dilakukan dalam bidang keolahragaan atau pendidikan olahraga mendasarkan diri kepada hal-hal berikut ini :
1.      Pengukuran harus dilakukan untuk mencapai tujuan, sesuai dengan lingkungan  dan jenis tujuan yang ingin dicapai.  Dalam proses pengukuran hendaknya terlebih dahulu ditetapkan tujuannya.
2.      Metode pengukuran dalam bidang keolahragaan jangan hanya terbatas dengan tes saja, sebab tes hanya merupakan salah satu bagian dari pengukuran. Dalam kenyataannya masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan keolahragaan yang belum diukur.
3.      Alat ukur yang digunakan dalam proses pengukuran hendaknya alat ukur itu valid dan reliable.
4.      Tes dan pengukuran hendaknya dilaksanakan oleh para petugas yang telah terlatih dan berpengalaman pada bidang tersebut.

disarikan dari materi TES DAN PENGUKURAN PENJAS/ Unnes 2010

No comments: