Blogger Widgets TAMAMI JAYA: PTK Bagaimana cara meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam menjumlahkan bilangan bulat melalui penggunaan pita garis bilangan dan tanga garis bilangan.
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Tuesday 11 October 2011

PTK Bagaimana cara meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam menjumlahkan bilangan bulat melalui penggunaan pita garis bilangan dan tanga garis bilangan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai usaha sadar memiliki makna bahwa pendidikan diselenggarakan dengan rencana yang matang, mantap, sistematik, menyeluruh, dan berjenjang berdasarkan pemikiran yang rasional disertai dengan kaidah untuk kepentingan masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan di tanah air dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Guru merupakan figur yang memegang peranan penting dalam pembelajaran di kelas. Peran utama guru bukan menjadi penyaji informasi yang hendak dipelajari oleh siswa, melainkan membelajarkan siswa tentang cara-cara mempelajari sesuatu secara efektif (learning how to learn). Guru yang profesional dituntut menguasai bahan belajar, keterampilan, pembelajaran, evaluasi pembelajaran, serta mampu melaksanakan pembelajaran yang menarik, dan memotIIIasi siswa untuk gemar belajar.
Sebagian siswa beranggapan pelajaran matematika itu sulit sehingga mereka kurang tertarik dengan mata pelajaran tersebut. Tetapi mereka lupa bahwa matematika sangat berguna dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi pelajaran matematika yang berguna adalah hitung pecahan sehingga konsep penyajian dan strategi pembelajarannya perlu penggunaan alat peraga yang sesuai untuk memudahkan pemahaman dan keterampilan siswa.
Hasil tes formatif mata pelajaran matematika kelas III semester 1 SD Negeri Kauman Jepara dengan materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat didapat nilai rata-rata 53 dengan tingkat ketuntasan 48%. Dari jumlah murid 35 siswa dengan kriteria ketuntasan minimal 60 ternyata yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60 hanya 17 anak sedangkan 18 anak lainnya masih dibawah 60. Melihat hasil yang diperoleh siswa menunjukan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika tentang operasi hitung penjumlahan bilangan bulat. Berpijak dari hal tersebut penulis berusaha melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga pita garis bilangan dan tangga garis bilangan dengan tujuan agar penguasaan siswa terhadap materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat lebih meningkat.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan di atas maka dapat teridentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
a. Siswa kurang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
b. Kemampuan untuk unjuk jari pada siswa kurang
c. Siswa kurang mampu mengajukan pertanyaan
d. Kemampuan siswa menyelesaikan tugas kurang
e. Kedisiplinan siswa menyelesaikan tugas kurang
f. Siswa kurang menguasai materi sebelumnya.
g. Pada saat mengajar guru kurang tepat dalam menerapkan strategi pembelajaran.
h. Kesalahan menerapkan rumus dan dalil.

2. Analisis Masalah
Latar belakang masalah dan hasil analisis tes formatif yang diuraikan di atas menunjukan siswa kurang mampu menyelesaikan operasi hitung penjumlahan bilangan bulat Maka yang menjadi permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah “Bagaimana cara meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam menjumlahkan bilangan bulat melalui penggunaan pita garis bilangan dan tanga garis bilangan.
Ketidakmampuan dalam menyelesaikan soal-soal tes disebabkan siswa belum memahami konsep operasi hitung penjumlahan bilangan bulat dengan baik. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya suasana pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif sesuai dengan perkembangan berpikir siswa SD.

3. Sistematika Penyusunan Laporan
Laporan ini disusun dalam lima bab, yaitu bab I pendahuluan yang berisi latar belakang, sistematika penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II kajian pustaka yang membahas pembelajaran matematika di SD, penggunaan metode pembelajaran, penggunaan alat peraga, belajar dan pembelajaran, serta prestasi belajar siswa. Bab III pelaksanaan perbaikan pembelajaran membahas tempat dan waktu pelaksanaan, dan prosedur pelaksanaan. Bab III hasil penelitian dan pembahasan berisi hasil perbaikan pembelajaran dari siklus 1 sampai siklus 3 dan pembahasan hasil penelitian. Bab V simpulan dan saran.

B. Rumusan Masalah
Melalui refleksi dan informasi teman sejawat tentang proses dan hasil pembelajaran yang menyangkut tentang penjumlahan bilangan bulat teridentifikasi berbagai faktor penyebab kegagalan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di atas dapat dirumuskan permasalahannya antara lain :
1. Kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan bilangan bulat ?
2. Bagaimana cara menggunakan alat peraga agar siswa terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran?
3. Tindakan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep operasi hitung penjumlahan bilangan bulat ?

C. Tujuan Penelitian
Penulisan laporan penelitian ini ditujukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika kelas III SD Negeri Kauman Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam upaya untuk meningkatkan penguasan materi penjumlahan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga pita garis bilangan dan tangga garis bilangan.
Selain itu laporan ini juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PGSD 4412) pada program S1 PGSD Universitas Terbuka.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah.
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar pada materi penjumlahan bilangan bulat
b. Meningkatkan motivasi belajar siswa
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan berpikir kritis
2. Bagi guru
a. Memperbaiki pelajaraan
b. Merupakan umpan balik keberhasilan siswa
c. Meningkatkan kemampuan profesionalitas
d. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
3. Bagi sekolah
a. Memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan sekolah
b. Meningkatkan prestasi akademik
c. Meningkatkan citra sekolah di masyarakat
d. Meningkatkan mutu sekolah

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Sajian Bab II menguraikan kajian pustaka dan landasan teori yang secara rinci meliputi belajar, metode, metode demontrasi, metode penugasan, dan alat peraga.
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Permasalahan yang sering dihadapi siswa dalam kegiatan belajar adalah waktu belajar, buku-buku pelajaran, tempat belajar, cara belajar, dan sebagainya.
Untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai pengertian belajar berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli antara lain :
Belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (Gagne, 1977).
Belajar merupakan proses yang melibatkan tingkah laku, urutan kejadian dan hasil belajar adalah hasil pengalaman (Suardiman, 1980 : 51).
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan dengan diri seseorang (Sudjana, dalam Djannah, 2002 : 8).
Belajar adalah suatu pro aktif dalam memperoleh pengalaman / pengajaran baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku (Hudaya, 2003 : 3).
Belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sadirman A.M, 2002 : 20).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan belajar adalah proses kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku atau perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap.
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika adalah terjemahan dari mathematics. Namun arti definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Definisi dari matematika makin lama makin sukar dibuat. Karena cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya. Untuk memperdalam gambaran tentang matematika dibawah ini dikemukakan beberapa batasan tentang matematika oleh para ahli dibidangnya, yaitu :
Pelajaran matematika adalah suatu ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang berhubungan dengan bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan (Paimin, 1998 : 3).
Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik, karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu, maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru dalam mengajar matematika, karena pusat pengajaran matematika adalah pemecahan masalah dan salah satu faktor pendukung berhasil atau tidaknya pengajaran matematika adalah dengan menguasai teori belajar mengajar (Paimin, 1998 : 12).
Program pembelajaran matematika supaya diberikan secara bertahap agar anak secara bertahap dapat mengkonsolidasikan konsep-konsep melalui kegiatan praktis maupun teoritis (Russefendi, 1989 : 25).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika di sekolah dasar adalah mempelajari setiap konsep secara bertahap untuk mendapatkan pengertian hubungan-hubungan, simbol-simbol, kemudian mengaplikasikan konsep-konsep ke situasi yang baru.

3. Fungsi Mata Pelajaran Matematika
a. Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Matematika diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-hari.

4. Tujuan Pembelajaran Matematika
a. Menyiapkan siswa dengan kemampuan tertentu agar mampu menghadapi berbagai situasi melalui penyediaan pengalaman mencakup proses berpikir logis, rasional, tepat, serta efektif.
b. Dengan belajar matematika dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi, misalnya menjumlahkan bilangan bulat.
c. Matematika berguna untuk mengantisipasi materi yang berkembang sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Ruang Lingkup
Pendekatan dan metode yang ditetapkan dalam pembelajaran matematika disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat serta aspek kehidupan sehari-hari yang menjadi pokok bahasan. Keragaman pendekatan dan metode yang ditetapkan pada pembelajaran Matematika dapat mempertahankan suasana yang tetap hangat dan menarik, sehingga para peserta didik tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan. Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Ahmadi (2003 : 2) adalah sebagai berikut :
a. Belajar harus bertujuan dan terarah
b. Belajar memerlukan bimbingan
c. Belajar memerlukan pemahaman terhadap hal-hal yang dipelajari
d. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar yang telah dipelajari dapat dikuasai
e. Belajar adalah suatu proses aktif
f. Belajar harus disertai keinginan dan kemampuan yang kuat untuk mencapai tujuan
g. Belajar dianggap berhasil bila ditetapkan pada praktik sehari-hari
B. Metode dalam Pembelajaran Matematika
Metode mengajar merupakan salah satu kemampuan yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dasar selain menerapkan metode pokok seperti metode penugasan, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi, dapat juga menggunakan metode inkuiri, dan pemanfaatan tutor sebaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dimaksudkan untuk memberikan perubahan dan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika kelas III SD agar pemahaman siswa terhadap konsep materi pembelajaran menjadi lebih mudah terarah. Dalam penelitian tidakan kelas ini penulis menggunakan metode penugasan dan demonstrasi.
1. Metode Demontrasi atau Peragaan
Metode demontrasi adalah suatu metode yang dilaksanakan dengan menggunakan alat peraga yang sesuai dan menunjang. Menurut Karo-karo (1979 : 36) metode demontrasi atau peraga adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil dari proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran.
Penelitian menerapkan metode peragaan, agar siswa dalam belajar matematika tidak hanya menurut teori atau secara abstrak saja, melainkan dengan menggunakan pita garis bilangan dan tangga garis bilangan, sehingga pembelajaran ini akan tertanam pada diri siswa.
Kelebihan metode demontrasi yaitu :
a. Siswa dapat memahami sesuai objek sebenarnya
b. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa
c. Siswa dibiasakan untuk kerja secara sistematis
d. Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses
e. Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek

Kelemahan metode demontrasi adalah :
a. Dapat menimbulkan berpikir konkret saja
b. Bila jumlah siswa banyak efektivitas demontrasi sulit dicapai
c. Bergantung alat bantu
d. Bila demontrasi guru tidak sistematis, demontrasi tidak berhasil
e. Banyak siswa yang kurang berani mengerjakan soal di depan kelas

2. Metode Penugasan
Metode pemberian tugas ini dikenal dengan metode tugas, yang sering diberikan adalah pekerjaan rumah yang diartikan sebagai latihan penyelesaian soal. Metode ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertanggungjawaban siswa untuk menyelesaikannya.
Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan siswa mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggung jawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dapat pula mengembangkan dan mengecek bahan yang telah dipelajari (Karo-Karo dkk, 1979 : 39).
Tugas yang dapat diberikan misalnya latihan soal, mempelajari suatu topik kumudian dipresentasikan, membuat peraga sederhana dan lain-lain. Maksud pemberian tugas ini adalah siswa terampil menyelesaiakan soal. Lebih memahami dan mendalami materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Selain mandiri dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Hal ini dapat mengatasi keterbatasan waktu belajar. Kelemahannya akan sulit memberikan penilaian mana yang terlibat aktif dan mana yang tidak aktif.
Beberapa kelebihan metode penugasan adalah :
a. Melatih siswa bertanggung jawab sebab tugas-tugas harus dipertanggung jawabkan terutama kepada guru tetapi ada kalanya kepada teman sekelas.
b. Melatih siswa berinisiatif
c. Melatih siswa bekerja dengan tekun, tertib, dan mengikuti rencana
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan teori ke dalam praktik.
Sedangkan kelemahan metode penugasan adalah :
a. Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar sendiri atau dikenakan pada orang lain
b. Tugas yang monoton dapat membosankan peserta didik
c. Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan peserta didik
Metode penugasan merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada siswa yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas itu diberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan tentang menjumlahkan bilangan bulat. Tugas itu diberikan kepada siswa untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaiakn tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga siswa dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat diberikan secara perseorangan atau kelompok. Dengan demikian dapat diperoleh jawaban sementara (hipotesis) atas permasalahan dalam pembelajaran ini, yaitu apabila pembelajaran tentang menjumlahkan bilangan bulat disajikan dengan metode penugasan dengan memberi soal-soal latihan maka kemampuan pemahaman kosep siswa dan keterampilan siswa dalam menyelesaiakn soal tentang menjumlahkan bilangan bulat dapat meningkat.

C. Alat Peraga
Alat peraga diperlukan untuk memudahkan memahami konsep dalam pembelajaran matematika. Alat peraga merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Alat ini dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi visualisasi dari konsep abstrak yang sedang diajarkan. Dengan adanya alat peraga, maka diharapkan siswa dapat menggunakan sebanyak mungkin alat indera yang dimilikinya. Dengan demikian alat peraga memungkinkan adanya transfer belajar yang baik sehingga meningkatkan prestasi belajar anak terwujud sebagaimana yang kita harapkan. Penggunaan alat peraga/praktek pada pelaksanakan pembelajaraan matematika disekolah dasar merupakan alat bantu menyampaikan pembelajaran atau materi pelajaran agar mudah dimengerti oleh siswa.
Hidayah dan Sugiarto (2002 : 16) mengemukakan bahwa untuk memudahkan siswa memahami matematika yang abstrak ini, pembelajaran matematika dapat dilakukan secara induktif. Oleh karena itu cara pembelajaran konsep-konsep dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan objek-objek konkret dan permainan matematika. Benda-benda konkret yang merupakan model dari ide-ide matematika itulah yang sering dikatakan sebagai alat peraga matematika.
Alat peraga adalah alat bantu untuk menerangkan/mewujudkan konsep matematika (Ruseffendi, 1996: 229).
Jadi dapat disimpulkan bahwa alat peraga matematika adalah alat bantu menyampaikan pembelajaran atau materi pelajaran matematika untuk mempermudah siswa menyerap materi pelajaran. Pada penelitian ini alat peraga yang digunakan adalah pita garis bilangan dan tangga garis bilangan.
Memilih alat peraga yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Tujuan pemilihan alat peraga berkaitan dengan kemampuan berbagai alat peraga sebagai media pendidikan.
1. Peranan Alat Peraga
Dalam kegiatan belajar mengajar alat peraga mempunyai peranan yang sangat penting, antara lain :
a. Alat peraga dapat membuat lebih efektif dalam meningkatkan semangat belajar.
b. Menyenangkan bagi siswa dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.
c. Memberikan variasi pelajaran.
d. Memungkinkan belajar lebih cepat.
e. Memungkinkan belajar lebih sistematik teratur dan terarah.

2. Tujuan Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika
Dalam pengajaran matematika, alat peraga mempunyai tujuan yaitu :
a. Pembentukan konsep
b. Pemahaman konsep
c. Dipakai sebagai alat ukur
d. Pengamatan dan menemukan sendiri, sebagai objek penelitian maupun sebagai alat meneliti
e. Mengundang untuk berpartisipasi aktif.
3. Kriteria Pemilihan Alat Peraga
Untuk menggunakan alat peraga sebaiknya memperhatikan kriteria sebagai berikut :
a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran
b. Mendukung terhadap isi bahan pengajaran
c. Kemudahan dalam memperoleh alat peraga
d. Guru mampu menggunakannya
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya
f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Adapun kelebihan dan kelemahan alat peraga adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan alat peraga
1. Dapat meningkatkan motivasi belajar
2. Dapat memberikan pedoman dalam merumuskan tujuan pembelajaran
3. Dapat meningkatkan kualitas pengajaran
4. Dapat membantu kecermatan dan ketelitian dalam penyajian
5. Dapat merangsang berpikir analisis.
b. Kelemahan alat peraga
1. Guru yang tidak kreatif akan merasa terbebani
2. Menimbulkan pembosanan waktu dan biaya
3. Tidak semua konsep matematika dapat diajarkan dengan alat peraga

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara pada mata pelajaran Matematika kelas III semester 1 tahun pelajaran 2009/2010.
Adapun karakteristik siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Dalam penelitian ini penulis dibantu oleh dua orang teman sejawat yang membantu mengumpulkan dan mengolah data serta melaksanakan refleksi yaitu :
1. Bu Sunarti, S.Pd.
2. Bu Isfiati, A.Ma.
Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika
No Hari, Tgl Mata Pelajaran Kelas Smt Kompetensi Dasar Siklus Waktu
1. Rabu
6 Jan 2010 Matematika III 2 Menjumlahkan bilangan bulat I 07.00-08.10
2. Rabu
17 Peb 2010 Matematika III 2 Menjumlahkan bilangan bulat II 07.00-08.10
3. Rabu
17 Mar 2010 Matematika III 2 Menjumlahkan bilangan bulat III 07.00-08.10

B. Prosedur Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Kauman Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara kelas III semester 1 dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus meliputi empat tahap yaitu :
1. Tahap perencanaan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap pengumpulan data
4. Tahap refleksi
Kegiatan merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan dalam gambar 3.1 berikut :
Gambar 3.1
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran dalam
Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan
M : merencanakan
L : melaksanakan
P : pengumpulan data
R : refleksi

C. Deskripsi Per Siklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Membuat Rencana Pembelajaran pada siklus I penulis merancang pembelajaran berdasarkan pengarahan pembimbing teman sejawat selaku pengamat dan melalui observasi yang dilakukan di sekolah tempat penulis mengajar.
Rencana pembelajaran dilaksanakan bersama pembimbing pada hari Minggu, 3 Januari 2010. Hasilnya perencanaan pembelajaran perlu dibenahi dan dapat dilaksanakan setelah dilakukan pembenahan.
Adapun instrumen yang disusun sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi masalah aktivitas belajar siswa
2) Mengkaji materi pembelajaran matematika pada topik menjumlahkan bilangan bulat
3) Merumuskan rencana pembelajaran
4) Menyiapkan alat bantu mengajar berupa :
a) Lembar kerja siswa dan lembar tes formatif sebagai alat penilaian
b) Buku sumber yang relevan
c) Contoh soal dan cara pengerjaannya
5) Menyusun lembar observasi guru dan siswa
6) Menyusun alat evaluasi
7) Menentukan teman sejawat sebagai pengamat

b. Tahap Pelaksanaan
Dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Januari 2010 pukul 07.00-08.10 di SD Negeri Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Pelaksanaannya dibantu oleh dua orang teman sejawat yaitu : saudari Sunarti dan saudari Isfiati.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam rencana pembelajaran adalah :
1) Guru melakukan tanya jawab (apersepsi)
2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
3) Guru memajang gambar jenis-jenis pekerjaan
4) Guru mengadakan tanya jawab tentang gambar tersebut
5) Siswa menjawab pertanyaan guru
6) Guru membagi kelompok dan LKS kepada siswa
7) Siswa mendiskusikan bersama kelompoknya
8) Guru dan siswa bersama-sama membuat simpulan
9) Siswa mengajarkan tes formatif
10) Menganalisis hasil tes
11) Sebagai tindak lanjut siswa diberi pekerjaan rumah (PR)

c. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah melaksanakan proses pembelajaran mulai tanggal 7 Januari 2010 s.d. 8 Januari 2010. Dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh dua teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat. Kemudian dikonsultasikan pada pembimbing tentang hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menganalisis beberapa instrumen yang terdiri dari :
1) Lembar observasi pembelajaran
2) Analisis hasil tes formatif dalam pelaksanaan pembelajaran
Dari hasil analisis di atas dapat dikumpulkan data antara lain :
1) Rendahnya kemampuan siswa dalam mendeskripsikan sumber energi, disebabkan belum memahami konsep dasar tentang mendeskripsikan sumber energi
2) Siswa kurang berani bertanya jawab dan menyampaikan pendapat

d. Tahap Refleksi
Refleksi dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Januari 2010. Hasil analisis instrumen dalam pelaksanaan pembelajaran yang dibantu oleh dua orang teman sejawat. Kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Hasil yang diperoleh dari 35 siswa yang penguasaan materi belum tuntas ada 18 siswa, sedangkan yang sudah tuntas ada 17 siswa. Sehingga langkah yang akan ditempuh adalah membuat rencana perbaikan pembelajaran 1.

2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan siklus II peneliti merancang rencana perbaikan pembelajaran 1 yang dikonsultasikan pada pembimbing pada hari Minggu, 14 Februari 2010. Karena dalam rencana pembelajaran siklus I tingkat ketuntasan siswa baru mencapai 48% dari 35 siswa. Sehingga penulis mengadakan rencana perbaikan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Februari 2010 pukul 07.00-08.10 di SD Negeri Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran 1 siklus II dibantu oleh dua orang teman sejawat yaitu saudari Sunarti dan saudari Isfiati sebagai pengamat pembelajaran. Adapun instrumen yang digunakan berupa :
1) Rencana Perbaikan Pembelajaran 1
2) Buku sumber yang relevan
3) Alat peraga sebagai media pembelajaran
4) Lembar kerja siswa
5) Lembar tes formatif
6) Lembar analisis hasil tes formatif
7) Tes perbaikan dan pengayaan

c. Tahap Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Februari 2010. Yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat. Kemudian dikonsultasikan pada pembimbing berdasarkan analisis butir soal hasil tes formatif, dan lembar observasi yang telah dilaksanakan pada siklus II. Hasilnya berupa kelemahan guru dan siswa yang masih perlu diperbaiki.

d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 Februari 2010 di SD Negeri Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Adapun instrumen yang dievaluasi berupa hasil tes formatif, hasil analisis tes formatif, dan lembar pengamatan siswa, dan guru.
Semua unsur tersebut dilakukan refleksi yang dibantu oleh dua orang teman sejawat kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Hasil refleksi dari 35 siswa yang penguasaan materi pembelajarannya belum tuntas ada 15 siswa, sedangkan yang belajarnya tuntas 20 siswa yang tingkat ketuntasannya mencapai 57%. Walau sudah ada peningkatan dibanding dengan Siklus I namun masih belum sesuai dengan standar yang diharapkan. Sehingga langkah perbaikan yang ditempuh pada Siklaus II berupa :
1) Peningkatan prestasi belajar siswa
2) Peningkatan teknik pembelajaran dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran walaupun sudah baik bila dibanding pada Siklus I.
Secara keseluruhan dalam Siklus II masih belum memenuhi standar ketuntasan yang diharapkan, sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada Siklus II dengan mengembangkan materi dan memperbaiki teknik pembelajaran.

3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Dari hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II belum memenuhi standar ketuntasan yang diharapkan, peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran 2 siklus III dengan mengembangkan materi dan memperbaiki teknik pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus III dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Maret 2009 pukul 07.00-08.10 di kelas III semester 1 di SD Negeri Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Dalam pelaksanaan dibantu oleh dua orang teman sejawat sebagai pengamat proses pembelajaran.
Adapun instrumen pembelajaran yang digunakan berupa :
1) Rencana perbaikan pembelajaran 2
2) Sumber yang relevan
3) Alat peraga sebagai media pembelajaran
4) Lembar kerja siswa
5) Lembar tes formatif
6) Lembar analisis tes formatif

c. Tahap Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data peneliti dibantu oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat, berdiskusi tentang penggunaan metode demonstrasi yang dilakukan guru dalam mengajar, menganalisis hasil tes formatif, dan hasil lembar observasi yang telah dilaksanakan pada siklus III. Dari hasil pengumpulan data pembelajaran pada siklus III sudah mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan.

d. Tahap Refleksi
Dari hasil pengumpulan data, peneliti melaksanakan refleksi pada hari Jum’at, 19 Maret 2009. Dengan menggunakan instrumen yang berupa hasil tes formatif, analisis butir soal dan lembar observasi. Dengan dibantu oleh dua orang teman sejawat, kemudian baru dikonsultasikan kepada pembimbing. Hasil dari pelaksanaan rencana perbaikan pembelajaran 2 siklus III dari 35 siswa yang belum tuntas ada 6 siswa sedangkan yang belajar tuntas ada 29 siswa. Dari jumlah total nilai 2345, KKM : 6,0, Ketuntasan belajar : 82% atau sudah mencapai ketuntasan yang diinginkan.
Dengan demikian pembelajaran tentang menjumlahkan bilangan bulat telah selesai karena sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika yang berlangsung di kelas III semester 1 di SD Negeri Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, berikut dapat dilihat data yang diperoleh selama mengadakan perbaikan pembelajaran dalam tiga siklus.
1. Siklus I
Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus I mata pelajaran matematika dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Hasil Analisis Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika Siklus I
Nilai 30 40 50 60 70 80 90 100 Jml Siswa Tuntas Blm Tuntas Jml nilai Rata-rata
Byk siswa % Byk siswa %

Siswa 2 9 8 9 5 2 35 17 48% 18 51% 1890 54


Selanjutnya untuk melihat seberapa besar, tingkat pencapaian rekapitulasi nilai tes formatif mata pelajaran matematika siklus I dapat dilihat pada diagram 4.1 sebagai berikut :
Grafik 4.1
Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus I

Dari analisis hasil tes formatif siklus I dan dilihat pada grafik pencapaian hasil belajar siswa diatas dalam pembelajaran matematika tentang menjumlahkan bilangan bulat nilai rata-rata kelas adalah 54, siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran sebanyak 18 anak, siswa yang tuntas sebanyak 18 anak dengan presentase ketuntasan belajar 48%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan materi siswa masih rendah. Untuk itu penulis segera melakukan langkah perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II
Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika siklus II diketahui hasil analisis tes formatif dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Hasil Analisis Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika Siklus II
Nilai 30 40 50 60 70 80 90 100 Jml Siswa Tuntas Blm Tuntas Jml nilai Rata-rata
Byk siswa % Byk siswa %

Siswa 2 12 8 9 4 2 35 20 57% 15 42% 2170 62


Untuk melihat seberapa besar tingkat pencapaian hasil rekapitulasi nilai formatif mata pelajaran matematika siklus II dapat dilihat pada diagram 4.2 sebagai berikut :
Grafik 4.2
Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus II

Dilihat dari tabel dan grafik diatas diketahui jumlah siswa 35 anak, yang belum tuntas ada 15 siswa sedang yang belum tuntas ada 20 siswa. Dari jumlah nilai total 2170, KKM : 60, Ketuntasan belajar : 57%.
Meskipun dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika pada siklus II sudah ada peningkatan tetapi belum memenuhi standar ketuntasan yang diharapkan sehingga langkah perbaikan pembelajaran masih diperlukan.

3. Siklus III
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika siklus III diketahui hasil analisis tes formatif dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Hasil Analisis Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika Siklus III
Nilai 30 40 50 60 70 80 90 100 Jml Siswa Tuntas Blm Tuntas Jml nilai Rata-rata
Byk siswa % Byk siswa %

Siswa 6 9 13 5 2 35 29 82% 6 17% 2345 67


Selanjutnya untuk melihat seberapa besar tingkat pencapaian hasil rekapitulasi nilai formatif mata pelajaran matematika siklus III dapat dilihat pada diagram 4.3 sebagai berikut :
Grafik 4.3
Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus III

Dilihat dari tabel dan grafik diatas diketahui jumlah siswa 35 anak, yang belum tuntas ada 6 siswa sedang yang belajar tuntas ada 29 siswa. Dari jumlah nilai total 2345, KKM : 60, Ketuntasan belajar : 82%.
Dengan mengetahui hasil dari pembelajaran matematika siklus III, pembelajaran sudah dinyatakan tuntas karena sesuai pembelajaran yang diharapkan yaitu sudah melebihi batas KKM dan pembelajaran matematika diakhiri sampai pada siklus ke III.
Setelah ke III siklus perbaikan pembelajaran dilaksanakan terdapat kemajuan yang sangat signifikan, tingkat kemajuan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Tingkat Kemajuan yang Dicapai Tiga Siklus Dalam
Pembelajaran Matematika
No. Siklus Presentase Tingkat Ketuntasan
1 I 48%
2 II 57%
3 III 82%

Grafik 4.4
Tingkat Kemajuan yang Dicapai pada Tiga Siklus
Perbaikan Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika

Dilihat dari tabel dan diagram diatas proses perbaikan pembelajaran dilaksanakan sampai tiga siklus, pada siklus II mencapai tingkat ketuntasan 48%, pada siklus II mengalami peningkatan dengan tingkat ketuntasan 57% dan pada siklus III mengalami peningkatan lagi dengan tingkat ketuntasan 82%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan materi pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat.

B. Pembahasan
Kegiatan belajar merupakan salah satu yang amat penting, karena belajar merupakan proses yang melibatkan tingkah laku, urut-urutan kejadian, dan hasil belajar adalah hasil pengalaman (Suardiman, 1950 : 51).
Pelajaran matematika adalah suatu ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang berhubungan dengan bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan (Paimin, 1998 : 3).
Pelajaran matematika adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, terbatas pada gejala alam dari hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah yang berupa penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan
Pada siklus I peneliti mengambil langkah dalam pembelajaran menjumlahkan bilangan bulat dengan menggunakan garis bilangan. Siswa kurang memahami penjelasan guru, keberanian siswa dalam bertanya jawab sangat kurang, sehingga nilai rata-rata tes formatif sangat kurang dan tingkat penguasaan materi pembelajaran sangat rendah, dan perlu mengadakan perbaikan pada Siklus II.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II, penulis lebih menekankan pada alat peraga dan latihan. Dalam menggunakan alat peraga pita garis bilangan dan tangga garis bilangan siswa sangat antusias, siswa sudah mulai menerima dan memahami konsep materi, dan siswa mulai berani bertanya jawab dengan guru sehingga nilai rata-rata tes formatif sudah menunjukkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa langkah penggunaan metode demonstrasi dan latihan sangat membantu siswa dalam menjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan pita garis bilangan dan tangga garis bilangan , tetapi dalam Siklus II belum memenuhi standar ketuntasan yang diharapkan, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada Siklus III.
Pada Siklus III penulis mengambil langkah strategi yang digunakan pada Siklus II dengan memperluas materinya.
Setelah diadakan penilaian berupa hasil tes formatif, data hasil tes formatif dan lembar observasi pada siklus III, ternyata hasilnya lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa langkah pengulangan dan latihan yang dilaksanakan secara terus menerus merupakan bagian strategi perbaikan pembelajaran yang ditempuh telah berhasil. Keberhasilan yang diperoleh berupa :
1. Peningkatan prestasi belajar siswa
2. Teknik pembelajaran dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran semakin baik, sehingga guru semakin lebih menguasai proses pembelajaran matematika
3. Mencapai tingkat ketuntasan sesuai dengan yang diharapkan.



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat disimpulkan sebagai berikut :
l. Pembelajaran menjumlahkan bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga pita garis bilangan dan tangga garis bilangan memudahkan siswa menyerap materi pelajaran.
2. Penggunaan media pelajaran yang tepat, akan mendorong minat siswa dalam belajar.
3. Penggunaan alat peraga garis bilangan dan tangga garis bilangan mampu meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.
4. Tingkat ketuntasan siswa meningkat dari 48 % pada siklus I setelah dilakukan perbaikan pembelajaran rnenjadi 57 % pada siklus II, dan 82 % pada siklus III.
5. Dengan metode demonstrasi proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :
l. Guru seyogyanya memberi motIIIasi pada siswa dalam setiap pembelajaran agar siswa semangat mengikuti pelajaran.
2. Dalam menanamkan konsep matematika, guru sebaiknya menggunakan media dan alat peraga yang tepat untuk memudahkan penyerapan materi.
3. Hendaknya siswa didorong untuk belajar aktif guna mencari dan menemukan konsep pembelajar sendiri (self learning by doing).
4. Guru hendaknya dapat merancang pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Buku Panduan PGSD 4412. Jakarta : UnIIIersitas Terbuka.

________. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Buku Panduan PKP PDGK 4501. Jakarta : UnIIIersitas Terbuka.

Ichsan, Moch. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Semarang : BPG Semarang.

M. Khafid, 2007. Pelajaran Matematika Kelas III. Jakarta : Erlangga.

Paimin, Joula Ekaningsih. 1998. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Tri Handoko. 2006. Terampil Matematika III. Jakarta : Yudhistira.

Wardani. I.G.A.K. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : UnIIIersitas Terbuka.

Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.

1 comment:

akina larasati said...

maaf mau tanya, judul buku yang dikarang suardiman 1950 tu pa ea...???
terima kasih..!!!