Blogger Widgets TAMAMI JAYA: Tes Pengukuran
SELAMAT DATANG Di Web tamamijaya.blogspot.com Jalan DR.Wahidin 76 Dema'an Jepara

Wednesday 12 October 2011

Tes Pengukuran

Skala Likert (Summated Rating Scales) Suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu topik. Cara memberikan nilai terhadap suatu pernyataan dari suatu topik, dilakukan dengan menyatakan sikapnya itu ke dalam lima alternatif pilihan jawaban, yaitu: 1) sangat setuju, 2) setuju, 3) tiada pendapat, 4) tidak setuju, 5) sangat tidak setuju. Skala Likert disusun dari sejumlah pernyataan-pernyataan tentang suatu obyek, sebagian dari pernyaan itu mengekspresikan sikap menyenangkan dan sebagian pernyataan-pernyataan itu tidak menyenangkan. Pemberian skala skor pada setiap kategori peryataan tes, dilakukan dengan pemberian bobot terhadap lima alternatif pilihan jawaban itu.Untuk pernyataan yang positif pemberian bobot pada setiap alternatif jawaban yaitu: 5,4,3,2,1. Untuk penyataan yang negatif, pemberian bobot skor pada setiap alternatif pilihan jawaban dengan urutan yaitu: 1,2,3,4,5. Skala Thrustone Pada skala Thrustone, dalam pemberian penilaian terhadap suatu obyek, subyek atau perilaku, atau topik melalui pernyataan-pernyataan yang berindikasi nilai mulai dari sangat menyenangkan-netral-sangat tidak menyenangkan. Rentang kategori nilai pada setiap pernyataan terdiri dari 11 kategori, yaitu: Kategori : A B C D E F G H I J K kategori nilai : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kategori nilai 1-4 : cenderung ke arah menyenangkan Kategori nilai 5-6 : bersifat netral Kategori nilai 7-11: cenderung ke arah tidak menyenangkan Penilaian berskala (rating scale) cocok digunakan untuk menilai perilaku seseorang atau performance. Penilaian berskala disusun dalam bentuk beberapa kategori dari setiap kategori harus dideskripsikan karakteristiknya. Bentuk penilaian berskala terdiri dari beberapa tipe antara lain: 1) tipe "Graphic Scale" 2) tipe "Category Scale" Faktor-faktor yang membantu ketepatan penilai pada waktu melakukan observasi, yaitu: a. Pengalaman penilai b. Pemberian waktu yang cukup bagi penilai c. Pengetahuan tentang aktivitas dan sifat yang dinilai d. kebebasan dalam mengadakan penilaian e. Kemampuan berkonsentrasi terhadap kegiatan yang diamati Langkah-langkah penyusunan tes keterampilan yang disusun oleh Scott dan French adalah: 1. Pelajari masalah tes atau kebutuhan akan pembuatannya 2. Analisa keterampilan yang akan diukur 3. Pembuatan butir-butir tes eksperimen 4. Buat petunjuk-petunjuk tertulis dari butir-butir tes, yang mencakup hal-hal berikut: nama tes, tujuan tes,alat/perlengkapan tes, administrasi pelaksanaan tes, cara menskor tes. 5. Pilih dan peroleh sebuah kriteria 6. Pilih orang coba yang akan dipergunakan 7. Tentukan reliabilitas butir-butir tes eksperimen 8. Tentukan validitas butir-butir tes ekperimen 9. Tentukan reliabilitas tes baterai 10. Tentukan validitas tes bateray Penilaian acuan norma adalah penilaian dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran seseorang siswa terhadap siswa-siswa lain dalam kelompoknya. Pendekatan acuan penilaian ini ditentukan dengan menetapkan patokan pembandingnya semata-mata diambil dari kenyataan yang sesungguhnya pada saat pengukuran itu dilaksanakan, yaitu berupa hasil pengukuran yang diperoleh dari para siswa-siswa itu sendiri. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan apa adanya, tidak mengaitkan dengan hal-hal yang terletak di luar hasil-hasil pengukuran dari kelompok siswa itu. Penilaian Acuan Norma(PAN), pada dasarnya menggunakan kurva normal dan hasil-hasil perhitungan statistika sebagai dasar evaluasi. Ukuran statistika yang digunakan dalam penilaian acuan norma yaitu nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku. Nilai rata-rata dan simpangan baku yang diperoleh dari hasil kelompoknya. Penilaian acuan norma bersifat relatif, oleh karena dapat bergeser ke atas dan ke bawah sesuai dengan besarnya nilai rata-rata atau simpangan baku yang diperoleh dari kelompok itu. Jika hasil perhitungan nilai rata-ratanya naik atau lebih tinggi, maka patokan menjadi bergeser ke atas. Sebaliknya jika hasil ujian siswa yang terdapat dalam kelompok itu pada umumnya menurun (nilai rata-rata), maka patokan penilaian menjadi bergeser ke bawah. Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa kepada patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini menegaskan bahwa sebelum penilaian dilaksanakan, jauh sebelumnya terlebih dahulu telah ditetapkan patokan yang harus dipakai untuk membandingkan skor-skor dari hasil pengkuran, sehingga skor-skor dari hasil pengukuran itu bermakna. Patokan ini ditetapkan atas dasar pertimbangan logis mengenai tingkat penguasaan minimum atau disebut "batas lulus". Para siswa yang mencapai patokan dinyatakan lulus, sedangkan para siswa yang belum mencapai "batas lulus" dinyatakan tidak lulus. Hal ini berarti siswa tersebut dianggap belum menguasai secara minimum kemampuan tersebut. Dengan demikian bahwa patokan yang digunakan dalam penilaian acuan patokan bersifat tetap. Menskor adalah memberi angka terhadap hasil pekerjaan siswa sekolah dan mereka mengikuti tes. Dalam tes obyektif, ada berbagai cara menskor hasil tes, yaitu: 1. menskor ter berbentu benar-salah: a) menskor tanpa hukuman b) menskor dengan hukuman. 2. menskor tes bentuk soal pilihan ganda: a) menskor tanpa hukuman b) menskor dengan hukuman. 3. menskor tes bentuk soal menjodohkan, yaitu dengan pendekatan rumus Si = 2 (B). 4. menskor tes bentuk soal jawaban pendek, dilakukan dengan cara: a) jika menjawab satu kata saja, maka tiap soal diberi skor 1 (satu), b) jika jawaban merupakan kaliat pendek, maka tiap soal diberi skor 2 (dua). Pada tes berbentuk uraian (essay) test), penskoran dilakukan dengan cara: 1. membaca soal pertama dari seluruh siswa dan memberi angka/skor pada soal pertama 2. Membaca soal kedua dan seterusnya serta memberikan skor pada soal tersebut.

1 comment: